Analisis Discourse Practice TEMUAN DAN ANALISIS
Dalam pemilihan isu yang akan ditampilkan ke khalayak, Detikcom memiliki pertimbangan tersendiri. Beberapa pertimbangan tersebut berkaitan dengan
kriteria layak berita. Kriteria layak berita yang dimaksud disini ialah sebuah kejadian yang menyangkut kepentingan orang banyak. Sehingga isu yang
ditampilkan ialah hal apa yang sedang ramai diperbincangkan oleh khalayak. “Kita ada kriteria layak berita dalam menentuan isu yang ditampilkan oleh
Detikcom. Kriteria berita yang layak adalah berita yang menyangkut kepentingan orang banyak
”.
14
Dalam penentuan isu yang akan dibahas, asas demokrasi selalu diterapkan di Detikcom.
Walaupun Redaktur
Pelaksana merupakan
bagian yang
bertanggungjawab atas penentuan isu yang akan dibahas. Namun Redaktur Pelaksana selalu bersikap demokratis dalam penentuan isu. Redaktur Pelaksana
selalu menerima saran-saran yang diberikan oleh team nya untuk mengembangkan isu tersebut.
“Saya yang bertanggungjawab tapi saya selalu mengajak teman-teman untuk berdiskusi. Saya tidak pernah rapat tertutup. Saya punya team 5-6
orang. Team saya selalu berdiskusi mengenai isu yang akan menjadi bahan pemberitaan. Isu itu saya bawa ke rapat editorial meeting. Di editorial
meeting itu saya akan diberi masukan oleh Pemimpin Redaksi dll. Pagi hari saya share, kemudian mereka langsung mengolah isu tersebut. Saya
bisa menambahkan isu ditengah-tengah, bila ada hal yang menarik dan bisa mengurangi isu bila itu hal yang
sensitif”.
15
Dalam menentukan isu yang dibahas, wartawan Detikcom turut berperan. Wartawan dapat memberi usulan berkenaan mengenai isu yang akan dibahas.
Namun usulan tersebut disesuaikan dengan konsep perusahaan. “Wartawan dapat berkontribusi dalam menetukan tema dalam rapat
redaksi. Namun wartawan untuk memberi sebuah usulan dalam rapat redaksi biasanya akan menyesuaikan kemauan kantor. Misalnya, kantor
punya pegangan ini, contohnya, hal ini karena pembacanya lebih banyak.
14
Wawancara pribadi dengan Editor Detikcom, Erwin Dariyanto, Jakarta, 10 Juni 2014
15
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno, Jakarta, 10 Juni 2014
Karena mereka lebih tahu radius pembaca yang lebih banyak. Cuma kita lebih tau dari sisi lapangannya
”.
16
Dalam memperoleh
sumber pemberitaan,
Detikcom tidak
hanya mengandalkan dari wawancara langsung narasumber, melainkan sumber-sumber
yang terpercaya lainnya, seperti buku-buku, web-web resmi. “Ada banyak cara mendapatkan berita, kita bisa ambil dari website KPU,
atau dari sumber yang terpercaya lainnya. Itu pengambilan berita ”.
17
Pada pengangkatan isu mengenai perubahan slogan Partai Keadilan Sejahtera ini di latarbelakangi dari adanya perubahan image Partai Keadilan Sejahtera yang
awalnya mencitrakan diri sebagai partai yang bersih, namun usai adanya kasus korupsi import daging sapi yang menjerat Mantan Presiden Luthfi Hasan Ishaaq
merubah image tersebut. “Hal yang menarik PKS yang dulu mencitrakan partai bersih kini
mengubah slogannya setelah presiden partainya kena kasus korupsi. Kasus Luthfi itu cukup menyedot perhatian khalayak, karena Luthfi merupakan
pemimpin Partai Islam pertama yang menjadi tersangka korupsi
”.
