Analisis Discourse Practice TEMUAN DAN ANALISIS

Dalam pemilihan isu yang akan ditampilkan ke khalayak, Detikcom memiliki pertimbangan tersendiri. Beberapa pertimbangan tersebut berkaitan dengan kriteria layak berita. Kriteria layak berita yang dimaksud disini ialah sebuah kejadian yang menyangkut kepentingan orang banyak. Sehingga isu yang ditampilkan ialah hal apa yang sedang ramai diperbincangkan oleh khalayak. “Kita ada kriteria layak berita dalam menentuan isu yang ditampilkan oleh Detikcom. Kriteria berita yang layak adalah berita yang menyangkut kepentingan orang banyak ”. 14 Dalam penentuan isu yang akan dibahas, asas demokrasi selalu diterapkan di Detikcom. Walaupun Redaktur Pelaksana merupakan bagian yang bertanggungjawab atas penentuan isu yang akan dibahas. Namun Redaktur Pelaksana selalu bersikap demokratis dalam penentuan isu. Redaktur Pelaksana selalu menerima saran-saran yang diberikan oleh team nya untuk mengembangkan isu tersebut. “Saya yang bertanggungjawab tapi saya selalu mengajak teman-teman untuk berdiskusi. Saya tidak pernah rapat tertutup. Saya punya team 5-6 orang. Team saya selalu berdiskusi mengenai isu yang akan menjadi bahan pemberitaan. Isu itu saya bawa ke rapat editorial meeting. Di editorial meeting itu saya akan diberi masukan oleh Pemimpin Redaksi dll. Pagi hari saya share, kemudian mereka langsung mengolah isu tersebut. Saya bisa menambahkan isu ditengah-tengah, bila ada hal yang menarik dan bisa mengurangi isu bila itu hal yang sensitif”. 15 Dalam menentukan isu yang dibahas, wartawan Detikcom turut berperan. Wartawan dapat memberi usulan berkenaan mengenai isu yang akan dibahas. Namun usulan tersebut disesuaikan dengan konsep perusahaan. “Wartawan dapat berkontribusi dalam menetukan tema dalam rapat redaksi. Namun wartawan untuk memberi sebuah usulan dalam rapat redaksi biasanya akan menyesuaikan kemauan kantor. Misalnya, kantor punya pegangan ini, contohnya, hal ini karena pembacanya lebih banyak. 14 Wawancara pribadi dengan Editor Detikcom, Erwin Dariyanto, Jakarta, 10 Juni 2014 15 Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno, Jakarta, 10 Juni 2014 Karena mereka lebih tahu radius pembaca yang lebih banyak. Cuma kita lebih tau dari sisi lapangannya ”. 16 Dalam memperoleh sumber pemberitaan, Detikcom tidak hanya mengandalkan dari wawancara langsung narasumber, melainkan sumber-sumber yang terpercaya lainnya, seperti buku-buku, web-web resmi. “Ada banyak cara mendapatkan berita, kita bisa ambil dari website KPU, atau dari sumber yang terpercaya lainnya. Itu pengambilan berita ”. 17 Pada pengangkatan isu mengenai perubahan slogan Partai Keadilan Sejahtera ini di latarbelakangi dari adanya perubahan image Partai Keadilan Sejahtera yang awalnya mencitrakan diri sebagai partai yang bersih, namun usai adanya kasus korupsi import daging sapi yang menjerat Mantan Presiden Luthfi Hasan Ishaaq merubah image tersebut. “Hal yang menarik PKS yang dulu mencitrakan partai bersih kini mengubah slogannya setelah presiden partainya kena kasus korupsi. Kasus Luthfi itu cukup menyedot perhatian khalayak, karena Luthfi merupakan pemimpin Partai Islam pertama yang menjadi tersangka korupsi ”. 18 Pertimbangan lain yang melatarbelakangi pengangkatan isu perubahan slogan Partai Keadilan Sejahtera ialah peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang sedang diperbincangkan oleh khalayak. Hal ini merujuk pada kriteria layak berita. “Hal ini menyangkut kriteria layak berita, PKS ini kan salah satu partai politik yang masuk 10 besar, kemudian diperhitungkan, salah satu partai Islam ”. 19 Perubahan slogan yang terjadi oleh Partai Keadilan Sejahtera dipandang sebagai salah satu upaya penyelamatan para kader dari keterpurukan akibat 16 Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via Telepon, Jakarta, 16 Juli 2014 17 Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno, Jakarta, 10 Juni 2014 18 Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno, Jakarta, 10 Juni 2014 19 Wawancara pribadi dengan Editor Detikcom, Erwin Dariyanto, Jakarta, 10 Juni 2014 hantaman pemberitaan media yang selalu menyoroti kasus hukum Partai Keadilan Sejahtera. “Perubahan slogan itu merupakan salah satunya, karena mereka kan ingin tampil lebih baru, sesuatu yang menampilkan bisa lebih dekat dari masyarakat. Selama ini kan PKS akar rumputnya kuat. Tapi sepertinya hal itu tidak seperti pada tahun 2004 hingga 2009. Dalam 3 tahun belakangan ini PKS mengalami kemunduran dimata masyarakat tingkat elektabilitasnya. Oleh karena itu, mereka mencoba hal itu perubahan slogan agar menjadi awal pada diri mereka ”. 20 Menurut John Vivian media online memiliki sifat khas, seperti up date, real time dan praktis dalam pemberitaannya. Detikcom sebagai media online memiliki standar pemberitaan yang lebih spesifik dibandingkan dengan media lainnya. Pemberitaan Detikcom mengikuti sifat pembaca yang dinilai memerlukan berita yang simple, berisi, cerdas dan padat. Oleh karena itu, Detikcom berusaha memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pembaca secara cepat lengkap dengan informasi yang padat dan menarik. Standar dalam pemberitaan di Detikcom terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu menarik, up date, dan berdampak ke banyak hal. “Berita online biasanya memiliki standar tersendiri, yang pertama itu menarik, setiap media pastinya memberitakan hal yang menarik. Kedua, terbaru atau up to date, jadi tidak hanya menarik, berita itu harus terbaru. Selain itu, berita itu harus memiliki efek ke banyak hal dan bisa diteruskan istilah kami di running. Berita di Detik tidak pernah berdiri dari satu berita saja tetapi selalu berbuntut ”. 