commit to user
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pasar Modal
Pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi aset keuangan jangka panjang. Pasar modal merupakan salah satu sarana pembentukan modal dan
alokasi dana untuk meningkatkan partisipasi masyarakat guna menunjang
pembiayaan pembangunan nasional.
Pasar modal secara umum dapat diartikan sebagai pasar yang memperjualbelikan produk berupa dana yang bersifat abstrak. Sedangkan
dalam bentuk konkritnya, produk yang diperjualbelikan di pasar modal berupa surat-surat berharga di bursa efek. Jenis surat berharga yang diperjualbelikan
di pasar modal memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun. Setiap jenis instrumen pasar modal tersebut merupakan bukti kepemilikan modal dari
lembaga yang mengeluarkannya yang dapat diperjualbelikan. Bentuk umum surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal adalah obligasi, saham
preferen, dan saham biasa Sartono, 2001:21. Pasar modal pada dasarnya bertujuan untuk menjembatani aliran dana
dari pihak yang memiliki dana investor, dengan pihak perusahaan yang memerlukan dana Jogiyanto, 2008. Beberapa sekuritas yang umumnya
diperdagangkan di pasar modal antara lain: saham, obligasi, reksadana dan instrument derivatif. Masing-masing sekuritas tersebut memberikan
return
dan risiko yang berbeda-beda.
commit to user
13
B. Kebijakan Dividen
1. Definisi Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau
akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang Sartono,2001:281. Apabila perusahaan memilih
untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana internal atau
interna l financing.
Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana internal akan
semakin besar. Menurut Riyanto 1994, kebijakan dividen bersangkutan dengan
penentuan pembagian
pendapatan
earning
antara penggunaan
pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan di dalam perusahaan, yang berarti laba
tersebut harus ditahan di dalam perusahaan. Laba ditahan
retained ea rning
merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk
membiayai pertumbuhan
perusahaan. Sedangkan
dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham.
Kebijakan dividen dipandang penting karena mampu menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang
sehingga diharapkan dapat memaksimumkan harga saham perusahaan. Jika suatu perusahaan memotong dividennya, maka investor yang lebih
commit to user
14 menyukai dividen yang tinggi akan menjual sahamnya dan membeli
saham yang mempunyai pembayaran dividen yang lebih tinggi, sedangkan investor yang memilih saham dengan dividen rendah akan menggantikan
investor yang menjual sahamnya dengan membeli saham-saham tersebut. Menurut Brigham dan Houston 2004:66, kebijakan dividen yang
optimal adalah kebijakan dividen yang menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang yang
memaksimumkan harga saham.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Menurut Sartono 2001:293, faktor-faktor yang sesungguhnya terjadi dan harus dianalisis dalam kaitannya dengan kebijakan dividen
adalah: a.
Kebutuhan Dana Perusahaan Kebutuhan dana perusahaan dalam kenyataannya merupakan
faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen yang akan diambil. Aliran kas perusahaan yang diharapkan,
pengeluaran modal di masa yang akan datang yang diharapkan, kebutuhan tambahan piutang dan persediaan, pola skedul
pengurangan piutang dan masih banyak faktor lain yang mempengaruhi posisi kas perusahaan harus dipertimbangkan dalam
analisis kebijakan dividen.
commit to user
15 b.
Likuiditas Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam
banyak kebijakan dividen. Dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan
secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Perusahaan yang sedang mengalami
pertumbuhan dan
profita ble
akan memerlukan dana yang cukup besar guna membiayai investasinya. Oleh karena itu, mungkin akan
kurang likuid karena dana yang diperoleh lebih banyak diinvestasikan pada aktiva tetap dan aktiva lancar yang permanen.
c. Kemampuan Meminjam
Posisi likuiditas perusahaan dapat diatasi dengan kemampuan perusahaan untuk meminjam dalam jangka pendek. Kemampuan
meminjam dalam jangka pendek tersebut akan meningkatkan fleksibilitas likuiditas perusahaan. Perusahaan yang semakin besar
dan sudah
esta blish
akan memiliki akses yang lebih baik di pasar modal. Kemampuan meminjam yang lebih besar, fleksibilitas yang
lebih besar akan memperbesar kemampuan membayar dividen. d.
