Perumusan Masalah Konektivitas Komunitas Makrozoobentos antara Habitat Mangrove, Lamun dan Terumbu Karang di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta.

2 nilai ekonomis penting untuk memenuhi kebutuhan manusia, misalnya adalah dari kelas Krustasea dan Bivalvia Fitriana 2006. Melihat berbagai peranan yang dimiliki makrozoobentos, maka penelitian mengenai makrozoobentos sebagai indikator konektivitas ekologi pada tiga habitat utama kawasan pesisir terkait dengan kualitas perairan perlu dilakukan. Penelitian interaksi antar ekosistem ecological connectivity di perairan pesisir masih terbatas. Informasi penelitian dengan pendekatan tersebut belum diketahui pernah dilakukan di Kepulauan Seribu, khususnya Pulau Pramuka. Penelitian yang telah dilakukan umumnya lebih bersifat interaksi habitat tertentu pada jenis biota tertentu, seperti penelitian yang dilakukan oleh Aziz 2010 mengenai asosiasi makrozoobentos dengan lamun di Pulau Pramuka atau Fitriana 2006 mengenai asosiasi makrozoobentos dengan hutan mangrove hasil rehabilitasi di Ngurah Rai Bali. Unsworth 2008 melakukan penelitian mengenai tingkat konektivitas antara komunitas ikan di lamun dengan habitat mangrove dan terumbu karang di perairan Taman Nasional Laut Wakatobi yang menunjukkan bahwa terdapat konektivitas ekologis antara komunitas ikan terhadap ketiga habitat tersebut dilihat dari parameter keragaman spesies dan kelimpahan ikan. Maka melalui penelitian ini akan diperoleh informasi ilmiah dilihat dari struktur komunitas makrozoobentos, yang berguna untuk pengelolaan ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang secara berkelanjutan di Pulau Pramuka. Sehingga diharapkan dapat dijadikan masukan dalam menentukan perencanaan pengelolaan lingkungan di wilayah Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.

1.2. Perumusan Masalah

Kawasan pesisir memiliki ekosistem yang sangat dinamis, karena banyak dipengaruhi oleh daratan dan lautan. Lamun bersama dengan mangrove dan terumbu karang merupakan pusat kekayaan nutfah dan keanekaragaman hayati di Indo- Pasifik Barat Dahuri 2003. Sebagian besar organisme akuatik hidup dan memanfaatkan habitat tersebut tidak hanya sebagai tempat berlindung, namun juga menjadi tempat untuk mencari makan, pembesaran, pemijahan, dan kegiatan lainnya yang dapat menunjang kehidupan. Untuk lebih jelasnya, rumusan masalah dapat dilihat pada diagram alir seperti pada Gambar 1. 3 Keterangan : = Di luar lingkup penelitian Gambar 1. Diagram alir perumusan masalah penelitian. Diagram bagian atas dimodifikasi dari UNESCO 1983 Interaksi : SUBSTRAT DASAR PARAMETER LINGKUNGAN PERAIRAN BIOTA YANG BERASOSIASI KONDISI STATUS EKOSISTEM 1. Persen penutupan lamun 2. Persen penutupan karang 3. Jumlah anakan mangrove 1. Suhu 2. Kedalaman 3. Kecerahan 4. Salinitas 5. pH 6. DO 7. Nitrat 8. Orthophosphat 1. Tekstur 2. Kandungan C – Organik Plankton Bentos Nekton Organisme lainnya MAKROZOOBENTOS 1. Jumlah jenis 2. Kepadatan 3. Biomassa 4. Keanekaragaman TINGKAT KONEKTIVITAS HABITAT DENGAN BIOTA MAKROZOOBENTOS Habitat Terumbu karang Habitat Lamun Habitat Mangrove 4 Berdasarkan diagram alir bagian atas perumusan masalah penelitian pada Gambar 1, dapat dilihat bahwa ada berbagai interaksi antara habitat mangrove, lamun dan terumbu karang. Interaksi tersebut antara lain adalah interaksi fisik arus, gelombang, kedalaman, kecerahan, bahan organik terlarut nutrien dan DOM, bahan organik partikel POM, migrasi fauna dewasa, juvenile, plankton, dan dampak manusia UNESCO 1983. Interaksi antara organisme dan lingkungannya saling mendukung satu sama lain membentuk suatu konektivitas dalam proses keseimbangan ekologi. Adanya interaksi berimplikasi terhadap kondisi biota dalam hal ini makrozoobentos yang terdapat di ketiga habitat tersebut. Apabila kualitas habitat tersebut menurun, maka akan dapat berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap organisme ini. Dengan melihat berbagai parameter lingkungan, substrat dasar perairan, serta kondisi atau status ketiga habitat saat itu dengan organisme yang berasosiasi, akan dapat diketahui tingkat konektivitas antara habitat dengan makrozoobentos.

1.3. Tujuan