21 Bila berbicara mengenai berita politik yang bersifat dinamis, pemberitaan politik di Detikcom memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan media online lainnya. Detikcom merupakan media online yang mampu menyajikan berita politik dengan metode investigasi. Dalam hal ini, Detikcom tidak hanya mengikuti 20 Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via Telepon, Jakarta, 16 Juli 2014 21 Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno, Jakarta, 10 Juni 2014 isu terkini saja, melainkan dapat mengembangkan isu tersebut menjadi hasil berita yang lebih mendalam. Sehingga dalam penyajiannya, berita di Detikcom tidak mungkin berdiri sendiri. Berita Detikcom selalu memiliki keterkaitan antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya. “Untuk ciri khas Detik itu lebih cepat, kemudian kami tidak hanya mengikuti isu terkini. Detikcom beda dengan media online lain. Pertama, selain mengembangkan isu yang berkembang di lapangan kita juga create dan investigasi isu sendiri yang kemudian juga diikuti media lain dan mengubah banyak hal. Kedua, setiap berita di detikcom tidak pernah sendiri, kami menyebutnya running news, setiap berita selalu bersambung sampai tuntas, banyak hal menarik dikupas ”. 22 Pemberitaan Detikcom yang bersifat running news berita terkait ini memberikan pengembangan isu yang lebih mendalam. Pada pemberitaan perubahan slogan Partai Keadilan Sejahtera ini, Detikcom menampilkan pemberitaan Partai Keadilan Sejahtera tidak hanya dilihat dari sudut pandang perubahan slogan semata. Detikcom pun menggambarkan mengenai ulasan rekam jejak Partai Keadilan Sejahtera. Rekam jejak tersebut digambarkan melalui sebuah kumpulan berita yang diberi nama metamorfosis. Metamorfosis menyajikan perubahan-perubahan yang dialami oleh Partai Keadilan Sejahtera yang dahulu bernama Partai Keadilan menjadi Partai Keadilan Sejahtera. Dalam pemberitaan tersebut, diperlihatkan adanya sebuah perbandingan yang ingin disampaikan oleh Detikcom. Perbandingan tersebut tergambar dari adanya penempatan subjek Partai Keadilan yang masih dipimpin golongan tua dengan Partai Keadilan Sejahtera yang kini dipimpin oleh golongan muda. Hal yang ingin disampakan oleh Detikcom kepada khalayak ialah melalui metamorfosis yang dilakukan oleh Partai 22 Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno, Jakarta, 10 Juni 2014 Keadilan Sejahtera tersebut apakah dapat menyelamatkan partai tersebut di Pemilu 2014. “Hal yang ingin disampaikan pada pemberitaan metamorfosis PKS adalah PKS yang dulu dipimpin oleh kalangan tua kini dipimpin kalangan muda. Kita ingin tahu apakah metamorfosis itu berhasil menyelamatkan PKS di pemilu 2014 atau tidak? apakah metamorfosis itu benar-benar perubahan atau hanya sebuah retorika politik dan seperti apa dampaknya di masyarakat ”. 23 Selain hal tersebut, pertimbangan lain Detikcom mengulas metamorfosis Partai Keadilan Sejahtera ialah Detikcom ingin menampilkan sisi lain dari partai yang berideologi Islam. Detikcom ingin menawarkan sebuah angel yang berbeda dari pemberitaan Partai Keadilan Sejahtera yang saat itu tengah dihujani pemberitaan terkait kasus korupsi Mantan Presiden Luthfi Hasan Ishaaq. “Secara tidak langsung, kita ingin menampilkan suatu berita yang menceritakan dibalik sisi lain dari PKS. PKS itu sebuah partai baru yang berideologi Islam, seperti bayi ajaib, setelah reformasi mereka benar-benar menonjol. Dulu namanya Partai Keadilan sebelum menjadi PKS. Nah Partai Keadilan ini rupanya telah berhasil mengambil hati masyarakat saat itu, kemudian berlanjut dari 2004 dan 2009. Nah kami ingin menunjukan sisi lain PKS, ini loh PKS, ini loh partai yang sedang dihantam kasus import daging sapi. Tapi disisi lain kita melihat PKS masih ada sisi positifnya ”. 24 Jika melihat rekam jejak yang dihadirkan Detikcom mengenai Partai Keadilan Sejahtera, tidak terlalu terlihat adanya perubahan rutinitas dan kegiatan yang dilakukan partai antara yang dahulu dipimpin oleh golongan tua dengan saat ini yang dipimpin oleh golongan muda. Pada pemberitaan tersebut hal yang ingin diperlihatkan ialah bagaimana upaya penyelamatan Partai Keadilan Keadilan Sejahtera dalam menghadapi pemilu 2014. 23 Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno, Jakarta, 10 Juni 2014 24 Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via Telepon, Jakarta, 16 Juli 2014 Perubahan slogan dan beberapa kegiatan yang dilakukan partai untuk meningkatkan kesolidan antar anggota. Hal tersebut merupakan sebuah cara yang dilakukan oleh Partai Keadilan Sejahtera untuk melakukan upaya penyelamatan dalam menghadapi pemilu 2014. Detikcom memandang upaya yang dilakukan oleh Partai Keadilan Sejahtera tersebut dirasa mampu meningkatkan tingkat elektabilitas. Hal ini dibuktikan dengan perolehan hasil pemilu legislatif tahun 2014, Partai Keadilan Sejahtera memperoleh suara sebanyak 6,79 persen. Sebelumnya, dalam hasil survey, Partai Keadilan Sejahtera merupakan salah satu partai yang diprediksi tidak lolos dalam electoral thereshold. “Bisa dilihat bagaimana citra PKS di berbagai survey. namun ternyata hasil survei terhadap PKS tidak begitu akurat, nyatanya PKS masih memperoleh suara di atas 6 persen, tidak hanya satu atau tiga persen seperti di berbagai survey”. 