Keadaan Pemegang Saham Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup,
manajemen biasanya mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak dengan tepat. Jika hampir
semua pemegang saham berada dalam golongan
high ta x
dan lebih
commit to user
16 suka
memperoleh
capita l gain
, maka
perusahaan dapat
mempertahankan
dividend pa yout
yang rendah. Dengan
dividend pa yout
yang rendah tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan akan menahan laba untuk kesempatan investasi yang
profita ble.
Untuk perusahaan yang jumlah pemegang sahamnya besar hanya dapat menilai dividen yang diharapkan pemegang saham dalam
konteks pasar. e.
Stabilitas Dividen Bagi para investor, faktor stabilitas dividen akan lebih menarik
daripada
dividend pa yout
yang tinggi. Stabilitas ini dalam arti tetap memperhatikan tingkat pertumbuhan perusahaan, yang ditunjukkan
oleh koefisien arah yang positif. Apabila faktor lain sama, saham yang memberikan dividen yang stabil selama periode tertentu akan
mempunyai harga yang lebih tinggi daripada saham yang membayar dividennya dalam persentase yang tetap terhadap laba.
Sedangkan menurut Riyanto 1994:202, faktor-faktor yang mempengaruhi rasio pembayaran dividen suatu perusahaan adalah
sebagai berikut: a.
Posisi Likuiditas Perusahaan Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan
faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya kebijakan dividen yang akan
dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena dividen
commit to user
17 merupakan
ca sh outflow
, maka makin kuatnya posisi likuiditas perusahaan, berarti makin besar kemampuannya untuk membayar
dividen. Suatu perusahaan yang sedang tumbuh mungkin tidak begitu
kuat posisi likuiditasnya karena sebagian besar dari dananya tertanam dalam aktiva tetap dan modal kerja, dengan demikian
kemampuannya untuk membayar
ca sh dividen
pun sangat terbatas. Dengan sendirinya likuiditas suatu perusahaan ditentukan oleh
keputusan-keputusan di bidang investasi dan cara pemenuhan kebutuhan dananya.
Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa semakin kuat posisi likuiditas suatu perusahaan terhadap prospek kebutuhan dana di
masa mendatang, semakin tinggi
dividend pa yout ratio
nya. b.
Kebutuhan dana untuk membayar hutang Apabila suatu perusahaan memperoleh hutang baru atau
menjual obligasi baru untuk membiayai perluasan perusahaan, sebelumnya harus sudah direncanakan bagaimana caranya untuk
membayar kembali hutang tersebut. Hutang dapat dilunasi pada hari jatuh temponya dengan mengganti hutang tersebut dengan hutang
baru atau alternatif lain ialah perusahaan harus menyediakan dana sendiri yang berasal dari keuntungan untuk melunasi hutang tersebut.
Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan hutangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan
commit to user
18 sebagian besar pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang ini
berarti bahwa hanya sebagian kecil saja dari pendapatan atau
ea rning
yang dapat dibayarkan sebagai dividen. Dengan kata lain, perusahaan harus menetapkan
dividend pa yout ratio
yang rendah. c.
Tingkat pertumbuhan perusahaan Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, semakin besar
kebutuhan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Semakin besar kebutuhan dana di masa mendatang untuk membiayai
pertumbuhannya, perusahaan tersebut biasanya lebih senang untuk menahan labanya daripada dibayarkan sebagai dividen kepada
pemegang saham dengan mengingat batasan-batasan biayanya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semakin cepat tingkat
pertumbuhan perusahaan semakin besar dana yang dibutuhkan, semakin besar kesempatan untuk memperoleh keuntungan, semakin
besar bagian dari pendapatan yang ditahan dalam perusahaan, yang ini berarti semakin rendah
dividend pa yout ratio
nya. Apabila perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan
sedemikian rupa sehingga telah
well esta blished
, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana yang berasal dari pasar modal
atau sumber dana eksternal lainnya, maka keadaannya adalah berbeda. Dalam hal yang demikian, perusahaan dapat menetapkan
dividend pa yout ratio
yang tinggi.
commit to user
19 d.