18
Pertimbangan lain yang melatarbelakangi pengangkatan isu perubahan slogan Partai Keadilan Sejahtera ialah peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang
sedang diperbincangkan oleh khalayak. Hal ini merujuk pada kriteria layak berita. “Hal ini menyangkut kriteria layak berita, PKS ini kan salah satu partai
politik yang masuk 10 besar, kemudian diperhitungkan, salah satu partai Islam
”.
19
Perubahan slogan yang terjadi oleh Partai Keadilan Sejahtera dipandang sebagai salah satu upaya penyelamatan para kader dari keterpurukan akibat
16
Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via Telepon, Jakarta, 16 Juli 2014
17
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno, Jakarta, 10 Juni 2014
18
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno, Jakarta, 10 Juni 2014
19
Wawancara pribadi dengan Editor Detikcom, Erwin Dariyanto, Jakarta, 10 Juni 2014
hantaman pemberitaan media yang selalu menyoroti kasus hukum Partai Keadilan Sejahtera.
“Perubahan slogan itu merupakan salah satunya, karena mereka kan ingin tampil lebih baru, sesuatu yang menampilkan bisa lebih dekat dari
masyarakat. Selama ini kan PKS akar rumputnya kuat. Tapi sepertinya hal itu tidak seperti pada tahun 2004 hingga 2009. Dalam 3 tahun belakangan
ini
PKS mengalami
kemunduran dimata
masyarakat tingkat
elektabilitasnya. Oleh karena itu, mereka mencoba hal itu perubahan slogan agar menjadi awal pada diri mereka
”.
20
Menurut John Vivian media online memiliki sifat khas, seperti up date, real time dan praktis dalam pemberitaannya. Detikcom sebagai media online memiliki
standar pemberitaan yang lebih spesifik dibandingkan dengan media lainnya. Pemberitaan Detikcom mengikuti sifat pembaca yang dinilai memerlukan berita
yang simple, berisi, cerdas dan padat. Oleh karena itu, Detikcom berusaha memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pembaca secara cepat lengkap
dengan informasi yang padat dan menarik. Standar dalam pemberitaan di Detikcom terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu menarik, up date, dan
berdampak ke banyak hal. “Berita online biasanya memiliki standar tersendiri, yang pertama itu
menarik, setiap media pastinya memberitakan hal yang menarik. Kedua, terbaru atau up to date, jadi tidak hanya menarik, berita itu harus terbaru.
Selain itu, berita itu harus memiliki efek ke banyak hal dan bisa diteruskan istilah kami di running. Berita di Detik tidak pernah berdiri dari satu
berita saja tetapi selalu berbuntut
”.
21
Bila berbicara mengenai berita politik yang bersifat dinamis, pemberitaan politik di Detikcom memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan media online
lainnya. Detikcom merupakan media online yang mampu menyajikan berita politik dengan metode investigasi. Dalam hal ini, Detikcom tidak hanya mengikuti
20
Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via Telepon, Jakarta, 16 Juli 2014
21
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno, Jakarta, 10 Juni 2014
isu terkini saja, melainkan dapat mengembangkan isu tersebut menjadi hasil berita yang lebih mendalam. Sehingga dalam penyajiannya, berita di Detikcom tidak
mungkin berdiri sendiri. Berita Detikcom selalu memiliki keterkaitan antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya.
“Untuk ciri khas Detik itu lebih cepat, kemudian kami tidak hanya mengikuti isu terkini.
Detikcom beda dengan media online lain. Pertama, selain mengembangkan isu yang berkembang di lapangan kita juga create
dan investigasi isu sendiri yang kemudian juga diikuti media lain dan mengubah banyak hal. Kedua, setiap berita di detikcom tidak pernah
sendiri, kami menyebutnya running news, setiap berita selalu bersambung sampai tuntas, banyak hal menarik dikupas
”.