25 Dalam proses pencarian berita tersebuut, wartawan mendapat beberapa kesulitan. Hal ini berkaiatan dengan sulitnya memperoleh informasi dari para elit Partai Keadilan Sejahtera. Sebagian besar elit Partai Keadilan Sejahtera enggan untuk menceritakan sejarah partai. Mereka sudah kehilangan kepercayaan terhadap media akibat pemberitaan yang mendera partai mereka. “Narasumber yang mengetahui sejarah berdirinya PKS itu agak sulit untuk diwawancara, karena mereka enggan menceritakan awal-awal PKS karena sekarang enggan membanding-bandingkan. Cukup sulit untuk menarik perhatian seperti Hidayat Nur Wahid, Nur Mahmuddin, Muzzamil Yusuf, walaupun sulit, namun harus terus dicari, karena sudah dikejar deadline untuk wawancara mendalam. PKS menganggap media bukan sebagai teman baik. Mereka telah dihantam berbagai media. Sehingga mereka meresponnya pun negatif. Sehingga saat kita ingin mewawancarai mereka, mereka pun tidak antusias ”. 26 25 Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno, Jakarta, 10 Juni 2014 26 Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via Telepon, Jakarta, 16 Juli 2014 Namun bila melihat citra Partai Keadilan Sejahtera di Pemilu 2014 ini dapat dikatakan tidak secemerlang citra di pemilu sebelumnya. Perubahan slogan partai yang awalnya bersih, peduli profesional menjadi cinta, kerja harmoni tersebut memiliki perbedaan. Penggunaan slogan cinta, kerja, harmoni dirasa belum mampu menandingi citra Partai saat menggunakan slogan bersih, peduli, professional. “Citranya saat ini sebenarnya tidak baik dan tidak buruk. Namun dibandingkan dengan dahulu menggunakan slogan, bersih, peduli, professional, mungkin lebih baik yang dahulu citranya. Kalau sekarang mungkin karena kasus korupsi. Kasus korupsi yang kamarin itu benar- benar mencoreng ”. 27 Menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap elit-elit Partai Keadilan Sejahtera saat ini merupakan salah satu pemicu menurunnya citra partai. Dalam hal ini, Partai Keadilan Sejahtera dinilai telah kehilangan rasa kedekatan dengan masyarakat. “Elit-elitnya sudah kehilangan kedekatan dengan masyarakat. Dulu elit- elitnya dekat dengan masyarakat, kini mereka kurang dekat dengan masyarakat ”. 28 Perjuangan dan jati diri Partai Keadilan Sejahterah sebagai partai yang dekat dengan masyarakat dinilai melupakan hal tersebut saat ini. Partai yang berideologi Islam ini dirasa telah melupakan kerja-kerja nyata mereka. “PKS seperti kehilangan jati dirinya, perjuangan awalnya, PKS sepeti lupa tujuan awal didirikannya partai tersebut. kita ingat dulu diawal-awal PKS rajin mengadakan bakti sosial, kadernya dimana-mana, remaja-remaja juga aktif, mereka juga aktif memberikan santunan. Pada saat ada musibah, mereka yang pertama kali datang. Tapi sekarang sepertinya melupakan hal itu, kerja-kerja nyata mereka ”. 29 27 Wawancara pribadi dengan Editor Detikcom, Erwin Dariyanto, Jakarta, 10 Juni 2014 28 Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via Telepon, Jakarta, 16 Juli 2014 29 Wawancara pribadi dengan Editor Detikcom, Erwin Dariyanto, Jakarta, 10 Juni 2014 Pada proses pemberitaan, Detikcom terbagi dalam beberapa tahap. Rutinitas kerja di Detikcom diawali dengan melakukan rapat redaksi yang disebut editorial meeting. Editorial meeting pertama ini dilakukan pada pukul 17.00 WIB, dihadiri oleh Pemimpin Redaksi, Redaktur Pelaksana, Redaktur, Koordinator Liputan. Dalam rapat tersebut hal yang dibahas ialah isu apa yang akan dibahas esok hari. Pada rapat tersebut, para redaktur pelaksana di setiap kanal memaparkan isu-isu apa yang akan dibahas esok harinya. Dalam rapat tersebut, anggota rapat dapat menambahkan saran dan kritik yang akan dibahas esok hari. “Seluruh redpel akan memaparkan isu apa yang akan ditampilkan, isu apa yang menarik, dan bagaimana yang strategis untuk dilanjutkan dihari itu dan rencana kedepannya. Jadi setiap kanal kita tahu isu apa yang akan ditampilkan, disitu kita bisa saling share, kritik. Dan rapat itu dipimpin langsung oleh Pemimpin Redaksi, Pak Arifin Arshyad ”. 30 Hasil rapat kemudian disebarkan oleh Koordinator Liputan kepada wartawan di lapangan. Detikcom merupakan salah satu media online yang tidak menggunakan absensi pada wartawannya. Wartawan Detikcom hanya bekerja di lapangan saja. Wartawan mencari data yang telah disepakati di rapat editorial meeting. Sementara itu, esok harinya, editorial meeting dilakukan kembali pada jam 08.00 WIB. Di Detikcom Editorial meeting dilakukan sebanyak dua kali, pada pagi hari jam 08.00 WIB dan pada sore hari jam 17.00 WIB. Kedua rapat tersebut memiliki perbedaan dalam pembahasan. “Kita ada rapat namanya editorial meeting. Editorial meeting itu setiap hari pada waktu sore dan setiap pagi. Detikcom itu salah satu media yang editorial meeting nya paling banyak. Jadi editorial meeting setiap jam 08.00 pagi dan jam 17.00 sore. Editorial meeting sore hari membahas evaluasi hari ini dan isu apa yang akan dikembangkan besok. Editorial 30 Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno, Jakarta, 10 Juni 2014 pagi hari membahas pergerakan isu terakhir dan dikaitkan dengan isu yang akan kita mainkan siang harinya. Dalam politik semua sangat dinamis ”. 