Pengukuran Orthophosphat Metode Spektrofotometri

90 Lampiran 3. Lanjutan

e. Pengukuran DO dengan DO meter

1. Masukkan DO meter kedalam kolom air yang akan diukur DO nya. 2. Diamkan beberapa saat hingga nilai pada DO meter stabil. 3. Baca nilai DO yang tertera pada layar DO meter tersebut.

f. Pengukuran Nitrat Metode Spektrofotometri

1. Saring sebanyak 25-50 ml air sampel dengan kertas saring Whatman no.42 atau yang setara. 2. Pipet 5 ml air sampel yang telah disaring, masukkan kedalam gelas piala. 3. Tambahkan 0,5 ml Brucine, aduk. 4. Tambahkan 5 ml asam sulfat pekat gunakan ruang asam, aduk. 5. Buat larutan blanko dari 5 ml akuades, lakukan prosedur 3 dan 4. 6. Buat larutan standar nitrat dengan konsentrasi 0,025; 0,05; 0,10; 0,25; 0,50; 0,75; 1,00. 7. Dengan larutan blanko dan pada panjang gelombang 410 nm, set spektrofotometer pada 0,000 absorbance, kemudian ukur sampel dan larutan standar. 8. Buat persamaan regresi dari larutan standar untuk menentukan kadar nitrat air sampel.