Pengawasan terhadap perusahaan Variabel penting lainnya adalah
control
atau pengawasan terhadap perusahaan. Ada perusahaan yang mempunyai kebijakan
hanya membiayai ekspansinya dengan dana yang berasal dari sumber internal
saja. Kebijakan tersebut dijalankan atas dasar pertimbangan bahwa ekspansi dibiayai dengan dana yang berasal dari hasil
penjualan saham baru akan melemahkan
control
dari kelompok dominan di dalam perusahaan. Demikian pula jika perusahaan
membiayai ekspansi dengan menggunakan hutang maka risiko finansialnya akan lebih besar. Mempercayakan pada pembelanjaan
internal dalam rangka usaha mempertahankan
control
terhadap perusahan, berarti mengurangi
dividend pa yout ratio
nya.
3. Berbagai Macam Kebijakan Dividen
Menurut Riyanto 1994:204, terdapat berbagai macam kebijakan
dividen yang dilakukan oleh perusahaan, antara lain:
a. Kebijakan dividen stabil
Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil, artinya jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap
tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi. Dividen yang
stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun, kemudian apabila ternyata pendapatan perusahaan meningkat dan kenaikan pendapatan
commit to user
20 tersebut nampak mantap dan relatif permanen, barulah besarnya
dividen per lembar saham dinaikkan. Alasan-alasan yang mendorong perusahaan menjalankan kebijakan dividen stabil antara lain:
1. Kebijakan dividen stabil yang dijalankan oleh suatu perusahaan
akan memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa-masa mendatang.
Apabila pendapatan suatu perusahaan berkurang tetapi perusahaan tersebut tidak mengurangi dividen yang dibayarkan, maka
kepercayaan pasar terhadap perusahaan tersebut lebih besar dibandingkan apabila dividennya dikurangi. Dengan demikian,
manajemen dapat mempengaruhi harapan para investor dengan melalui politik dividen yang stabil.
2. Banyak pemegang saham yang hidup dari pendapatan yang
diterima dari dividen. Golongan ini dengan sendirinya tidak akan menyukai adanya dividen yang tidak stabil. Mereka lebih senang
membayar harga ekstra bagi saham yang akan dapat memberikan dividen yang sudah dapat dipastikan jumlahnya.
3. Pada banyak negara terdapat ketentuan dalam pasar modalnya
bahwa organisasi atau yayasan-yayasan sosial, perusahaan- perusahaan asuransi, bank-bank tabungan, dan lain-lain hanya
diizinkan menanamkan dananya dalam saham-saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen
stabil.
commit to user
21 b.
Kebijakan dividen yang penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu.
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham setiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih
baik, perusahaan akan membayarkan dividen ekstra atas jumlah minimal tersebut. Bagi pemodal ada kepastian akan menerima jumlah
dividen yang minimal setiap tahunnya meskipun keadaan keuangan perusahaan agak memburuk. Tetapi di lain pihak apabila keadaan
keuangan perusahaan baik, maka pemodal akan menerima dividen minimal tersebut ditambah dengan dividen tambahan. Apabila keadaan
keuangan memburuk lagi maka yang dibayarkan hanya dividen yang minimal saja.
c. Kebijakan dividen dengan penetapan
dividend pa yout ratio
yang konstan.