31 Melalui rapat tersebut, isu yang telah dibahas pada editorial meeting pertama, dikembangkan dengan kejadian-kejadian yang terjadi pada hari itu. Usai rapat, Redaktur Pelaksana menginformasikan kepada Koordinator Liputan untuk mengirim reporter pada sebuah kejadian yang berkaitan dengan isu tersebut. Setelah itu, wartawan di lapangan akan mencari berita di lapangan. Strategi wartawan dalam menuliskan berita kepada khalayak ialah menentukan isu yang tepat. Dalam hal ini, biasanya wartawan akan berkoordinasi dengan atasan untuk menentukan isu apa yang akan dimainkan. Detikcom merupakan media online yang ingin menyajikan pemberitaan yang berbeda dari media online lainnya. Dalam pengemasaan pemberitaan Partai Keadilan Sejahtera, Detikcom mengambil angel yang berbeda. “Petama menetukan angel berita yang bagus layak, kira-kira menyesuaikan isu yang lagi hot itu apa, Waktu itu kan yang lagi hot kan isu PKS yang lagi dibombardir kasus korupsinya, kasus korupsi import sapi yang melibatkan Luthfi Hasan Ishaaq. Hal itu membuat PKS tuh habis banget, seperti ada pada titik nadir. Nah itu kemudian ada usulan dari atasan, yang mengusulkan untuk mencari angel atau berita yang berada di tengah-tengah. Ambil dari angel lain, sehingga mengambil cara untuk mengambil dari sisi memperkenalkan kepada masyarakat kalau PKS itu dari sisi sejarahnya. Partai Keadilan Sejahtera yang mulanya Partai Keadilan menjadi Partai Keadilan Sejahtera ”. 32 Dalam peliputan dilapangan, biasanya wartawan Detikcom telah dibekali TOR untuk ditanyakan pada narasmber. Namun disini, wartawan Detikcom memiliki sebuah hak suara untuk memberi usulan jika TOR tersebut kurang sesuai dengan isu yang akan ditampilkan. 31 Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno, Jakarta, 10 Juni 2014 32 Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via Telepon, Jakarta, 16 Juli 2014 “Untuk TOR sendiri, kadang dari atasan, namun kita sebagai wartawan dapat menyampaikan usulan. Sehingga saling memberi pendapat untuk menyesuaikan tema berita ”. 33 Detikcom merupakan salah satu media online yang dituntut untuk memberitakan secara cepat. Oleh karena itu, teknik laporan seorang reporter Detikcom sangat mengandalkan kemajuan teknologi. Telepon dan email merupakan teknologi yang digunakan oleh reporter Detikcom untuk menyampaikan ke kantor. “…..Ada beberapa cara reporter dalam melaporkan ke kantor, yang pertama melalui telepon. Detik itu mengandalkan laporan via telepon untuk berita-berita yang harus cepat sampai kantor ”. 34 “Bisa juga reporter di lapangan menemukan sebuah kejadian, maka dia bisa lapor ke redakturnya, seperti kecelakaan, kebakaran. Dari situ, reporter di lapangan lapor ke redaksi melalui email ”. 35 Laporan dari wartawan tersebut dipantau oleh Koordinator Liputan. Koordinator Liputan menyerahkan hasil laporan tersebut kepada penulis. Penulis disini memiliki tugas menulis hasil laporan dari wartawan di lapangan. Penulis merapihkan hasil liputan wartawan sebelum diverifikasi oleh ke Redaktur Pelaksana. Laporan yang telah terstruktur tersebut diserahkan kepada Redaktur Pelaksana untuk di verifikasi. Peran Redaktur Pelaksana disini ialah dia bertugas memeriksa hasil laporan lapangan yang telah dirapihkan oleh penulis. Bila terjadi kekurangan data atau ada data yang kurang meyakinkan, dia berhak menugaskan wartawan lapangan untuk mencari data yang sesuai kebutuhan. 33 Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via Telepon, Jakarta, 16 Juli 2014 34 Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno, Jakarta, 10 Juni 2014 35 Wawancara pribadi dengan Editor Detikcom, Erwin Dariyanto, Jakarta, 10 Juni 2014 Usai mendapat verifikasi dari Redaktur Pelaksana, laporan tersebut akan di serahkan kepada Penulis, jika harus ada pembenaran. Jika tidak, laporan tersebut akan diserahkan kepada editor. Dalam penulisan berita, Detikcom mengandalkan peran penulis dan editor. Dalam hal ini editor dan penulis memiliki fungsinya masing-masing dalam penulisan berita sebelum ditampilkan kepada khalayak. “Penulis bertugas menerima laporan dari lapangan, editor bertugas memverifikasi tulisan. Setiap berita ditulis dan diedit oleh orang yang berbeda. Ada laporan masuk lewat email yang diedit editor pun masih perlu diverifikasi ”. 36 Setelah diverifikasi oleh editor, editor bertugas menerbitkan kepada khalayak melalui web Detikcom. Oleh karena itu, untuk mempermudah dalam gambaran proses produksi berita di Detikcom, peneliti berusaha mengilustrasikan melalui gambar dibawah ini : 36 Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno, Jakarta, 10 Juni 2014 Gambar 3 37 Alur Pemberitaan di Detikcom hingga ke Khalayak Hasil Rapat 37 Wawancara Pribadi dengan Elvan Dany Sutrisno Redaktur Pelaksana dan Erwin Dariyanto Editor pada tanggal 10 Juni 2014 Publikasi Rapat Editorial Meeting di Sore hari Jam 17.00 WIB Rapat Evaluasi dan perencanaan isu apa yang akan ditampilkan esok hari. Dihadiri oleh : Pimpinan Redaksi, Redaktur Pelaksana, Redaktur, Koordinator liputan Laporan diserahkan ke Editor untuk di publikasikan ke khalayak Penulis menyerahkan laporan terstruktur kepada Redpel Malamnya hasil rapat distribusikan oleh Koodinator Liputan kepada Wartawan. Koordinator Liputan menyerahkan laporan kepada Penulis Pengumpulan Bahan Penugasan Reporter Rapat Editorial Meeting di Pagi hari Jam 08.00 WIB Rapat pergerakan isu terakhir dan keterkaitan isu apa yang akan ditampilkan di siang hari Koordinator Liputan memanntau laporan yang dikirim oleh wartawan Laporan dari Reporter ke Redaksi, melalui : a. Telepon b. Email Dalam proses produksi berita, tak terlepas dari ideologi institusi. Jika berbicara mengenai media sebagai discourse tak akan terlepas dari peran bahasa, pengetahuan yang melandasi dan serta bentuk kepentingan yang melandasi. Hal tersebut tak dapat dipisahkan dari peran ideologi sebuah media. 