23 Tabel 3. Alat dan bahan yang digunakan dalam pengambilan dan penanganan
sampel makrozoobentos dan sedimen beserta fungsinya
No Alat dan bahan
Fungsi kegunaan Pengambilan sampel
Alat : 1
Corer Mengambil sampel makrozoobentos dan substrat
sedimen 2
Kantong plastik Wadah sampel
3 Spidol permanen
Memberi tanda stasiun dan ulangan pada plastik sampel 4
Saringan halus Menyaring air dan lumpur halus sebelum sampel
dimasukkan ke dalam plastik Bahan :
1 Formalin 4
Mengawetkan sampel makrozoobentos 2
Rose Bengal Pewarna organisme pada sampel
Penanganan sampel
Alat : 1
Saringan halus Menyaring organisme
2 Ember
Wadah air untuk membilas sampel makrozoobentos 3
Gayung Alat pengambil air
4 Baki
Wadah untuk menyaring makrozoobentos 5
Pinset Mengambil organisme yang ditemukan pada sampel
6 Botol film
Wadah tempat menyimpan sampel makrozoobentos 7
Kertas label Memberi tanda pada botol film
8 Spidol
Memberi tanda pada botol film 9
Data sheet Menulis data hasil identifikasi makrozoobentos
10 Mikroskop
Mengamati makrozoobentos untuk diidentifikasi 11
Buku identifikasi Mengetahui jenis makrozoobentos
Bahan : 1
Alkohol 70 Mengawetkan sampel makrozoobentos
2 Air
Membersihkan sampel
3.3. Rancangan Penelitian
Penentuan stasiun untuk pengambilan sampel makrozoobentos ditentukan berdasarkan keterwakilan spasial wilayah habitat mangrove, lamun, dan reef crest
terumbu karang secara acak di sekitar kawasan rehabilitasi lamun dan teripang pada bulan September 2010 dan Januari 2011. Perbedaan secara temporal
digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh faktor musim kemarau dan hujan terhadap makrozoobentos yang diamati.
24 Keterangan :
= Stasiun Gambar 4. Rancangan penelitian yang terbagi menjadi 24 stasiun tegak lurus dari
daratan pantai ke arah laut lepas berdasarkan habitat. Stasiun pengamatan berada tegak lurus dari garis pantai ke arah laut. Daerah
pengambilan sampel ditentukan pada lokasi dengan luas kawasan 115.500 m
2
330 m X 350 m dimana daerah tersebut terbagi menjadi tiga transek garis A, B, C. Pada masing-masing transek garis ditentukan 8 titik pengamatan, yaitu garis
transek A 350 m, B 250 m dan C 0 m, sehingga terdapat 24 stasiun pengamatan yang dikelompokkan berdasarkan habitat dari garis pantai.
Pengambilan sampel makrozoobentos pada habitat mangrove dan lamun masing- masing sebanyak 9 stasiun, sedangkan pada habitat reef crest sebanyak 6 stasiun
yang dilakukan secara acak di setiap transek garis. Di setiap stasiun pengamatan dilakukan pengambilan sampel makrozoobentos sebanyak tiga ulangan. Untuk
lebih jelas rancangan penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
PANTAI DARATAN
25
3.4. Pengambilan dan Penanganan Sampel
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah makrozoobentos, kualitas air dan tekstur sedimen. Data yang diambil berupa data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui pengambilan langsung contoh makrozoobentos, air, dan substrat dasar perairan beserta analisisnya selama
penelitian berlangsung. Sedangkan data sekunder berupa studi literatur yang menunjang data-data penelitian.