22
Pemberitaan Detikcom yang bersifat running news berita terkait ini memberikan pengembangan isu yang lebih mendalam. Pada pemberitaan
perubahan slogan Partai Keadilan Sejahtera ini, Detikcom menampilkan pemberitaan Partai Keadilan Sejahtera tidak hanya dilihat dari sudut pandang
perubahan slogan semata. Detikcom pun menggambarkan mengenai ulasan rekam jejak Partai Keadilan Sejahtera. Rekam jejak tersebut digambarkan melalui sebuah
kumpulan berita yang diberi nama metamorfosis. Metamorfosis menyajikan perubahan-perubahan yang dialami oleh Partai Keadilan Sejahtera yang dahulu
bernama Partai Keadilan menjadi Partai Keadilan Sejahtera. Dalam pemberitaan tersebut, diperlihatkan adanya sebuah perbandingan yang ingin disampaikan oleh
Detikcom. Perbandingan tersebut tergambar dari adanya penempatan subjek Partai Keadilan yang masih dipimpin golongan tua dengan Partai Keadilan Sejahtera
yang kini dipimpin oleh golongan muda. Hal yang ingin disampakan oleh Detikcom kepada khalayak ialah melalui metamorfosis yang dilakukan oleh Partai
22
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno, Jakarta, 10 Juni 2014
Keadilan Sejahtera tersebut apakah dapat menyelamatkan partai tersebut di Pemilu 2014.
“Hal yang ingin disampaikan pada pemberitaan metamorfosis PKS adalah PKS yang dulu dipimpin oleh kalangan tua kini dipimpin kalangan muda.
Kita ingin tahu apakah metamorfosis itu berhasil menyelamatkan PKS di pemilu 2014 atau tidak? apakah metamorfosis itu benar-benar perubahan
atau hanya sebuah retorika politik dan seperti apa dampaknya di masyarakat
”.
23
Selain hal tersebut, pertimbangan lain Detikcom mengulas metamorfosis Partai Keadilan Sejahtera ialah Detikcom ingin menampilkan sisi lain dari partai
yang berideologi Islam. Detikcom ingin menawarkan sebuah angel yang berbeda dari pemberitaan Partai Keadilan Sejahtera yang saat itu tengah dihujani
pemberitaan terkait kasus korupsi Mantan Presiden Luthfi Hasan Ishaaq. “Secara tidak langsung, kita ingin menampilkan suatu berita yang
menceritakan dibalik sisi lain dari PKS. PKS itu sebuah partai baru yang berideologi Islam, seperti bayi ajaib, setelah reformasi mereka benar-benar
menonjol. Dulu namanya Partai Keadilan sebelum menjadi PKS. Nah Partai Keadilan ini rupanya telah berhasil mengambil hati masyarakat saat
itu, kemudian berlanjut dari 2004 dan 2009. Nah kami ingin menunjukan sisi lain PKS, ini loh PKS, ini loh partai yang sedang dihantam kasus
import daging sapi. Tapi disisi lain kita melihat PKS masih ada sisi positifnya
”.
24
Jika melihat rekam jejak yang dihadirkan Detikcom mengenai Partai Keadilan Sejahtera, tidak terlalu terlihat adanya perubahan rutinitas dan kegiatan yang
dilakukan partai antara yang dahulu dipimpin oleh golongan tua dengan saat ini yang dipimpin oleh golongan muda. Pada pemberitaan tersebut hal yang ingin
diperlihatkan ialah bagaimana upaya penyelamatan Partai Keadilan Keadilan Sejahtera dalam menghadapi pemilu 2014.
23
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno, Jakarta, 10 Juni 2014
24
Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via Telepon, Jakarta, 16 Juli 2014
Perubahan slogan dan beberapa kegiatan yang dilakukan partai untuk meningkatkan kesolidan antar anggota. Hal tersebut merupakan sebuah cara yang
dilakukan oleh Partai Keadilan Sejahtera untuk melakukan upaya penyelamatan dalam menghadapi pemilu 2014. Detikcom memandang upaya yang dilakukan
oleh Partai Keadilan Sejahtera tersebut dirasa mampu meningkatkan tingkat elektabilitas. Hal ini dibuktikan dengan perolehan hasil pemilu legislatif tahun
2014, Partai Keadilan Sejahtera memperoleh suara sebanyak 6,79 persen. Sebelumnya, dalam hasil survey, Partai Keadilan Sejahtera merupakan salah satu
partai yang diprediksi tidak lolos dalam electoral thereshold. “Bisa dilihat bagaimana citra PKS di berbagai survey. namun ternyata
hasil survei terhadap PKS tidak begitu akurat, nyatanya PKS masih memperoleh suara di atas 6 persen, tidak hanya satu atau tiga persen
seperti di berbagai
survey”.