38 Detikcom merupakan media online yang mengandalkan kecepatan dalam pemberitaann. Abdul Rahman, pendiri Detikcom menyatakan bahwa filosofi Detikcom ialah Never Stand Still takkan pernah berhenti yang artinya Detikcom selalu ingin berkembang dan terus menampilkan hal-hal yang baru dalam berbagai hal. Penggunaan nama Detik sendiri merupakan sebuah landasan yang artinya Detikcom harus selalu lebih cepat, lebih lengkap dari sisi berita maupun teknologi dan hal-hal lain yang dibutuhkan oleh pembaca. 39 Hal tersebut pun turut dinyatakan oleh wartawan Detikcom yang menyatakan bahwa Detikcom berusaha menyajikan berita yang objektif dengan mengandalkan kecepatan dalam proses pemberitaan. “Ideologi detik.com berupaya menjadi media online yang obyektif, tercepat, dan berimbang. Persaingan media online dalam tiga tahun terakhir ini cukup sengit, pembaca pun makin kritis dan cerdas dengan berita yang disajikan. Sesuai nama, Detik.com ingin mencoba menyajikan kecepatan berita namun diiringi ketepatan dalam penyajiannya, alias cover both side ”. 40 Hal tersebut pun diterapkan oleh Detikcom. Pada proses produksi berita, wartawan ingin menyajikan suatu pemberitaan yang kritis. Namun konsep penyajian tersebut tak terlepas dari konsep yang telah diterapkan oleh kantor. “Ya, bisa terjadi di lapangan. Saya sebagai jurnalis ingin menyajikan berita secara berimbang dan kritis kepada pihak mana pun jika memang 38 Yasraf, Amir Piliang, Post-Realitas : Realitas Kebudayaan dalam Era Post-Metafisika, h. 70 39 Company Profile Media Kit Digital Detikcom 40 Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via email, Jakarta, 22 Agustus 2014 menyesuaikan kebutuhan. Namun, kadang hal ini harus menyesuaikan konsep keinginan institusi kantor dalam penyajian berita ”. 41 Dalam hal ini, ideologi pribadi wartawan Detikcom tidak dapat mempengaruhi pemberitaan. Seluruh berita yang disajikan oleh Detikcom merupakan hasil data yang diperoleh oleh wartawan lapangan. “Wartawan menuliskan berita berdasarkan data yang diperoleh di lapangan bukan atas pengaruh sebuah paham ideologi tertentu. Pada intinya ideologi wartawan tidak bisa mempengaruhi pemberitaan ”. 42 Jika melihat peringkat popularitasnya, alexa.com merilis Detikcom menduduki peringkat ke sembilan sebagai media online yang popular di Indonesia. Dengan demikian ratting yang ditunjukkan oleh Detikcom dapat dikatakan sangat baik. Ratting bagi media online merupakan hal yang penting. Hal ini terkait dengan tolak ukur media tersebut di mata publik. Hal tersebut turut dirasakan oleh Detikcom. Detikcom memandang sebuah ratting sebagai tolak ukur terhadap media tersebut. “Ratting dapat dijadikan sebagai tolak ukur. Dalam hal ini kita dapat melihat apakah berita tersebut dibaca atau tidak oleh khalayak ”. 43 Selain hal tersebut, ratting bagi Detikcom dipandang sebagai acuan untuk terus mengembangkan diri dalam menghadapi persaingan media online di tanah air. “Ratting penting untuk sebuah media sebagai tolak ukur untuk perkembangan dan kebutuhan ke depan. Ratting juga menjadi indikator persaingan media untuk bisa berbenah ”. 44 41 Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via email, Jakarta, 22 Agustus 2014 42 Wawancara pribadi dengan Editor Detikcom, Erwin Dariyanto, via email, Jakarta 23 Agustus 2014 43 Wawancara pribadi dengan Editor Detikcom, Erwin Dariyanto, via email, Jakarta 23 Agustus 2014 44 Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via email, Jakarta, 22 Agustus 2014 Bila memandang pola kerja dalam memproduksi berita, wartawan Detikcom, Hardani Triyoga menyatakan bahwa pemberitaan di Detikcom selalu dituntut untuk meningkatkan ratting. Walaupun ratting menjadi faktor utama, namun harus dilihat dari beberapa aspek pula dalam menyajikan berita. “Ya, benar. Kalau berita yang tidak punya ratting dan pembaca sedikit buat apa disajikan. Namun, harus dilihat dari berbagai sisi pula dalam menyajikan berita. Meskipun sisi ratting menjadi faktor utama. Seperti berita Jokowi, Prabowo, Pilpres yang punya ratting bagus ”. 45 Namun pernyataan tersebut mendapat sanggahan dari Erwin Dariyanto, Editor Detikcom. Dalam hal ini ia menyatakan bahwa pemberitaan Detikcom tidak dituntut untuk meningkatkan ratting. Dalam hal ini, redaksi dituntut untuk menyajiakn berita dengan kualitas yang baik. “Tidak, redaksi dituntut untuk menyajikan berita dengan kualitas yang bagus dan akurat ”. 46 Dengan demikian, bila melihat kepentingan yang berada di balik media, media tak dapat terlepas dari dua kepentingan utama, yaitu kepentingan ekonomi economic interest dan kepentingan kekuasaan power interest. 47 Jika melihat hasil temuan peneliti, Detikcom tak terlepas pada kepentingan ekonomi. Hal tersebut dapat terlihat dari tingginya tingkat kepercayaan perusahaan iklan yang bekerjasama dengan Detikcom untuk mengiklankan produk mereka. Hal tersebut dikarenakan tingginya tingkat ratting pembaca Detikcom. Detikcom menyatakan bahwa dengan meningkatkan kualitas, maka Detikcom dapat menjaring jumlah pembaca. Tak hanya itu saja, Detikcom pun berhasil 45 Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via email, Jakarta, 22 Agustus 2014 46 Wawancara pribadi dengan Editor Detikcom, Erwin Dariyanto, via email, Jakarta 23 Agustus 2014 47 Yasraf, Amir Piliang, Post-Realitas : Realitas Kebudayaan dalam Era Post-Metafisika, h. 69 membangun loyalitas dengan pembaca yang massal dari berbagai kelompok. Dengan demikian hal tersebut menjadi sebuah keuntungan yang diperoleh bagi pemasang iklan di Detikcom untuk memasarkan produk mereka. 48 Sehingga semakin meningkatnya pemasang iklan di Detikcom, keuntungan Detikcom pun semakin meningkat setiap tahunnya.