Pada saat melakukan sampling di lokasi, beberapa parameter fisika dan kimia perairan diamati secara in situ, seperti suhu, kedalaman, kecerahan,
salinitas, pH, dan oksigen terlarut DO, sedangkan untuk parameter NO
3
-N dan PO
4
-P diamati secara ex situ. Disamping parameter fisika dan kimia perairan, diamati pula tipe substrat perairan, kerapatan jenis mangrove, persen penutupan
lamun, dan persen penutupan karang yang terdapat pada stasiun pengamatan. Parameter yang melalui tahap analisis laboratorium antara lain kepadatan dan
biomassa basah makrozoobentos. Tabel 4. Parameter yang diamati beserta satuan, alat dan metode pengukuran
No Parameter
Satuan Alat
Metode pengukuran Fisika
1 Suhu
o
C Termometer
Pemuaian 2
Kedalaman m
Meteran Perbandingan
3 Kecerahan
m Secchi disk
Visual
Kimia
1 Salinitas
‰ Refraktometer
Pembiasan 2
pH -
Kertas lakmus Perubahan warna
3 DO
mg l
-1
DO meter Elektrometri
4 NO
3
-N mg l
-1
Beberapa alat dan bahan untuk mengukur NO
3
-N Spektrofotometri
5 PO
4
-P mg l
-1
Beberapa alat dan bahan untuk mengukur PO
4
-P Spektrofotometri
Lainnya
1 Kerapatan jenis
mangrove Ind m
-2
Meteran Perbandingan
2 Penutupan
lamun Transek kuadrat, pustaka untuk
standarisasi persen penutupan Visual dan
perbandingan 3
Penutupan karang
Transek kuadrat, pustaka untuk standarisasi persen penutupan
Visual dan perbandingan
26 Pengambilan sampel makrozoobentos dilakukan sebanyak tiga ulangan pada
setiap titik pengamatan dengan total 72 sampel di satu kali waktu pengambilan. Sedangkan untuk sampel sedimen dilakukan tiga ulangan pada bulan Januari 2011
yang mewakili masing-masing habitat 9 sampel. Parameter fisika dan kimia perairan diukur secara langsung in situ setiap titik pengamatan pada saat yang
bersamaan dengan pengambilan sampel sedimen. Begitu pula dengan penentuan koordinat stasiun pengamatan, penghitungan jumlah anakan mangrove, serta
persen penutupan lamun dan karang. Sampel makrozoobentos diambil dengan menggunakan corer yang
dibenamkan pada dasar perairan hingga kedalaman ± 20 cm. Sampel pasir yang telah diambil segera disaring dan dipisahkan antara pasir, serasah kasar, lumpur,
dengan lamun atau karang yang terambil menggunakan saringan halus. Kemudian sampel dimasukkan ke dalam kantong plastik yang sebelumnya telah diberi
keterangan nomor stasiun dan ulangan. Sampel makrozoobentos segera diawetkan dengan formalin 4 dan diberi Rose Bengal secukupnya sebagai pewarna.
Pada umumnya penanganan sampel makrozoobentos dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut antara lain penyaringan, penyortiran,
pengawetan, dan identifikasi. Tahap penyaringan dan penyortiran dilakukan dengan menggunakan saringan halus dan pinset hingga sampel makrozoobentos
terpisah dari serasah dan sedimen. Makrozoobentos yang telah selesai disortir dimasukkan ke dalam botol film yang telah diberi label, kemudian sampel
diawetkan menggunakan alkohol 70. Setelah itu, makrozoobentos diidentifikasi menggunakan mikroskop, kaca pembesar dan buku identifikasi.
Identifikasi setiap organisme makrozoobentos yang ditemukan dilakukan mulai dari tingkat filum hingga tingkat genus, dan apabila memungkinkan hingga
tingkat spesies. Setiap jenis individu yang ditemukan dihitung jumlahnya berdasarkan
titik pengamatan
dan ulangannya.
Pengukuran biomassa
makrozoobentos menggunakan metode mengukur berat basah dari masing-masing organisme tersebut. Sampel sedimen yang telah diambil sebelumnya segera
dilakukan analisis di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor untuk diamati tekstur substrat dan kandungan C-organik.
27
3.5. Analisis Data