63 makrozoobentos. Jenis makrozoobentos yang berukuran besar, seperti kerang dan
sand dollar telah mempengaruhi nilai dari biomassa yang ada. Pada habitat reef crest, ditemukan filum Echinodermata seperti Echinarachnius parma saat
pengambilan contoh menggunakan corer. Selain itu ditemukan pula hampir seluruh spesies dari filum Moluska seperti Glossus humanus, Yoldia limatula,
Tellina radiata, Polinices flemingiana, Dosinia discus, Trachycardium magnum dan Myadora striata. Selain itu spesies Golfingia sp. dari filum Sipuncula juga
ditemukan pada habitat ini. Hal ini menyebabkan biomassa makrozoobentos yang terukur di stasiun dan habitat reef crest menjadi sangat tinggi.
Berdasarkan habitatnya lamun memiliki nilai biomassa makrozoobentos yang terendah dibandingkan dengan habitat lainnya. Kondisi lamun yang sudah
mulai rusak di lokasi pengamatan menjadi faktor yang mempengaruhi penurunan biomassa makrozoobentos baik pada bulan September 2010 maupun Januari 2011.
Pola distribusi makrozoobentos, biomassa serta kekayaan spesies dapat dipengaruhi oleh salinitas, biomassa lamun dan ukuran partikel sedimen.
4.4.4. Indeks Keanekaragaman H’ Makrozoobentos
Indeks keanekaragaman jenis H’ makrozoobentos dapat menggambarkan keragaman jenis dalam suatu komunitas makrozoobentos. Berdasarkan
pengamatan per stasiun, besarnya nilai indeks keanekaragaman makrozoobentos di Pulau Pramuka pada bulan September 2010 berkisar antara 1,69
– 3,82. Nilai indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun 8 sebesar 3,82, sedangkan
untuk indeks keanekaragaman terendah terdapat pada stasiun 1 sebesar 1,69. Pada bulan Januari 2011 nilai indeks keanekaragaman berkisar antara 0,25
– 3,73. Niai indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun 22 sebesar 3,73, sedangkan
untuk indeks keanekaragaman terendah terdapat pada stasiun 1 sebesar 0,25 Gambar 18.
Berdasarkan habitat pengamatan, besarnya nilai indeks keanekaragaman tertinggi pada bulan September 2010 berada pada lokasi pengamatan habitat reef
crest yaitu sebesar 4,00, sedangkan indeks keanekaragaman makrozoobentos terendah terdapat pada lokasi pengamatan habitat mangrove yaitu sebesar 2,92.
Pada bulan Januari 2011, besarnya nilai indeks keanekaragaman tertinggi berada pada lokasi pengamatan habitat reef crest yaitu sebesar 3,84, sedangkan indeks
64 keanekaragaman makrozoobentos terendah terdapat pada lokasi pengamatan
habitat mangrove yaitu sebesar 2,61 Gambar 18.
a
b
Gambar 18. Indeks keanekaragaman Shannon- Wiener H’ makrozoobentos pada
bulan a September 2010 dan b Januari 2011 berdasarkan habitat pengamatan n mangrove n lamun = 9; n reef crest = 6
0,00 1,00
2,00 3,00
4,00 5,00
6,00
1 2
3 9 10 11 17 18 19 4
5 6 12 13 14 20 21 22 7
8 15 16 23 24 H
Stasiun
Bulan September 2010 Bulan Januari 2011
Mangrove Lamun
Reef crest n = 3
Bulan September 2010 = 3,14 0,55 Bulan Januari 2011 = 2,97 0,81
0,00 1,00
2,00 3,00
4,00 5,00
6,00
Mangrove Lamun
Reef crest
H
Habitat
Bulan September 2010 Bulan Januari 2011
n mangrove lamun = 9; n reef crest = 6 Bulan September 2010 = 3,59 0,59
Bulan Januari 2011 = 3,35 0,64
65 Pada bulan September 2010 besarnya indeks keanekaragaman antar habitat
lamun dan reef crest tidak terlampau jauh berbeda. Namun demikian, nilai indeks keanekaragaman semakin menuju ke habitat reef crest akan semakin tinggi,
sehingga dapat dikatakan bahwa keanekaragaman jenis makrozoobentos antar kedua habitat tersebut hampir sama besarnya. Besarnya nilai indeks
keanekaragaman berkaitan erat dengan jumlah taksa spesies dan jumlah individu tiap spesies Ramadhan 2010. Pada bulan Januari 2011 menunjukkan bahwa nilai
indeks keanekaragaman semakin menuju habitat reef crest lepas pantai juga semakin tinggi.
Keanekaragaman jenis digunakan untuk menggambarkan struktur komunitas. Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis tinggi
apabila komunitas tersebut disusun oleh banyak jenis dengan kepadatan tiap jenis yang sama atau hampir sama, sedangkan jika komunitas tersebut hanya disusun
oleh sedikit jenis dan hanya sedikit yang dominan maka keanekaragaman jenisnya rendah Kastoro et al. 2007; Cappenberg Panggabean 2005. Berdasarkan hasil
penelitian, diketahui bahwa indeks keanekaragaman makrozoobentos pada bulan Januari 2011 lebih rendah dibandingkan dengan bulan September 2010 Gambar
18. Berdasarkan pengamatan antar stasiun Gambar 15, terjadi perbedaan
indeks keanekaragaman yang tidak terlalu signifikan antara bulan September 2010 dan Januari 2011. Pada bulan September 2010, stasiun 1 dan 9 menunjukkan
indeks keanekaragaman yang lebih rendah dibandingkan dengan stasiun lainnya. Sementara itu pada bulan Januari 2011, stasiun yang mempunyai indeks
keanekaragaman rendah adalah stasiun 1, 2 dan 9. Hal tersebut dikarenakan oleh sedikitnya jenis yang ditemukan pada stasiun pengamatan sehingga nilai indeks
keanekaragaman pun menjadi rendah. Semakin menjauh dari daratan, kisaran nilai indeks keanekaragaman
makrozoobentos menjadi semakin tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh banyaknya jumlah spesies dan kepadatan spesies per stasiun pada habitat reef
crest yang lebih besar dibandingkan dengan habitat lainnya. Di samping itu, penelitian yang dilakukan oleh Kastoro 1992 menunjukkan pula bahwa indeks
keanekaragaman H’ makrozoobentos yang ditemukan pada daerah lepas pantai
66 di Teluk Jakarta lebih tinggi dibandingkan dengan daerah estuari. Tinggi
rendahnya nilai keanekaragaman spesies dapat disebabkan oleh jumlah spesies yang diperoleh, adanya dominasi dari spesies tertentu, substrat yang homogen,
serta keberadaan lamun atau karang yang bervariasi sehingga hanya spesies tertentu yang mampu beradaptasi pada habitat tersebut Cappenberg
Panggabean 2005.
4.4.5. Indeks Keseragaman E’ Makrozoobentos