2. Konsumsi Teks

Pada tahap konsumsi teks, peneliti mewawancarai beberapa narasumber. Narasumber tersebut merupakan pembaca Detikcom yang turut mengamati pemberitaan Partai Keadilan Sejahtera. Pada tahap konsumsi teks, peneliti ingin mengetahui bagaimana pandangan masyarakat mengenai pemberitaan tentang Partai Keadilan Sejahtera di Detikcom. Detikcom merupakan salah satu media yang memberitakan melalui online, Oleh karena itu pembaca dapat mengakses pemberitaan melalui media online. Pada tahap pencarian pembaca Detikcom, Detikcom tidak mempunyai data yang spesifik mengenai pembaca Detikcom. Hal ini dikarenakan Detikcom merupakan media online sehingga tidak memiliki data pembaca yang spesifik seperti pada media cetak. Untuk mengetahui pembaca Detikcom, peneliti berinisiatif mencari pembaca Detikcom melalui jejaring sosial, salah satunya twitter dan bertanya langsung. Peneliti menemukan empat pembaca Detikcom yang aktif dan turut mengikuti pemberitaan mengenai Partai Keadilan Sejahtera di Detikcom. Pembaca pertama, yaitu, Farida Nur‟Aini, merupakan seorang mahasiswi S1 Universitas Negeri Surakarta. Pembaca kedua, yaitu, Desy Dwi Setiawati, merupakan seorang mahasiswi S2 Universitas Negeri Surakarta. Pembaca ketiga, 48 Company Profile Media Kit Detikcom yaitu, Irwan Bengkulah, merupakan karyawan swasta. Pembaca keempat, Rokhmatunnisa Febrianti, merupakan mahasiswi S1 Universitas Negeri Jakarta. Peneliti melakukan wawancara melalui beberapa cara, via wawancara langsung, via telepon dan via email. Peneliti mewawancarai pembaca terkait dengan : a. Data pembaca b. Pengenalan pembaca dengan Detikcom c. Pandangan pembaca mengenai pemberitaan di Detikcom d. Pandangan pembaca mengenai pemberitaan Partai Keadilan Sejahtera di Detikcom Perkenalan para pembaca Detikcom bermula dari bangku kuliah. Dua pembaca menyatakan telah membaca Detikcom sejak tahun 2010 dan satu pembaca menyatakan telah membaca Detikcom sejak tahun 2013. “Saya mengenal detikcom saat pertama kali kuliah sekitar tahun 2010. Hal ini bermula saat saya menjadi anak kosan yang kebetulan tak tersedia TV untuk media informasi. Sehingga saya mencoba mencari informasi yang saya butuhkan melalui media online, salah satunya Detikcom ”. 49 Sifat Detikcom yang online menjadikan Detikcom mudah diakses. Pada jalur publikasian berita, Detikcom tidak hanya mengandalkan web resminya saja. Detikcom pun mempublish beritanya melaui jejaring sosial, seperti twitter. Melalui cara tersebut, memudahkan pembaca untuk mengenal Detikcom. “Sekitar tahun 2010, pas kuliah. Itu berawal dari twitter. Biasanya kan Detikcom itu selalu mempublish beritanya melalui twitter ”. 50 “Saya mengenal Detikcom sekitar tahun 2013, saat saya membuat skripsi kira-kira pertengahan Juli atau Agustus 2013 ”. 51 49 Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNS , Farida Nur „Aini , Purworejo 27 Juli 2014 50 Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNS , Desy Dwi Setiawati via Telepon, pada 14 Juli 2014 51 Wawancara pribadi dengan Karyawan Swasta , Irwan Bengkulah, Jakarta,16 Agustus 2014 Sementara itu, pendapat dari pembaca keempat menyatakan mengenal Detikcom saat dirinya tengah duduk di bangku sekolah menengah pertama. “Saya mengenal Detikcom sekitar tahun 2006-2007, sekitar saya masih SLTP ”. 52 Tampilan Detikcom yang tersturuktur dalam menyajikan kategori pemberitaan membuat pembaca lebih mudah dalam mencari pemberitaan. Tampilan tersebut menarik perhatian pembaca, khususnya dari kalangan Mahasiswa. “Tampilannya menurut saya standard tetapi dalam pencarian berita, Detikcom memberikan kemudahan bagi pembacanya. Karena Detikcom mengkategorisasikan berita-berita melalui kana-kanal yang disediakan sehingga pembaca lebih mudah dalam mencari informasi yang dibutuhkan ”. 53 Selain tampilannya, terdapat kelebihan lain Detikcom yang dapat menarik minat pembaca. Dalam penyajian berita, Detikcom termasuk media online yang mudah dipahami dan pemberitaannya yang up date. Sehingga tidak menyulitkan pembaca untuk memahami sebuah berita di Detikcom. “…..kalau dari segi isi pemberitaannya, Detikcom termasuk media online yang cukup mudah dipahami dalam penyajian beritanya ”. 54 “Tampilannya cukup menarik. Dari segi pemberitaannya, bisa dibilang update. Dalam tingkat kebahasaaannya, Detikcom termasuk media online yang mudah dipahami, kalau dibandingkan dengan media online yang lain ”. 55 Lain halnya dengan isi pemberitaannya, pembaca ketiga, menyatakan adanya keberpihakan Detikcom pada satu golongan. Hal tersebut dapat terlihat saat momentum pemilu. 52 Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNJ , Rokhmatunnisa, Jakarta, 21 Agustus 2014 53 Wawancara pribadi dengan M ahasiswa UNS , Farida Nur „Aini, Purworejo,27 Juli 2014 54 Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNS , Desy Dwi Setiawati via Telepon, pada 14 Juli 2014 55 Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNJ , Rokhmatunnisa, Jakarta, 21 Agustus 2014 “Menurut saya tampilannya user friendly. Kalau dari sisi pemberitaannya sendiri, sebelum pemilu, pemberitaannya bagus, dalam artian kita sebagai pembaca dapat menambah informasi. Namun kekurangannya, akhir-akhir ini semenjak ada pemilu, seperti berat sebelah, mendukung salah satu pihak ”. 