Perusahaan menjalankan kebijakan ini menetapkan
dividend pa yout ratio
yang konstan, misalnya 50. Ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan
berfluktuasi sesuai dengan perkembangan laba bersih yang diperoleh setiap tahunnya.
d. Kebijakan dividen yang fleksibel
Yaitu penetapan
dividend pa yout ratio
yang fleksibel, yang besarnya setiap tahunnya disesuaikan dengan posisi finansial dan
kebijakan finansial dari perusahaan yang bersangkutan.
commit to user
22
4. Teori Kebijakan Dividen
Ada beberapa teori mengenai kebijakan dividen Sartono, 2001:282, antara lain:
1
Dividend Irreleva nce Theory
Menurut Modigliani dan Miller, kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Lebih lanjut,
Modigliani dan Miller berpendapat bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh
ea rning power
dari aset perusahaan. Dengan demikian, nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi. Modigliani dan Miller
membuktikan pendapatnya secara matematis dengan berbagai asumsi: a.
Pasar modal yang sempurna dimana semua investor bersikap rasional.
b. Tidak ada pajak perseorangan dan pajak penghasilan
perusahaan. c.
Tidak ada biaya emisi atau
floa tation cost
dan biaya transaksi. d.
Kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap biaya modal sendiri perusahaan.
e. Informasi tersedia untuk setiap individu terutama yang
menyangkut tentang kesempatan investasi. 2
Bird In The Ha nd Theory
Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor.
Menurut Gordon dan Lintner, tingkat keuntungan yang disyaratkan
commit to user
23 oleh investor akan naik apabila pembagian dividen dikurangi karena
investor lebih yakin terhadap penerimaan dividen daripada kenaikan nilai modal
ca pita l gain
yang akan dihasilkan dari laba ditahan. Gordon dan Lintner berpendapat bahwa kemungkinan
ca pita l gain
yang diharapkan lebih besar risikonya dibandingkan
dividend yield
yang pasti. 3
Ta x Differentia l Theory
Jika
ca pita l gain
dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah daripada pajak atas dividen, maka saham yang memiliki tingkat
pertumbuhan yang tinggi menjadi lebih menarik. Tetapi sebaliknya jika
ca pita l gain
dikenakan pajak yang sama dengan pendapatan atas dividen, maka keuntungan
capita l gain
menjadi berkurang. Namun demikian, pajak atas
ca pita l gain
masih lebih baik dibandingkan dengan pajak atas dividen karena pajak atas
ca pita l gain
baru dibayar setelah saham dijual sementara pajak atas dividen harus dibayar setiap
tahun setelah pembayaran dividen. Selain itu, periode investasi juga mempengaruhi pendapatan investor. Jika investor hanya membeli
saham untuk jangka waktu satu tahun, maka tidak ada bedanya antara pajak atas
ca pita l gain
dan pajak atas dividen. Dengan demikian, investor cenderung lebih suka untuk menerima
ca pita l gain
yang tinggi dibandingkan dengan dividen yang tinggi. Dengan kata lain
investor menghendaki perusahaan untuk menahan laba setelah pajak dan dipergunakan untuk pembiayaan investasi daripada pembayaran
commit to user
24 dividen dalam bentuk kas. Teori ini menyarankan bahwa perusahaan
sebaiknya menentukan
dividend pa yout ratio
yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen.
4
Information Content or
Signa ling Hypotesis Information Content
or Signa ling Hypotesis
menyatakan bahwa pembagian dividen yang tinggi memberi signal bahwa harga saham
naik dan kemakmuran pemegang saham meningkat. Perubahan dividen sebagai isyarat dari peningkatan laba.
5
Clientele Effect
Adanya perbedaan pendapat mengenai proporsi pembagian dividen mengakibatkan munculnya suatu kelompok pemegang saham.
Setiap pemegang saham memiliki preferensi yang berbeda mengenai proporsi pembagian dividen atau kecenderungan perusahaan untuk
menarik sekelompok investor yang menyukai kebijakan dividen sesuai yang direncanakan manajemen. Hal ini biasa disebut dengan
Clientele Effect.