25
Dalam proses pencarian berita tersebuut, wartawan mendapat beberapa kesulitan. Hal ini berkaiatan dengan sulitnya memperoleh informasi dari para elit
Partai Keadilan Sejahtera. Sebagian besar elit Partai Keadilan Sejahtera enggan untuk menceritakan sejarah partai. Mereka sudah kehilangan kepercayaan
terhadap media akibat pemberitaan yang mendera partai mereka. “Narasumber yang mengetahui sejarah berdirinya PKS itu agak sulit untuk
diwawancara, karena mereka enggan menceritakan awal-awal PKS karena sekarang enggan membanding-bandingkan. Cukup sulit untuk menarik
perhatian seperti Hidayat Nur Wahid, Nur Mahmuddin, Muzzamil Yusuf, walaupun sulit, namun harus terus dicari, karena sudah dikejar deadline
untuk wawancara mendalam. PKS menganggap media bukan sebagai teman baik. Mereka telah dihantam berbagai media. Sehingga mereka
meresponnya pun negatif. Sehingga saat kita ingin mewawancarai mereka, mereka pun tidak antusias
”.
26
25
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno, Jakarta, 10 Juni 2014
26
Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via Telepon, Jakarta, 16 Juli 2014
Namun bila melihat citra Partai Keadilan Sejahtera di Pemilu 2014 ini dapat dikatakan tidak secemerlang citra di pemilu sebelumnya. Perubahan slogan partai
yang awalnya bersih, peduli profesional menjadi cinta, kerja harmoni tersebut memiliki perbedaan. Penggunaan slogan cinta, kerja, harmoni dirasa belum
mampu menandingi citra Partai saat menggunakan slogan bersih, peduli,
professional.
“Citranya saat ini sebenarnya tidak baik dan tidak buruk. Namun dibandingkan dengan dahulu menggunakan slogan, bersih, peduli,
professional, mungkin lebih baik yang dahulu citranya. Kalau sekarang mungkin karena kasus korupsi. Kasus korupsi yang kamarin itu benar-
benar mencoreng
”.
27
Menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap elit-elit Partai Keadilan Sejahtera saat ini merupakan salah satu pemicu menurunnya citra partai. Dalam
hal ini, Partai Keadilan Sejahtera dinilai telah kehilangan rasa kedekatan dengan masyarakat.
“Elit-elitnya sudah kehilangan kedekatan dengan masyarakat. Dulu elit- elitnya dekat dengan masyarakat, kini mereka kurang dekat dengan
masyarakat ”.
28
Perjuangan dan jati diri Partai Keadilan Sejahterah sebagai partai yang dekat dengan masyarakat dinilai melupakan hal tersebut saat ini. Partai yang berideologi
Islam ini dirasa telah melupakan kerja-kerja nyata mereka. “PKS seperti kehilangan jati dirinya, perjuangan awalnya, PKS sepeti lupa
tujuan awal didirikannya partai tersebut. kita ingat dulu diawal-awal PKS rajin mengadakan bakti sosial, kadernya dimana-mana, remaja-remaja juga
aktif, mereka juga aktif memberikan santunan. Pada saat ada musibah, mereka yang pertama kali datang. Tapi sekarang sepertinya melupakan hal
itu, kerja-kerja nyata mereka
”.
29
27
Wawancara pribadi dengan Editor Detikcom, Erwin Dariyanto, Jakarta, 10 Juni 2014
28
Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via Telepon, Jakarta, 16 Juli 2014
29
Wawancara pribadi dengan Editor Detikcom, Erwin Dariyanto, Jakarta, 10 Juni 2014
Pada proses pemberitaan, Detikcom terbagi dalam beberapa tahap. Rutinitas kerja di Detikcom diawali dengan melakukan rapat redaksi yang disebut editorial
meeting. Editorial meeting pertama ini dilakukan pada pukul 17.00 WIB, dihadiri oleh Pemimpin Redaksi, Redaktur Pelaksana, Redaktur, Koordinator Liputan.
