Uji Keabsahan Data HASIL PENELITIAN
tersebut. Siswa hanya menuliskan bentuk yang sesuai saja tanpa memperhatikan ukuran. Siswa lebih mengutamakan ketepatan bentuk saja.
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Ardiyanti 2011 juga menemukan kesalahan penulisan aksara carakan pada siswa kelas VII MTS.
Aksara Carakan merupakan Abjad dalam bahasa jawa yang berjumlah 20. Hal ini sesuai dengan pendapat Darasuprapta 1996:5 yang menyebutkan bahwa
Carakan adalah abjad jawa yang digunakan didalam ejaan bahasa Jawa pada dasarnya terdiri atas 20 aksara pokok yang bersifat silabik atau kesukukataan.
Pada kesalahan penulisan yang dilakukan oleh siswa, banyak ditemukan kesalahan penulisan bentuk pada aksara carakan. Siswa kurang
teliti dalam menuliskan aksara jawa. Selain itu beberapa huruf juga terkadang tidak dituliskan secara lengkap oleh siswa sehingga kalimat menjadi rancu dan
tidak memiliki arti. Selain itu kesalahan penulisan huruf vocal pada awal kalimat juga
masih banyak kesalahan. Beberapa siswa hanya menulisakan sandhangan tanpa menggunakan huruf Ha, padahal seharusnya apabila terdapat huruf
vocal pada awal kalimat maka digunakan huruf Ha disertai sandhangan yang sesuai seperti dicontohkan oleh Darasuprapta 1996: 5 bagaimana kaidah
penulisan huruf vocal pada awal kalimat. 4.2.1.2
Kesalahan Penulisan Pasangan Kesalahan-kesalahan penulisan pasangan yang dibuat oleh siswa
dengan urutan berikut: kesalahan siswa dalam menulisa pasangan secara ganda, kesalahan siswa tidak menulis pasangan pada kalimat, kesalahan siswa
dalam meletakkan pasangan, kesalahan siswa dalam menulis pasangan dengan aksara carakan dan kesalahan siswa tidak menulis pasangan tetapi diganti
dengan tanda pangku. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Homsatun 2015 dimana dalam penelitian ini terjadi kesalahan penulisan
pasangan sebanyak 16 dari total seluruh kesalahan yang ada. Dalam menuliskan pasangan, siswa masih belum paham
bagaimana kaidah penggunaan dan letak yang tepat. Menurut Darasuprapta 1996 Pasangan adalah aksara yang berfungsi untuk menghubungkan suku
kata tertutup konsonan dengan suku kata berikutnya. Pasangan berjumlah 20 sesuai dengan aksara carakan yang ada. Kesalahan penulisan pasangan yang
ada dikarenakan oleh kurangnya pemahaman siswa tentang kaidah penulisan pasangan yang benar. Bahkan dari beberapa siswa tidak menuliskan pasangan
pada kata yang memerlukan pasangan. Selain itu, kesalahan meletakan pasangan yang seharusnya dibawah ditulis disamping juga terjadi atau
sebaliknya. Hal ini sesuai dengan catatan yang diberikan Darasuprapta 1996 bahwa aksara pasangan ha, sad an pa ditulis di belakang aksara konsonan
akhir suku kata didepannya. Selain aksara pasangan tersebut, ditulis di bawah aksara konsonan akhir suku kata di depannya.
Banyak siswa beranggapan bahwa untuk mengkonsonankan huruf tidak memerlukan pasangan akan tetapi langsung ditulis tanda pangku di
tengah kalimat. Dimana seharusnya tanda pangku diletakkan di akhir kalimat. 4.2.1.3
Kesalahan Penulisan Sandhangan
Kesalahan-kesalahan penulisan sandhangan yang dibuat oleh siswa dengan urutan berikut ini: kesalahan siswa dalam membedakan taling dan
pepet, kesalahan siswa dalam membedakan pepet dan wulu, kesalahan siswa tidak menuliskan sandhangan, kesalahan siswa tidak menulis pangku di
belakang kalimat, kesalahan siswa dalam meletakkan taling tarung, kesalahan siswa dalam meletakkan taling dan kesalahan siswa dalam membedakan wulu
dan suku. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri
Widyaningsih 2014 terjadi kesalahan penulisan sandhangan pada siswa kelas XI sebanyak 14,72 .
Sandhangan adalah tanda diakritik yang dipakai sebaga pengubah bunyi di dalam tulisan jawa Darasuprapta, 1996: 18. Dalam penelitian yang
telah dilaksanakan, banyak ditemukan penulisan sandhangan yang keliru hal ini disebabkan sulitnya siswa untuk membedakan pengguanaan sandhangan
itu sendiri. Penulisan sandhangan dalam aksara jawa sangat rawan terjadi kesalahan, walaupun penggunaanya sederhana namun perlu ketelitian agar
tidak terjadi kesalahan. Seperti kesalahan yang dalam membedakan pepet dan taling, kedua sandhangan ini berbunyi sama, namun penggunaanya memiliki
makna yang berbeda. Hal inilah yang menyebabkan banyak kesalahan yang dilakukan siswa.
Pada sandhangan wulu kesalahan yang banyak terjadi pada siswa adalah bentuk sandhangan wulu. Dalam Suryadinata 2008:4 sandhangan
suku menjulur ke bawah sepanjang 2 kali tinggi hurufnya. Sedangkan hasil tes