Teori lain yang berkaitan dengan kebijakan dividen antara lain: 1
Hipotesis
Pecking Order
Hipotesis
Pecking Order
yang dikemukakan oleh Myers dan Majluf 1984 dalam Rosdini 2009 menyatakan bahwa perusahaan yang
profita ble
memiliki dorongan untuk membayar dividen relatif rendah dalam rangka memiliki dana internal lebih banyak untuk membiayai
proyek-proyek investasinya. Dalam Hipotesis
Pecking Order
commit to user
25 perusahaan lebih mengutamakan dana internal daripada dana
eksternal dalam aktivitas pendanaan. Kecukupan dana dapat dilihat dari laba, laba ditahan atau arus kas. Apabila dana ekstenal
dibutuhkan, maka perusahaan lebih mengutamakan penggunaan utang daripada emisi saham.
2
Residua l Dividend Policy
Kebijakan ini menyatakan bahwa dividen yang dibayarkan merupakan sisa dari laba perusahaan setelah dikurangkan dengan yang
dibayarkan untuk membiayai perencanaan modal perusahaan Weston dan Brigham,1993. Artinya, perusahaan membayarkan dividen hanya
jika terdapat kelebihan dana atas laba perusahaan yang digunakan untuk membiayai proyek yang telah direncanakan. Dasar dari
kebijakan ini adalah bahwa investor lebih menyukai perusahaan menahan
dan menginvestasikan
kembali laba
daripada membagikannya
dalam bentuk dividen
apabila laba
yang diinvestasikan kembali tersebut dapat menghasilkan return yang lebih
tinggi daripada return rata-rata yang dapat dihasilkan investor dari investasi lain dengan risiko yang sebanding.
commit to user
26
5. Prosedur Pembayaran Dividen
Menurut Brigham dan Houston 2004:84, prosedur pembayaran dividen adalah sebagai berikut:
a. Tanggal Pengumuman
decla ration date
Yaitu tanggal pada saat direksi perusahaan mengeluarkan pernyataan berisi pengumuman pembagian dividen.
b. Tanggal pencatatan pemegang saham
holder-of-record date
Yaitu jika perusahaan mencatat seorang pemegang saham sebagai pemilik pada tanggal ini, pemegang saham tersebut berhak menerima
dividen. c.
Tanggal Ex-dividen
ex-dividend date
Yaitu pada saat hak atas dividen periode berjalan tidak lagi menyertai saham tersebut, biasanya jangka waktunya adalah empat
hari kerja sebelum tanggal pencatatan pemegang saham. d.
Tanggal Pembayaran
pa yment date
Yaitu tanggal pada saat perusahaan benar-benar mengirimkan cek dividen.
C. Teori Keagenan
Agency Theory
Teori keagenan menjelaskan bahwa kepentingan manajer dan kepentingan pemegang saham seringkali bertentangan, sehingga dapat
menyebabkan terjadi konflik diantara keduanya Jensen dan Meckling, 1976. Hal ini terjadi karena manajer berusaha untuk mengutamakan kepentingan
pribadinya yang tidak sesuai dengan keinginan pemegang saham dimana
commit to user
27 kepentingan manajer dapat menambah biaya perusahaan yang mengurangi
keuntungan perusahaan. Menurunnya keuntungan perusahaan menyebabkan
penerimaan pemegang saham juga menurun.
Konflik keagenan
a gency conflict
dapat dikurangi dengan adanya suatu mekanisme kontrol atau pengawasan sehingga dapat mensejajarkan
kepentingan manajer dan pemegang saham. Guna memperkecil konflik keagenan tersebut perusahaan harus mengeluarkan biaya-biaya yang
kemudian disebut dengan biaya keagenan atau
a gency cost
Sartono, 2001:12.
Menurut Jensen dan Meckling 1976, terdapat beberapa mekanisme untuk mengurangi
a gency cost
: 1.
Meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen. Manajer akan merasakan langsung manfaat dari keputusan yang
diambil, selain itu manajer juga menanggung risiko apabila ada kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan
yang salah. Penambahan kepemilikan manajerial memiliki keuntungan untuk mensejajarkan kepentingan manajer dan pemegang saham.