56 Berkaitan dengan pandangan pembaca mengenai berita perubahan slogan Partai Keadilan Sejahtera, pembaca memiliki persepsi masing-masing. Pembaca pertama, yaitu Farida Nur‟Aini dan ketiga, yaitu, Irwan Bengkulah, menyatakan bahwa dengan adanya perubahan slogan pada Partai Keadilan Sejahtera memberikan dampak positif dari partai. Dengan adanya hal tersebut, Partai Keadilan Sejahtera dapat memperbaiki citra yang telah tercemar oleh kasus Luthfi Hasan Ishaaq. “Menurut saya adanya perubahan slogan dari PKS memberikan dampak yang positif terhadap partai tersebut. Perubahan slogan itu, bisa mengubah image yang baik untuk partai PKS setelah adanya „prahara‟ dalam partai tersebut. Saya kira slogan yang awal yaitu, „bersih, peduli, profesional‟ tersebut dirasa tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Hal ini dibuktikan dengan adanya kasus korupsi import daging sapi. Mungkin dengan adanya perubahan slogan tersebut, merupakan salah satu cara PKS dalam memperbaharui image ”. 57 “Perubahan slogan itu seperti adanya sebuah perbaikan. Mereka seperti menyadari tidak semua anggotanya itu bersih, masih ada oknum-oknum yang ada didalam partai yang tidak bertanggung jawab. Sehingga mereka melakukan perubahan slogan tersebut, menurut saya seperti itu ”. 58 Pendapat lain disampaikan oleh pembaca Detikcom mengenai hal tersebut. Desy Dwi Setiawati menyampaikan bahwa dengan adanya perubahan slogan Partai Keadilan Sejahtera tidak memberi pengaruh apa pun pada keadaan Partai Keadilan Sejahtera. 56 Wawancara pribadi dengan Karyawan Swasta , Irwan Bengkulah, Jakarta, 16 Agustus 2014 57 Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNS , Farida Nur „Aini, Purworejo, 27 Juli 2014 58 Wawancara pribadi dengan Karyawan Swasta , Irwan Bengkulah, Jakarta, 16 Agustus 2014 “Menurut saya adanya perubahan slogan tidak terlalu berpengaruh untuk partai PKS. PKS berubah atau tidaknya slogan hasil pemilu kemarin saya lihat sih menurun tingkat elektabilitasnya. Disini mungkin adanya beberapa faktor yang melatarbelakangi, mungkin salah satunya kurang mendapat kepercayaan dari masyarakat ”. 59 Pembaca keempat, Rokmatunnisa menyatakan perubahan slogan tersebut merupakan hal yang menarik. Dengan perubahan slogan tersebut, Partai Keadilan Sejahtera ingin menampilkan sesuatu yang berbeda. Hal ini dirasa berkaitan dengan situasi pemilu 2014. “Kalau menurut saya itu hal yang menarik, karena untuk ukuran partai politik biasanya tagline itu lebih dibuat secara serius, namun PKS itu membuatnya terkesan lebih hangat. Untuk perubahan tagline nya itu mungkin PKS ingin menampilkan tampilan yang lebih fresh, sehingga mereka mengganti tagline. Jika dihubungkan dengan situasional jelang pemilu, sepertinya perubahan tagline ini ada keterkaitannya. Perubahan tagline tersebut seperti digunakan untuk menarik massa yang melihat dari keadaan partai dari luarnya saja. Ya walaupun dampaknya tidak begitu luar biasa. Sehingga dapat dikatakan perubahan tagline tersebut dapat sebagai penaikan citra ”. 60 Berdasarkan pendapat diatas, dua dari empat pembaca Detikcom menyatakan perubahan slogan tersebut dirasa sebagai adanya perubahan image partai. Hal ini lantaran slogan terdahulu kurang mewakili keadaan yang ada. Sementara itu, seorang pembaca memandang perubahan slogan yang dilakukan Partai Keadilan Sejahtera terkait dengan penaikan citra partai karena adanya pemilu 2014. Pendapat lain dikemukakan oleh seorang pembaca yang menyatakan perubahan slogan yang dilakukan oleh Partai Keadilan Sejahtera tidak berpengaruh dengan tingkat elektabilitas partai di pemilu 2014. 59 Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNS , Desy Dwi Setiawati via Telepon, pada 14 Juli 2014 60 Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNJ , Rokhmatunnisa, Jakarta, 21 Agustus 2014 Berkaitan dengan citra Partai Keadilan Sejahtera pada Pemilu 2014 kali ini, Farida Nur „Aini menyatakan adanya penurunan citra Partai Keadilan Sejahtera. Hal ini dibuktikan dengan penururunan perolehan suara pada Pemilu legislatif 2014. “Menurut pandangan saya, citra PKS dalam pemilu 2014 telah menurun elektabilitasnya, hal ini bisa dilihat dari hasil pemilu legislatif yang sangat turun perolehannya dari pemilu 2009 kemarin. Adanya oknum PKS yang melakukan korupsi merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap citra PKS di pemilu 2014. Pemberiaan slogan partai seharusnya berbanding lurus dengan sikap para anggota partai tersebut. Menurut saya, adanya perubahan slogan tersebut mungkin kurang memberi respon yang baik. Publik lebih mengenal PKS karena kasus korupsi import sapi dibanding dengan kerja nyatanya. Sehingga menurut saya, PKS kurang memberikan kerja nyatanya ”. 61 Hal senada pun disampaikan oleh Desy. Citra Partai Keadilan Sejahtera pada pemilu 2014 kali ini terbilang buruk. Hal ini terbukti dengan turunnya tingkat perolehan suara yang diperoleh tahun ini. “Citra PKS di pemilu 2014 sangat buruk. Hal ini terbukti dengan suara pemilu yang didapat sangat turun drastis dibandingkan dengan pemilu sebelumnya. Kalau menurut saya, karena adanya kasus korupsi sebelumnya ”. 62 Pendapat lain dinyatakan oleh Irwan Bengkulah. Ia berpendapat bahwa citra Partai Keadilan Sejahtera hingga saat ini terbilang cukup baik. Namun hanya saja terdapat beberapa kekurangan didalamnya. “Hingga saat ini citra PKS secara umum masih bagus, tapi kalau saya pribadi kurang suka dengan anggapan bahwa mereka adalah partai Isalm yang katanya didukung oleh orang-orang yang baik-baik yang mayoritas Islam di Indonesia. Seharusnya kalau mereka partai Islam lakukanlah dengan cara Islam, tidak terlalu memaksa ataupun berkoar-koar Islam itu kan mengajarkan untuk lebih mengalah dan bersabar, sehingga tidak ada pemaksaan. Kalaupun salah, tidak usah menjatuhkan pihak lain juga. Islam 61 Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNS , Farida Nur „Aini, Purworejo, 27 Juli 2014 62 Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNS , Desy Dwi Setiawati via Telepon pada 14 Juli 2014 kan mengajarkannya tidak seperti itu. Sepertinya elit-elit politiknya terlalu ambisius juga, namun secara menyeluruh saya suka ”. 