Dalam rapat tersebut hal yang dibahas ialah isu apa yang akan dibahas esok hari. Pada rapat tersebut, para redaktur pelaksana di setiap kanal memaparkan isu-isu
apa yang akan dibahas esok harinya. Dalam rapat tersebut, anggota rapat dapat menambahkan saran dan kritik yang akan dibahas esok hari.
“Seluruh redpel akan memaparkan isu apa yang akan ditampilkan, isu apa yang menarik, dan bagaimana yang strategis untuk dilanjutkan dihari itu
dan rencana kedepannya. Jadi setiap kanal kita tahu isu apa yang akan ditampilkan, disitu kita bisa saling share, kritik. Dan rapat itu dipimpin
langsung oleh Pemimpin Redaksi, Pak Arifin Arshyad
”.
30
Hasil rapat kemudian disebarkan oleh Koordinator Liputan kepada wartawan di lapangan. Detikcom merupakan salah satu media online yang tidak
menggunakan absensi pada wartawannya. Wartawan Detikcom hanya bekerja di lapangan saja. Wartawan mencari data yang telah disepakati di rapat editorial
meeting. Sementara itu, esok harinya, editorial meeting dilakukan kembali pada jam
08.00 WIB. Di Detikcom Editorial meeting dilakukan sebanyak dua kali, pada pagi hari jam 08.00 WIB dan pada sore hari jam 17.00 WIB. Kedua rapat tersebut
memiliki perbedaan dalam pembahasan. “Kita ada rapat namanya editorial meeting. Editorial meeting itu setiap
hari pada waktu sore dan setiap pagi. Detikcom itu salah satu media yang editorial meeting nya paling banyak. Jadi editorial meeting setiap jam
08.00 pagi dan jam 17.00 sore.
Editorial meeting sore hari membahas evaluasi hari ini dan isu apa yang akan dikembangkan besok. Editorial
30
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno, Jakarta, 10 Juni 2014
pagi hari membahas pergerakan isu terakhir dan dikaitkan dengan isu yang akan kita mainkan siang harinya. Dalam politik semua sangat dinamis
”.
31
Melalui rapat tersebut, isu yang telah dibahas pada editorial meeting pertama, dikembangkan dengan kejadian-kejadian yang terjadi pada hari itu. Usai rapat,
Redaktur Pelaksana menginformasikan kepada Koordinator Liputan untuk mengirim reporter pada sebuah kejadian yang berkaitan dengan isu tersebut.
Setelah itu, wartawan di lapangan akan mencari berita di lapangan. Strategi wartawan dalam menuliskan berita kepada khalayak ialah
menentukan isu yang tepat. Dalam hal ini, biasanya wartawan akan berkoordinasi dengan atasan untuk menentukan isu apa yang akan dimainkan. Detikcom
merupakan media online yang ingin menyajikan pemberitaan yang berbeda dari media online lainnya. Dalam pengemasaan pemberitaan Partai Keadilan Sejahtera,
Detikcom mengambil angel yang berbeda. “Petama menetukan angel berita yang bagus layak, kira-kira
menyesuaikan isu yang lagi hot itu apa, Waktu itu kan yang lagi hot kan isu PKS yang lagi dibombardir kasus korupsinya, kasus korupsi import
sapi yang melibatkan Luthfi Hasan Ishaaq. Hal itu membuat PKS tuh habis banget, seperti ada pada titik nadir. Nah itu kemudian ada usulan dari
atasan, yang mengusulkan untuk mencari angel atau berita yang berada di tengah-tengah. Ambil dari angel lain, sehingga mengambil cara untuk
mengambil dari sisi memperkenalkan kepada masyarakat kalau PKS itu dari sisi sejarahnya. Partai Keadilan Sejahtera yang mulanya Partai
Keadilan menjadi Partai Keadilan Sejahtera
”.