2. Meningkatkan
dividend pa yout ratio
. Peningkatan dividen yang dibagikan kepada pemegang saham menyebabkan tidak tersedia cukup
banyak
free cash flow
dan manajemen terpaksa mencari pendanaan dari luar untuk membiayai investasinya. Pembayaran dividen adalah
bagian dari
monitoring
perusahaan, ini berarti perusahaan cenderung untuk membayar dividen yang tinggi jika manajer memiliki proporsi
saham yang lebih rendah. Pembayaran dividen pada pemegang saham
commit to user
28 akan mengurangi sumber-sumber dana yang dikendalikan manajer,
sehingga mengurangi kekuasaan manajer. 3.
Meningkatkan pendanaan melalui hutang. Peningkatan hutang akan menurunkan besarnya konflik antara pemegang saham dengan
manajemen. Disamping itu, hutang juga akan menurunkan
excess ca sh flow
yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan yang dilakukan oleh manajemen.
4. Adanya
kepemilikan institusional
sebagai
monitoring agent
. Kepemilikan pemegang saham dari luar yaitu kepemilikan institusional
seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan
yang optimal terhadap kinerja manajemen
. Monitoring a gent
memainkan peranan secara aktif dan konsisten di dalam melindungi investasi saham yang mereka pertaruhkan di dalam perusahaan.
Mekanisme
monitoring
tersebut akan menjamin peningkatan kesejahteraan
pemegang saham,
sehingga diharapkan
dapat meminimalisir timbulnya konflik keagenan.
D.
Dividend Payout Ratio
Menurut Brigham dan Houston 2004:65,
dividend pa yout ratio
adalah persentase laba bersih yang dibayarkan sebagai dividen tunai.
Dividend pa yout ratio
DPR merupakan perbandingan antara
Dividend Per Sha re
DPS dengan
Ea rning Per Sha re
EPS. Ketika perusahaan memutuskan berapa banyak uang kas yang akan dibagikan sebagai dividen kepada
commit to user
29 pemegang saham, manajer perusahaan harus mengingat bahwa tujuan
perusahaan adalah memaksimalkan nilai pemegang saham dan pemegang saham akan menilai dividen sebagai pengembalian investasi atas modal yang
ditanamkan pada perusahaan.
E.
Institusional Ownership
Teori
Clientele Effect
dari Modigliani dan Miller menyatakan bahwa pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda
terhadap kebijakan dividen perusahaan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa proporsi kepemilikan saham sangat mempengaruhi kebijakan dividen.
Menurut Jensen dan Meckling 1976, kepemilikan institusional merupakan salah satu mekanisme
corporate governance
utama yang membantu mengendalikan masalah keagenan.
Institusiona l ownership
menggambarkan tingkat kepemilikan saham oleh institusional di dalam perusahaan sebagai
monitoring a gent
. Pemilik institusional merupakan pemegang saham yang berasal dari perusahaan
asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi lain. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan pengawasan
yang lebih besar dari investor institusional sehingga menghalangi perilaku opportunistik manajer. Adanya kepemilikan institusional dimaksudkan untuk
mengawasi manajemen agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Selain itu,
monitoring a gent
memainkan peranan secara aktif dan konsisten di dalam melindungi investasi saham yang mereka pertaruhkan di dalam perusahaan.
Mekanisme
monitoring
tersebut akan menjamin peningkatan kesejahteraan
commit to user
30 pemegang saham. Kepemilikan saham yang terkonsentrasi oleh kepemilikan
institusional akan lebih mengoptimalkan efektivitas pengawasan aktivitas manajemen karena besarnya dana yang ditanamkan.
Monitoring
dapat dilakukan pada saat rapat umum pemegang saham dengan memberikan
penilaian dan pendapat-pendapat bagi
insiders
dalam menjalankan usaha. Semakin besar persentase saham yang dimiliki oleh investor institusional akan
menyebabkan
monitoring
menjadi semakin efektif melalui pengendalian perilaku opportunistik para manajer Bathala, 1994 dalam Haryono, 2005.