g. Pengukuran Orthophosphat Metode Spektrofotometri

1. Persiapan peralatan gelas dan filter. Semua wadah dan peralatan yang akan digunakan harus benar-benar bersih, bebas dari kontaminasi P. 2. Saring 25-50 ml air sampel dengan millipore 0,45 µm atau glass fibre filter, atau yang setara, gunakan vacuum pump. 3. Pipet sebanyak 25 ml sampel tersaring 4. Tambahkan 1 ml Ammonium molybdate, aduk. 5. Tambahkan 5 tetes SnCl 2 , aduk dan diamkan selama 10 menit. 6. Buat larutan blanko dari 25 ml akuades, lakukan prosedur 3 dan 4. 91 Lampiran 3. Lanjutan 7. Buat larutan standar orthophosphat dengan konsentrasi 0,01; 0,05; 0,10; 0,25; 0,50; 0,75; dan 1,00 ppm-P. 8. Setelah didiamkan 10 menit dan sebelum 12 menit, ukur air sampel dan larutan standar dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 690 nm. 9. Buat persamaan regresi atau grafik untuk menentukan kadar orthophosphat air sampel. 92 Lampiran 4. Data jumlah kepadatan makrozoobentos individu per stasiun di Pulau Pramuka bulan September 2010, sebanyak 3 ulangan tiap stasiun SPESIES S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 Arabella iricolor 1 Arenicola marina 1 1 2 Aricidea quadrilobata 1 Asychis biceps 1 Capitella capitata 2 1 2 Cirratulus grandis 16 13 27 27 18 11 2 2 7 9 5 1 1 5 1 16 27 17 4 4 7 3 Cossura longocirrata 1 1 1 1 Drilonereis sp. 4 3 Dysponetus pygmaeus 4 8 3 1 Eusyllis lamelligera 3 Glycera sp. 1 Lepidonotus squamatus 1 3 4 12 1 5 9 1 2 1 Lumbrineris sp. 57 26 44 18 16 8 9 9 44 3 7 24 23 12 16 14 4 12 22 44 2 26 31 4 Maldanopsis elongata 1 1 8 1 2 2 1 Nephtys incisa 1 2 1 1 Nereis pelagica 2 7 4 1 10 9 1 1 2 2 1 1 1 3 1 3 2 5 3 Notocirrus spiniferus 3 1 Notomastus latericeus 477 131 257 208 41 68 18 19 431 48 40 52 16 10 9 12 32 77 35 39 16 15 12 4 Ophelia denticulata 3 4 1 13 3 3 1 12 2 2 Ophelia bicornis 3 17 1 3 6 10 1 2 1 8 7 6 12 4 2 1 1 4 3 2 Paraonis lyra 1 1 1 16 1 Paraonis gracilis 21 21 16 6 9 12 2 2 2 1 2 18 8 6 9 6 2 2 2 1 2 3 2 Pista maculata 9 1 2 Platynereis dumerilii 1 Pseudoeurythoe sp. 2 4 9 9 27 14 15 12 2 15 6 4 5 3 5 25 4 9 49 4 5 6 2 92 93 Lampiran 4. Lanjutan SPESIES S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 Scalibregma inflatum 1 13 1 1 4 3 2 Sigambra tentaculata 23 9 20 32 2 3 9 8 54 1 3 4 3 1 14 4 1 1 17 13 12 7 3 Spinther citrinus 3 1 1 1 4 Syllis cornuta 65 12 5 20 4 2 24 50 25 29 2 11 48 19 38 19 12 4 14 98 19 13 10 24 Terebellides stroemi 11 2 1 Travisia carnea 1 Trichobranchus glacialis 1 Amphilochus sp. 1 Ampithoe sp. 3 Calliopius sp. 1 Ceradocus spinicaudus 11 5 2 8 4 11 13 9 3 3 7 1 1 7 4 1 Cheirimedeia zotea 2 1 3 1 1 1 Corophium sp. 14 60 19 39 37 15 69 29 1 12 1 2 39 12 4 1 12 1 9 1 4 Cyathura sp. 12 2 5 Cyclaspis varians 4 1 2 Cymadusa sp. 3 Jassa sp. 3 Leptochelia sp. 4 8 116 34 2 9 9 5 10 1 3 12 1 4 3 15 2 4 2 1 Mysis stenolepis 2 Paramoera suchaneki 5 43 26 23 56 11 76 47 4 4 2 25 25 5 15 27 6 35 2 2 Penaeus sp. 1 Photis brevipes 3 3 2 11 1 Pontogeneia sp. 1 1 Tanais cavolinii 1 14 129 23 3 1 3 9 17 3 4 15 3 3 2 2 Nematoda sp 1 . 2 2 55 30 9 6 12 12 4 5 10 5 5 12 7 43 4 7 3 37 12 12 14 4 Echinarachnius parma 2 93 94 Lampiran 4. Lanjutan SPESIES S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 Abra alba 1 Dosinia discus 1 1 Gafrarium divaricatum 1 Glossus humanus 1 Myadora striata 1 Tellina donacina 1 1 1 Trachycardium magnum 1 1 Polinices flemingiana 1 94 95 Lampiran 5. Data jumlah kepadatan makrozoobentos individu per stasiun di Pulau Pramuka bulan Januari 2011, sebanyak 3 ulangan tiap stasiun SPESIES F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10 F11 F12 F13 F14 F15 F16 F17 F18 F19 F20 F21 F22 F23 F24 Aglaophamus verrilli 1 Arenicola cristata 1 Capitella capitata 1 Cirratulus grandis 1 4 17 4 3 3 1 4 1 6 13 6 11 3 8 2 8 29 16 7 1 4 Cossura longocirrata 2 1 Lepidonotus squamatus 10 1 1 2 1 Lumbrineris sp. 15 13 15 2 12 18 4 7 8 16 18 11 18 5 6 11 31 10 23 19 13 8 7 Maldanopsis elongata 6 1 1 1 1 6 9 Marphysa belli 1 Nephtys discors 1 Nephtys incisa 1 1 Nereis pelagica 2 2 2 1 3 4 1 1 11 5 3 6 4 13 4 4 13 3 12 3 11 Notomastus latericeus 206 65 42 30 9 12 19 