32
Dalam peliputan dilapangan, biasanya wartawan Detikcom telah dibekali TOR untuk ditanyakan pada narasmber. Namun disini, wartawan Detikcom memiliki
sebuah hak suara untuk memberi usulan jika TOR tersebut kurang sesuai dengan isu yang akan ditampilkan.
31
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno, Jakarta, 10 Juni 2014
32
Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via Telepon, Jakarta, 16 Juli 2014
“Untuk TOR sendiri, kadang dari atasan, namun kita sebagai wartawan dapat menyampaikan usulan. Sehingga saling memberi pendapat untuk
menyesuaikan tema berita ”.
33
Detikcom merupakan salah satu media online yang dituntut untuk memberitakan secara cepat. Oleh karena itu, teknik laporan seorang reporter
Detikcom sangat mengandalkan kemajuan teknologi. Telepon dan email merupakan teknologi yang digunakan oleh reporter Detikcom untuk
menyampaikan ke kantor. “…..Ada beberapa cara reporter dalam melaporkan ke kantor, yang
pertama melalui telepon. Detik itu mengandalkan laporan via telepon untuk berita-berita yang harus cepat sampai kantor
”.
34
“Bisa juga reporter di lapangan menemukan sebuah kejadian, maka dia bisa lapor ke redakturnya, seperti kecelakaan, kebakaran. Dari situ,
reporter di lapangan lapor ke redaksi melalui email ”.
35
Laporan dari wartawan tersebut dipantau oleh Koordinator Liputan. Koordinator Liputan menyerahkan hasil laporan tersebut kepada penulis. Penulis
disini memiliki tugas menulis hasil laporan dari wartawan di lapangan. Penulis merapihkan hasil liputan wartawan sebelum diverifikasi oleh ke Redaktur
Pelaksana. Laporan yang telah terstruktur tersebut diserahkan kepada Redaktur Pelaksana
untuk di verifikasi. Peran Redaktur Pelaksana disini ialah dia bertugas memeriksa hasil laporan lapangan yang telah dirapihkan oleh penulis. Bila terjadi kekurangan
data atau ada data yang kurang meyakinkan, dia berhak menugaskan wartawan lapangan untuk mencari data yang sesuai kebutuhan.
33
Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via Telepon, Jakarta, 16 Juli 2014
34
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno, Jakarta, 10 Juni 2014
35
Wawancara pribadi dengan Editor Detikcom, Erwin Dariyanto, Jakarta, 10 Juni 2014
Usai mendapat verifikasi dari Redaktur Pelaksana, laporan tersebut akan di serahkan kepada Penulis, jika harus ada pembenaran. Jika tidak, laporan tersebut
akan diserahkan kepada editor. Dalam penulisan berita, Detikcom mengandalkan peran penulis dan editor. Dalam hal ini editor dan penulis memiliki fungsinya
masing-masing dalam penulisan berita sebelum ditampilkan kepada khalayak. “Penulis bertugas menerima laporan dari lapangan, editor bertugas
memverifikasi tulisan. Setiap berita ditulis dan diedit oleh orang yang berbeda. Ada laporan masuk lewat email yang diedit editor pun masih
perlu diverifikasi
”.