63 Sementara itu, Rokhmatunnisa Febrianti menyatakan bahwa citra Partai Keadilan Sejahtera cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari rutinitas kegiatan yang mereka lakukan. Namun hanya saja media kurang mengekspose hal tersebut. “Kalau menurut saya citra PKS itu sudah cukup baik, yang saya baca dari pemberitaan Detikcom. Hal tersebut diperlihatkan dengan berbagai kegiatan sosial yang menjadi rutinitas oleh PKS. Namun kegiatan tersebut kurang terekspose oleh awak media ”. 64 Berdasarkan pendapat diatas ialah dua pembaca Detikcom menyatakan adanya penurunan citra Partai Keadilan Sejahtera di pemilu 2014. Sementara dua lainnya berpendapat bahwa tidak ada penurunan citra Partai Keadilan Sejahtera di pemuilu 2014. Jika melihat kinerja Partai Keadilan Sehatera saat ini, Farida Nur‟Aini menyatakan bahwa Partai Keadilan Sejahtera kurang melakukan kinerja nyatanya. “Evaluasi kinerja PKS dan internal partai sebaiknya lebih ditingkatkan, melalui kerja yang nyata. Sehingga dapat mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap PKS ”. 65 Selain hal tersebut, Desy Dwi Setiawati mengharapkan Partai Keadilan Sejahtera untuk memegang amanah dan konsisten dengan slogan yang diusung. “Agar para pejabat di PKS tidak melakukan korupsi dan menjalankan amanahnya dengan baik sehingga citra partai PKS bisa membaik. Terlebih pada pejabat PKS diharapkan dapat bersikap sesuai dengan slogan partainya ”. 66 63 Wawancara pribadi dengan Karyawan Swasta , Irwan Bengkulah, Jakarta,16 Agustus 2014 64 Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNJ , Rokhmatunnisa, Jakarta, 21 Agustus 2014 65 Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNS , Desy Dwi Setiawati via Telepon pada 14 Juli 2014 66 Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNS , Farida Nur „Aini, Purworejo, 27 Juli 2014 Lain halnya dengan pandangan dari Irwan Bengkulah, dan Rokhmatunnisa. Mereka menyatakan kinerja Partai Keadilan Sejahtera tidak ada penurunan pada kinerja partai. Hanya saja adanya penurunan tingkat kepercayaan publik. “Kalau saya lihat dari data-data yang pernah saya lihat di internet, ya bagus. Karena dia tidak masuk 5 besar partai korupsi. Jadi menurut saya kinerja bagus, ga banyak godaan korupsinya ”. 67 “Kalau saya lihat tidak ada penurunan kinerja PKS, masih sama dengan saat tahun 2004 dan 2009. Namun yang menurun itu adalah tingkat kepercayaan publik terhadap PKS. Hal ini mungkin karena media terlalu memblow up kasus hukumnya saja ”. 68 Jika melihat penjelasan diatas, terdapat dua pandangan. Dua pembaca menilai Partai Keadilan Sejahtera diharapkan untuk menjalankan amanat dan konsisten dengan slogan yang diusungnya. Pembenahan internal partai dan melakukan kerja-kerja nyata merupakan hal yang mampu mengembalikan kepercayaan masyarakat. Dua pembaca lain menyatakan bahwa kinerja Partai Keadilan Sejahtera tidak ada penurunan. Namun hanya saja tingkat kepercayaan publik mengalami penurunan.

C. Sociocultural Practice

Analisis sociocultural practice didasarkan pada asumsi bahwa konteks sosial yang ada di luar media. Menurut Fairclough dalam menentukan sociocultural hal yang dilihat dari dimensi discourse practice. Dalam hal ini, Fairclough membuat tiga level sociocultural practice, yaitu level situasional, institusional, dan sosial. 69 Untuk mengetahui sociocultural practice sebuah media hal yang perlu diperhatikan ialah pada tahap discourse practice. Dalam hal ini, analisis produksi 67 Wawancara pribadi dengan Karyawan Swasta , Irwan Bengkulah, Jakarta, 16 Agustus 2014 68 Wawancara pribadi dengan Mahasiswa UNJ , Rokhmatunnisa, Jakarat, 21 Agustus 2014 69 Eriyanto, Analisis Wacana , h.320 dan konsumsi teks merupakan hal yang diperhatikan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, perubahan slogan yang dilakukan oleh Partai Keadilan Sejahtera ini diduga sebagai upaya penyelamatan partai untuk menghadapi pemilu 2014. Hal ini tak terlepas dari kasus yang menjerat mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera, Luthfi Hasan Ishaaq. Hal tersebut dibenarkan oleh Sekertaris Bidang Humas DPP Partai Keadilan Sejahtera, Dedi Supriadi. Dedi menyatakan bahwa Partai Keadilan Sejahtera mengeluarkan slogan cinta, kerja, harmoni tersebut ditunjukan untuk menenangkan para kader Partai Keadilan Sejahtera. “Ternyata kasus tersebut ga berpengaruh di lapangan. Sehingga kita merasa upaya menenangkan kader dengan slogan tersebut rupanya sangat berhasil, kinerja partai tidak bertambah buruk justru semakin membaik, hal ini dibuktikan dengan kemenangan kader-kader kita di Pilkada ”. 70 Pada dasarnya Partai Keadilan tidak sepenuhnya mengubah slogan bersih, peduli dan profesional. Dalam hal ini, adanya slogan cinta, kerja dan harmoni dikarenakan untuk menenangkan kader yang tengah dilanda prahara kasus korupsi import daging sapi. Sehingga adanya slogan tersebut bersifat situasional. “Makanya ditengah itu pun kita mengeluarkan slogan lain jadi jalan berbarengan dengan cinta, kerja, harmoni. Cinta, kerja, harmoni mungkin sekitar 4 bulan kemudian diikuti dengan slogan baru yang berjalan bersamaan, yaitu “lebih dekat dan melayani”. Ini kan bagian dari penarikan kita dari kenyataan di lapangan bahwa kita PKS merupakan partai politik yang kader-kadernya memang berada dekat dengan masyarakat. Dan selalu memberikan pelayanan kepada masyarakat, dan itu kita sampaikan kepada masyarakat bahwa kita ingin membangun cinta, kerja dan harmoni dan kita ada bersama mereka, kita dekat dengan mereka dan kita melayani mereka”. 71 70 Wawancara pribadi dengan Sekertaris Bidang Humas, Dedi Supriadi, Jakarta,04 Juni 2014 71 Wawancara pribadi dengan Sekertaris Bidang Humas, Dedi Supriadi, Jakarta,04 Juni 2014