Uji Independent Sample t-test

3. Structural Capital Value Added STVA Hipotesis uji Independent sample t-test : H o : Tidak ada perbedaan rata-rata STVA pada bank syariah dan bank konvesional H a : Terdapat perbedaan rata-rata STVA pada bank syariah dan bank konvesional tabel 4.13 penjelasan pada variabel STVA, uji F yang terlihat pada hasil Levene’s Test bahwa nilai sig diperoleh sebesar 0,000 dari taraf signifikansi 5 atau 0,05 maka pada variabel ini H O ditolak, dengan kata lain bahwa asumsi kedua varians berbeda equal variances not assumed. Setelah menafsirkan hasil uji Levenes’s test, selanjutnya menafsirkan dari hasil uji t. Baris yang digunakan adalah sesuai hasil uji pada baris equal variances not assumed dengan diperoleh nilai t sebesar -5,944 dan nilai probabilitas sig[2-tailed] sebesar 0,000 α 0.05, maka Ho ditolak, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan pada nilai rata-rata STVA Bank Syariah dengan nilai rata-rata STVA Bank Konvensional. Hasil Uji independent t-test pada tabel 4.14 diringkas ke dalam tabel 4.15 sebagai berikut : Tabel 4. 15 Ringkasan Hasil Uji independent sample t-test No Variabel Asymp.Sig Keterangan α = 0,05 Kesimpulan Ho 1. Value Added Capital Employed VACA 0,926 0,9260,05 diterima 2. Value Added Human Capital VAHU 0,000 0,0000,05 Ditolak 3. Structural Capital Value Added STVA 0,000 0,0000,05 Ditolak Sumber: Hasil olah data

D. Interpretasi

Dari hasil perhitungan nilai VAIC pada 10 Perusahaan Perbankan, dapat dilihat bahwa secara umum kinerja intellectual capital bank konvensional lebih efisien dibandingkan dengan bank syariah. Hal ini dibuktikan bahwa dalam perkembangannya Bank Konvensional mendapatkan kategori Top Performance secara konsisten, dengan menghasilkan rata-rata nilai VAIC diatas 4,00. Pada bank syariah menghasilkan rata-rata VAIC diatas 3,00 dan masuk kategori Top performance. Walaupun kedua jenis bank tersebut rata-rata masuk kedalam Top performance. Namun nilai VAIC bank syariah masih dibawah rata-rata bank konvensional. Hal tersebut sangat wajar karena bank syariah tergolong baru berdiri dibandingkan bank konvensional, sehingga bank syariah masih membutuhkan waktu untuk mengembangkan intellectual capital yang lebih unggul agar seperti bank konvensional. Walaupun bank syariah belum bisa unggul seperti bank konvensional, namun bisa dikatakan bank syariah cepat dalam menyaingi bank konvensional karena bank syariah yang tergolong baru berdiri bisa menghasilkan skor VAIC diatas rata-rata 3,00 dengan kategori Top Performance. Selanjutnya pengujian hipotesis untuk membuktikan apakah terdapat perbedaaan komponen VAIC™ VACA,VAHU,STVA antara kelompok bank syariah dan kelompok bank konvensional. Hasilnya tidak terdapat perbedaan VACA pada kedua kelompok tersebut. Rata-rata nilai VACA pada bank syariah dan bank konvensional cenderung hampir sama yaitu rata-rata bank syariah 0,42 dan bank konvensional 0,41. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang mampu mempertahankan keunggulan kompetitifnya akan memberikan nilai tambah melalui pengelolaan IC dan sumber daya fisik maupun finansial lebih tinggi. Sesuai dengan teori yang diungkapkan dalam bahwa komponen intellectual capital yang bernilai ekonomi yang dapat memberikan nilai secara nyata yaitu Human Capital dan Modal fisikCapital Employed CE. 61 Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Value Added Human Capital VAHU pada bank syariah memiliki perbedaan dengan bank konvensional. Hasil tersebut dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,05. Bank konvensional menghasilkan nilai VAHU yang lebih besar dibandingkan bank syariah. Bank konvensinal lebih mampu memanfaatkan dan memaksimalkan pengetahuan dan keahlian dari sumber daya manusia. Menurut Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam Agustianto Mingka, 2015 62 Kualitas sumber daya insani merupakan tulang punggung dalam suatu organisasi dan sangat berpengaruh pada keberhasilan organisasi. Untuk bisa menggerakkan bisnis islami dengan sukses, diperlukan SDI yang menguasai ilmu bisnis dan ilmu-ilmu sya ri’ah secara baik. Selama ini SDI penggerak bisnis islami berasal dari pendidikan umum yang diberi training singkat mengenai bisnis islami. Seringkali training seperti ini kurang memadai, karena yang perlu diupgrade bukan banyak knowlegde semata, tetapi juga p aradigma syari’ah, visi dan misi, serta kepribadian syari’ah. 61 Ihyaul Ulum, “Intellectual Capital Konsep dan Kajian Empiris”Yogyakarta:Graha Ilmu,2009 h.85 62 Agustianto Mingka, “Problematika SDM di Perbankan Syariah”artikel diakses pada tanggal 10 Oktober 2016 dari http:www.kompasiana.comimaacehproblematika-manajemen- sumber-daya-manusia-sdm-di-perbankan-syari-ah_573804e5927e613605523ce8 Terakhir, terdapat perbedaan pada Structural Capital Value Added STVA Bank Syariah dengan Bank Konvensional. Hasil tersebut dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,05. Bank konvensional memiliki rata-rata STVA lebih tinggi yaitu 0,7016 dibandingkan bank syariah sebesar 0,4856. Menurut Ikatan Ahli Ekonomi Islam Agustianto Mingka, 2015 63 structural capital seperti Inovasi produk bank syari’ah yang ada sekarang harus dikembangkan variasi dan kombinasinya, sehingga menambah daya tarik bank syari’ah. Untuk mengembangkan produk- produk yang bervariasi dan menarik, bank syari’ah di Indonesia dapat membangun hubungan kerjasama dengan lembaga-lembaga keuangan internasional. Kerjasama itu akan bermanfaat dalam mengembangkan produk- produk bank syari’ah. Upaya ini mutlak dilakukan karena bank syariah akhir-akhir ini mengalami pelambatan pertumbuhan bahkan penurunan market share dibanding konvensional. Inovasi produk bank syariah adalah sebuah keniscayaan, agar bank syariah bisa kembali tumbuh dan bersaing dengan perbankan konvensional maupun lembaga lain. Inovasi produk juga sangat dibutuhkan dalam menghadapi perkembangan bisnis yang terus berubah. 63 Agustianto Mingka, “Tantangan Perbankan Syariah”. Artikel diakses pada tanggal 10 Oktober 2016 dari http:www.iqtishadconsulting.comcontentreadblogtantangan-perbankan- syariah-2016