36
Setelah diverifikasi oleh editor, editor bertugas menerbitkan kepada khalayak melalui web Detikcom. Oleh karena itu, untuk mempermudah dalam gambaran
proses produksi berita di Detikcom, peneliti berusaha mengilustrasikan melalui gambar dibawah ini :
36
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Detikcom, Elvan Dani Sutrisno, Jakarta, 10 Juni 2014
Gambar 3
37
Alur Pemberitaan di Detikcom hingga ke Khalayak
Hasil Rapat
37
Wawancara Pribadi dengan Elvan Dany Sutrisno Redaktur Pelaksana dan Erwin Dariyanto Editor pada tanggal 10 Juni 2014
Publikasi
Rapat Editorial Meeting di Sore hari Jam 17.00 WIB Rapat
Evaluasi dan perencanaan isu apa yang akan ditampilkan esok
hari. Dihadiri oleh : Pimpinan Redaksi, Redaktur Pelaksana,
Redaktur, Koordinator liputan Laporan
diserahkan ke Editor untuk di
publikasikan ke khalayak
Penulis menyerahkan
laporan terstruktur
kepada Redpel Malamnya hasil rapat
distribusikan oleh Koodinator Liputan kepada
Wartawan. Koordinator
Liputan menyerahkan
laporan kepada Penulis
Pengumpulan Bahan Penugasan Reporter
Rapat Editorial Meeting di Pagi hari Jam 08.00 WIB Rapat
pergerakan isu terakhir dan keterkaitan isu apa yang akan
ditampilkan di siang hari Koordinator
Liputan memanntau
laporan yang dikirim oleh
wartawan Laporan dari Reporter
ke Redaksi, melalui : a.
Telepon b.
Email
Dalam proses produksi berita, tak terlepas dari ideologi institusi. Jika berbicara mengenai media sebagai discourse tak akan terlepas dari peran bahasa,
pengetahuan yang melandasi dan serta bentuk kepentingan yang melandasi. Hal tersebut tak dapat dipisahkan dari peran ideologi sebuah media.
38
Detikcom merupakan media online yang mengandalkan kecepatan dalam pemberitaann. Abdul Rahman, pendiri Detikcom menyatakan bahwa filosofi
Detikcom ialah Never Stand Still takkan pernah berhenti yang artinya Detikcom selalu ingin berkembang dan terus menampilkan hal-hal yang baru dalam berbagai
hal. Penggunaan nama Detik sendiri merupakan sebuah landasan yang artinya Detikcom harus selalu lebih cepat, lebih lengkap dari sisi berita maupun teknologi
dan hal-hal lain yang dibutuhkan oleh pembaca.
39
Hal tersebut pun turut dinyatakan oleh wartawan Detikcom yang menyatakan bahwa Detikcom berusaha menyajikan berita yang objektif dengan mengandalkan
kecepatan dalam proses pemberitaan. “Ideologi detik.com berupaya menjadi media online yang obyektif,
tercepat, dan berimbang. Persaingan media online dalam tiga tahun terakhir ini cukup sengit, pembaca pun makin kritis dan cerdas dengan
berita yang disajikan. Sesuai nama, Detik.com ingin mencoba menyajikan kecepatan berita namun diiringi ketepatan dalam penyajiannya, alias cover
both side
”.
40
Hal tersebut pun diterapkan oleh Detikcom. Pada proses produksi berita, wartawan ingin menyajikan suatu pemberitaan yang kritis. Namun konsep
penyajian tersebut tak terlepas dari konsep yang telah diterapkan oleh kantor. “Ya, bisa terjadi di lapangan. Saya sebagai jurnalis ingin menyajikan
berita secara berimbang dan kritis kepada pihak mana pun jika memang
38
Yasraf, Amir Piliang, Post-Realitas : Realitas Kebudayaan dalam Era Post-Metafisika, h. 70
39
Company Profile Media Kit Digital Detikcom
40
Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via email, Jakarta, 22 Agustus 2014
menyesuaikan kebutuhan. Namun, kadang hal ini harus menyesuaikan konsep keinginan institusi kantor dalam penyajian berita
”.
41
Dalam hal ini, ideologi pribadi wartawan Detikcom tidak dapat mempengaruhi pemberitaan. Seluruh berita yang disajikan oleh Detikcom merupakan hasil data
yang diperoleh oleh wartawan lapangan. “Wartawan menuliskan berita berdasarkan data yang diperoleh di lapangan
bukan atas pengaruh sebuah paham ideologi tertentu. Pada intinya ideologi wartawan tidak bisa mempengaruhi pemberitaan
”.