F.
F ree Cash F low
Menurut Sartono 2001: 293, kebutuhan dana bagi perusahaan pada kenyataannya merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan kebijakan dividen. Aliran kas perusahaan, pengeluaran modal, kebutuhan tambahan persediaan dan piutang, pola pengurangan hutang dan
masih banyak faktor lain yang mempengaruhi posisi kas perusahaan harus dipertimbangkan dalam analisis kebijakan dividen. Dividen merupakan
ca sh outflow
, maka semakin kuat posisi kas perusahaan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Meskipun perusahaan dapat
memperoleh laba yang tinggi namun apabila posisi kas menunjukkan keadaan yang tidak begitu baik, perusahaan mungkin tidak dapat membayar dividen.
Posisi kas yang benar-benar tersedia bagi para pemegang saham akan tergambar pada
free ca sh flow
yang dimiliki oleh perusahaan Rosdini,2009.
commit to user
31
Free ca sh flow
aliran kas bebas adalah
ca sh flow
yang tersedia untuk dibagikan kepada investor setelah perusahaan melakukan investasi pada
fixed a sset
dan
working ca pita l
yang diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya Sartono, 2001: 101. Dengan kata lain,
free ca sh flow
adalah kas yang tersedia di atas kebutuhan investasi yang
profita ble
.
Free ca sh flow
ini sebenarnya merupakan hak pemegang saham.
Free ca sh flow
digunakan untuk membayar bunga dan hutang kepada kreditur, membayar dividen pada pemegang saham, dan membeli kembali saham perusahan dan
saham di pasar saham. Jika tidak ada kepastian yang besar dalam peramalan
free ca sh flow
, maka yang terbaik adalah bersikap konservatif dan menetapkan dividen tunai masa berjalan yang rendah.
Free ca sh flow
inilah yang sering menjadi pemicu timbulnya perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Sedangkan
ketika
free ca sh flow
tersedia, manajer disinyalir akan menghamburkan
free ca sh flow
tersebut sehingga terjadi inefisiensi dalam perusahaan atau akan menginvestasikan
free ca sh flow
dengan return yang kecil. Menurut Sartono 2001:11, salah satu cara yang digunakan untuk mengendalikan konflik
keagenan adalah dengan membayarkan dividen dalam jumlah besar sehingga tidak terdapat
free ca sh flow.
commit to user
32
G.
Growth Opportunities
Menurut Riyanto 1994, semakin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, semakin besar kebutuhan dana di waktu mendatang untuk
membiayai pertumbuhannya. Perusahaan tersebut biasanya akan lebih senang untuk menahan pendapatannya daripada dibayarkan sebagai dividen dengan
mengingat batasan-batasan biayanya. Apabila perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan sedemikian rupa sehingga perusahaan telah
well esta blished
, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana yang berasal dari pasar modal atau sumber dana eksternal lainnya, maka
keadaannya adalah berbeda. Dalam hal yang demikian perusahaan dapat menetapkan
dividend pa yout ratio
yang tinggi.
Teori
free ca sh flow hypothesis
yang disampaikan oleh Jensen 1986 menyebutkan bahwa perusahaan dengan kesempatan pertumbuhan yang lebih
tinggi akan memiliki
free ca sh flow
yang rendah karena sebagian besar dana yang ada digunakan untuk investasi pada proyek yang memiliki nilai
Net Present Va lue
NPV yang positif sehingga perusahaan yang kesempatan
pertumbuhannya tinggi cenderung membayar dividen yang rendah. Adanya hubungan yang negatif antara kesempatan pertumbuhan dengan dividen
tersebut sesuai dengan pendapat Myers dan Majluf 1984 dalam Al-Malkawi 2009 bahwa perusahaan yang memiliki kesempatan pertumbuhan yang
tinggi akan membayar dividen yang rendah daripada perusahaan yang kesempatan pertumbuhannya rendah.
commit to user
33 Smith dan Watts 1992 Gaver dan Gaver 1993 dalam
Mahadwartha 2002 menemukan bahwa perusahaan
high growth
mempunyai
dividend
yang rendah. Perusahaan
high growth
mempunyai kesempatan investasi yang lebih tinggi daripada perusahaan
low growth
sehingga memerlukan dana yang cukup besar untuk investasi. Mencari dana internal akan lebih mudah dibandingkan dengan mencari pendanaan eksternal
levera ge
dan atau penerbitan ekuitas baru sehingga penggunaan dana internal yang tinggi akan mengurangi porsi
ea rnings
yang dibagikan sebagai dividen.
