Landasan Yuridis dan Kedudukan KHI

52 dalam masyarakat Islam. Dengan demikian, KHI layak untuk dilaksanakan oleh warga masyarakat yang memerlukannya. 43 KHI disusun dan dirumuskan dalam kitab hukum sebagai tata hukum Islam yang berbentuk positif dan unifikatif. Semua lapisan masyarakat Islam dipaksa untuk mentaatinya. Pelaksanaan dan penerapannya tidak lagi diserahkan atas kehendak masing-masing pemeluk Islam, tetapi ditunjuk oleh seperangkat jajaran penguasa dan instansi negara sebagai aparat pengawas dan pelaksana penerapan KHI. Sejak KHI dirumuskan, derajat penerapan hukum Islam telah terangkat sebagai hukum perdata resmi yang bersifat publik yang penerapannya dapat dipaksakan oleh alat kekuasaan negara, terutama oleh Badan Peradilan Agama. 44 43 Cik Hasan Bisri, “Kompilasi Hukum Islam dan Peradilan Agama di Indonesia”, dalam Cik Hasan Bisri, ed., Kompilasi Hukum Islam dan Peradilan Agama di Indonesia, h. 15 44 M. Yahya Harahap, “Informasi Materi Kompilasi Hukum Islam: Mempositifkan Abstraksi Hukum Islam”, dalam Cik Hasan Bisri, ed., Kompilasi Hukum Islam dan Peradilan Agama di Indonesia, h. 34-35 53 BAB IV ANALISIS APLIKASI KAIDAH FIKIH “عستا رمأا قاض اذإ” DALAM KHI SEBAGAI SUMBER HUKUM MATERIIL KELUARGA ISLAM DI INDONESIA Lingkup pembahasan hukum keluarga yang diatur dalam KHI terdiri dari pernikahan, perwalian, perceraian, wasiat dan kewarisan. KHI sebagai kitab fikih Indonesia yang telah dilegalformalkan juga menerapkan berbagai macam kaidah fikih dalam substansi materinya. Menurut penulis, salah satu kaidah fikih yang diaplikasikan dalam KHI adalah kaidah “عستا رمأا قاض اذإ”. Setelah melakukan pengamatan pada pasal demi pasal yang terdapat di KHI, penulis menemukan beberapa pasal yang menerapkan konsep kaidah ini, di antaranya sebagai berikut:

A. Aplikasi Kaidah dalam KHI Bidang Pernikahan

1. Pengajuan isbat nikah bagi pernikahan yang tidak dapat dibuktikan dengan akta nikah Pasal 7 ayat 2 menyatakan bahwa pernikahan yang tidak dapat dibuktikan dengan akta nikah, maka pasangan suami istri yang bersangkutan dapat mengajukan isbat nikah ke Pengadilan Agama. Pernikahan yang diakui oleh negara adalah pernikahan yang telah dicatatkan di Catatan Sipil Negara. Pencatatan nikah akan berakibat pada perlindungan hukum bagi para pihak yang ada dalam ikatan pernikahan. Dalam kondisi-kondisi tertentu, sebagian masyarakat Indonesia tidak mengetahui bahwa pencatatan pernikahan adalah hal sangat penting di negara kita. Pasal ini menunjukkan fleksibilitas hukum bahwa pernikahan tanpa akta nikah bukan berarti legalitasnya tidak akan