42
Jika melihat peringkat popularitasnya, alexa.com merilis Detikcom menduduki peringkat ke sembilan sebagai media online yang popular di Indonesia. Dengan
demikian ratting yang ditunjukkan oleh Detikcom dapat dikatakan sangat baik. Ratting bagi media online merupakan hal yang penting. Hal ini terkait dengan
tolak ukur media tersebut di mata publik. Hal tersebut turut dirasakan oleh Detikcom. Detikcom memandang sebuah ratting sebagai tolak ukur terhadap
media tersebut. “Ratting dapat dijadikan sebagai tolak ukur. Dalam hal ini kita dapat
melihat apakah berita tersebut dibaca atau tidak oleh khalayak ”.
43
Selain hal tersebut, ratting bagi Detikcom dipandang sebagai acuan untuk terus mengembangkan diri dalam menghadapi persaingan media online di tanah
air. “Ratting penting untuk sebuah media sebagai tolak ukur untuk
perkembangan dan kebutuhan ke depan. Ratting juga menjadi indikator persaingan media untuk bisa berbenah
”.
44
41
Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via email, Jakarta, 22 Agustus 2014
42
Wawancara pribadi dengan Editor Detikcom, Erwin Dariyanto, via email, Jakarta 23 Agustus 2014
43
Wawancara pribadi dengan Editor Detikcom, Erwin Dariyanto, via email, Jakarta 23 Agustus 2014
44
Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via email, Jakarta, 22 Agustus 2014
Bila memandang pola kerja dalam memproduksi berita, wartawan Detikcom, Hardani Triyoga menyatakan bahwa pemberitaan di Detikcom selalu dituntut
untuk meningkatkan ratting. Walaupun ratting menjadi faktor utama, namun harus dilihat dari beberapa aspek pula dalam menyajikan berita.
“Ya, benar. Kalau berita yang tidak punya ratting dan pembaca sedikit buat apa disajikan. Namun, harus dilihat dari berbagai sisi pula dalam
menyajikan berita. Meskipun sisi ratting menjadi faktor utama. Seperti berita Jokowi, Prabowo, Pilpres yang punya ratting bagus
”.
45
Namun pernyataan tersebut mendapat sanggahan dari Erwin Dariyanto, Editor Detikcom. Dalam hal ini ia menyatakan bahwa pemberitaan Detikcom tidak
dituntut untuk meningkatkan ratting. Dalam hal ini, redaksi dituntut untuk menyajiakn berita dengan kualitas yang baik.
“Tidak, redaksi dituntut untuk menyajikan berita dengan kualitas yang bagus dan akurat
”.
46
Dengan demikian, bila melihat kepentingan yang berada di balik media, media tak dapat terlepas dari dua kepentingan utama, yaitu kepentingan ekonomi
economic interest dan kepentingan kekuasaan power interest.
47
Jika melihat hasil temuan peneliti, Detikcom tak terlepas pada kepentingan ekonomi. Hal
tersebut dapat terlihat dari tingginya tingkat kepercayaan perusahaan iklan yang bekerjasama dengan Detikcom untuk mengiklankan produk mereka. Hal tersebut
dikarenakan tingginya tingkat ratting pembaca Detikcom. Detikcom menyatakan bahwa dengan meningkatkan kualitas, maka Detikcom
dapat menjaring jumlah pembaca. Tak hanya itu saja, Detikcom pun berhasil
45
Wawancara pribadi dengan Wartawan Detikcom, Hardani Triyoga via email, Jakarta, 22 Agustus 2014
46
Wawancara pribadi dengan Editor Detikcom, Erwin Dariyanto, via email, Jakarta 23 Agustus 2014
47
Yasraf, Amir Piliang, Post-Realitas : Realitas Kebudayaan dalam Era Post-Metafisika, h. 69
membangun loyalitas dengan pembaca yang massal dari berbagai kelompok. Dengan demikian hal tersebut menjadi sebuah keuntungan yang diperoleh bagi
pemasang iklan di Detikcom untuk memasarkan produk mereka.
48
Sehingga semakin meningkatnya pemasang iklan di Detikcom, keuntungan Detikcom pun
semakin meningkat setiap tahunnya.