11 104 12 53 73 32 53 35 19 80 139 74 70 63 34 12 16 Ophelia denticulata 1 1 Ophelia bicornis 3 3 1 5 2 4 4 1 2 1 1 4 3 3 5 Paraonis lyra 5 4 Paraonis gracilis 1 1 7 9 8 1 8 3 1 9 10 2 10 9 2 5 5 18 2 13 7 7 Pista maculata 4 Pseudoeurythoe sp. 1 1 1 8 3 4 10 1 4 3 14 22 17 33 14 12 7 4 1 Sigambra tentaculata 1 6 2 6 8 4 2 4 13 4 12 15 16 3 7 6 8 8 8 3 8 Syllis cornuta 2 16 1 1 1 26 6 27 7 1 33 9 20 8 14 37 35 23 22 29 35 25 7 23 Terebellides stroemi 7 6 1 1 5 4 2 2 2 2 6 Carcinus maenas 1 Ceradocus spinicaudus 1 1 1 4 2 2 3 2 1 3 1 2 1 2 Cheirimedeia zotea 3 1 1 95 96 Lampiran 5. Lanjutan SPESIES F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10 F11 F12 F13 F14 F15 F16 F17 F18 F19 F20 F21 F22 F23 F24 Corophium sp. 4 1 6 4 7 4 3 24 6 2 22 3 2 5 5 3 7 1 11 Cyclaspis varians 2 1 Jassa sp. 1 Leptochelia sp. 1 3 5 3 1 8 3 6 4 2 2 1 7 11 5 2 7 Ligia oceanica 3 1 Mysis stenolepis 1 1 1 Paramoera suchaneki 3 1 1 3 15 31 1 2 19 5 5 12 13 3 5 4 Photis brevipes 1 1 1 2 Portunus sp. 1 Tanais cavolinii 6 1 5 2 7 2 3 13 1 1 4 10 1 3 4 9 12 3 2 Nematoda sp 1 . 2 8 24 5 16 7 15 3 2 15 103 26 9 38 28 17 14 14 26 64 29 11 15 Golfingia sp. 1 1 Abra alba 2 Glossus humanus 1 Periploma angasi 1 1 Tellina radiata 1 1 1 1 Yoldia limatula 1 1 1 1 1 Polinices flemingiana 1 1 1 1 96 97 Lampiran 6. Baku mutu air laut untuk biota laut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004 No. Parameter Satuan Baku Mutu FISIKA 1. Kecerahan a m coral: 5 mangrove: - lamun: 3 2. Kebauan - alami 3 3. Kekeruhan a NTU 5 4. Padatan tersuspensi total b mg l -1 coral: 20 mangrove: 80 lamun: 20 5. Sampah - nihil 14 6. Suhu c o C alami 3c coral: 28-30 mangrove: 28-32 lamun: 28-30 7. Lapisan minyak 5 - nihil 15 KIMIA 1. pH d - 7 – 8,5 d 2. Salinitas e ‰ alami 3e coral: 33-34 e mangrove: sd 34 e lamun: 33-34 e 3. Oksigen terlarut DO mg l -1 5 4. BOD 5 mg l -1 20 5. Ammonia total NH 3 -N mg l -1 0,3 6. Fosfat PO 4 -P mg l -1 0,015 7. Nitrat NO 3 -N mg l -1 0,008 8. Sianida CN - mg l -1 0,5 9. Sulfida H 2 S mg l -1 0,01 10. PAH Poliaromatik hidrokarbon mg l -1 0,003 11. Senyawa Fenol total mg l -1 0,002 12. PCB Total poliklor bifenil µg l -1 0,01 13. Surfaktan deterjen mgIMBAS 1 14. Minyak lemak mg l -1 1 15. Pestisida µg l -1 0,01 16. TBT tributil tin 7 µg l -1 0,01 LOGAM TERLARUT 17. Raksa Hg mg l -1 0,001 18. Kromium hesavalen CrVI mg l -1 0,005 19. Arsen AS mg l -1 0,012 20. Kadmium Cd mg l -1 0,001 21. Tembaga Cu mg l -1 0,008 22. Timbal Pb mg l -1 0,008 23 Seng Zn mg l -1 0,05 24. Nikel Ni mg l -1 0,05 BIOLOGI 1. Coliform total g MPN100 ml 1000 g 2. Patogen Sel100 ml nihil 1 3. Plankton Sel100 ml tidak bloom 5 RADIO NUKLIDA 1. Komposisi tidak diketahui Bql 4 98 Lampiran 6. Lanjutan Catatan: 1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan sesuai dengan metode yang digunakan. 2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada, baik internasional maupun nasional. 3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat siang, malam dan musim. 4. Pengamatan oleh manusia visual. 5. Pengamatan oleh manusia visual. Lapisan minyak yang diacu adalah lapisan tipis thin layer dengan ketebalan 0,01 mm. 6. Tidak bloom adalah tidak terjadi pertumbuhan yang berlebihan yang dapat menyebabkan eutrofikasi. Pertumbuhan plankton yang berlebihan dipengaruhi oleh nutrien, cahaya, suhu, kecepatan arus, dan kestabilan plankton itu sendiri. 7. TBT adalah zat antifouling yang biasanya terdapat pada cat kapal. a. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan 10 kedalaman euphotic b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan 10 konsentrasi rata- rata musiman c. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan 2 o C dari suhu alami d. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan 0,2 satuan pH e. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan 5 salinitas rata-rata musiman f. Berbagai jenis pestisida seperti: DDT, Endrin, Endosulfan, dan Heptachlor g. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan 10 konsentrasi rata- rata musiman 99 Lampiran 7. Kriteria kerusakan dan status padang lamun Kepmen LH No. 200