Dalam penelitian ini,
growth opportunities
diproksikan dengan rasio
ma rket to book va lue of equity.
Rasio
ma rket to book va lue of equity
adalah perbandingan antara nilai pasar
ma rket va lue
saham beredar dan nilai buku ekuitas
book va lue
. Menurut Jogiyanto 2008:125, nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh
pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa. Sedangkan nilai buku adalah nilai yang
dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan. Dengan mengetahui nilai pasar dan nilai buku, pertumbuhan perusahaan dapat diketahui Jogiyanto,
2008:117. Smith dan Watts 1992 juga Gaver dan Gaver 1993 dalam Jogiyanto 2008:117 menggunakan rasio nilai pasar dibagi dengan nilai buku
untuk mengukur pertumbuhan perusahaan. Perusahaan yang mengalami pertumbuhan mempunyai rasio lebih besar dari satu yang berarti pasar
percaya bahwa nilai pasar perusahaan tersebut lebih besar dari nilai bukunya.
commit to user
34 Rasio ini memberikan sinyal kepada investor tentang bagaimana kinerja
perusahaan dalam memperoleh modal dan prospeknya di masa yang akan datang. Apabila suatu perusahaan dapat memanfaatkan modalnya dengan
baik dalam menjalankan usaha, maka semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut untuk tumbuh. Rasio ini dapat diperoleh dengan
mengalikan jumlah lembar saham beredar dengan harga penutupan saham terhadap total ekuitas.
H.
F inancial Leverage
Menurut Sartono 2001:120,
fina ncia l levera ge
menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasinya. Dalam penelitian ini,
financia l levera ge
diproksikan dengan
Debt to Equity Ratio. Debt to Equity Ra tio
DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh
kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang Sartono, 2001. Semakin besar
Debt to Equity Ratio
menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang dibandingkan dengan ekuitas. Jika perusahaan
menggunakan hutang semakin banyak, maka semakin besar beban tetap yang berupa bunga dan angsuran pinjaman pokok yang harus dibayar. Apabila
perusahaan menentukan bahwa pelunasan hutangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari
pendapatannya untuk keperluan tersebut, sehingga hanya sebagian kecil pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai dividen. Dengan kata lain
commit to user
35 perusahaan harus menetapkan
dividend pa yout ratio
yang rendah Riyanto,1994.
I.
F irm Size
Besar kecilnya perusahaan
firm size
merupakan salah satu faktor yang dapat dipertimbangkan investor dalam melakukan investasi. Ukuran
untuk menentukan
firm size
adalah dengan log natural dari total aset Crutchley dan Hansen, 1989 dalam Nuringsih 2005. Total aset merupakan
jumlah keseluruhan kekayaan perusahaan baik dalam bentuk kas, investasi, maupun aktiva tetap. Suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan
memiliki akses yang mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki
akses ke pasar modal. Karena kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih
besar, sehingga perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil. Tujuan pembayaran dividen yang
tinggi ini untuk menjaga reputasi perusahaan di kalangan investor. Sebaliknya pada perusahaan yang memiliki aset rendah akan membagikan dividen yang
rendah. Logika ini dikarenakan profit dialokasikan pada laba ditahan yang digunakan untuk menambah aset. Berdasarkan alasan ini perusahaan
cenderung membayar dividen yang rendah Nuringsih, 2005.
commit to user
36
J. Penelitian Terdahulu