Biomassa Makrozoobentos Sarkar et al. 2005, dan Borja et al. 2000 yang diacu dalam Taurusman

61 Stasiun J1 di bulan Januari 2011 memiliki hubungan kesamaan yang paling jauh dibandingkan stasiun lainnya karena hanya ditemukan filum Annelida dengan kepadatan total sedang dan memiliki nilai keanekaragaman yang rendah. Seperti halnya dengan stasiun J1, pada stasiun J2 dan J9 juga memiliki kedekatan yang berbeda dengan stasiun lainnya, karena hanya ditemukannya kepadatan total sedang dari filum Annelida dan Moluska. Pada stasiun J5 hanya ditemukan filum Annelida dengan total kepadatan rendah sehingga memiliki hubungan kesamaan yang jauh dengan stasiun lainnya. Sebaran kepadatan tiap filum makrozoobentos di Pulau Pramuka pada bulan September 2010 dan Januari 2011 menunjukkan bahwa habitat mangrove cenderung didominasi oleh filum Annelida,sedangkan habitat lamun dan reef crest lebih memiliki variasi komposisi filum di dalamnya Gambar 16.

4.4.3. Biomassa Makrozoobentos

Salah satu karakter suatu struktur komunitas tercermin dari biomassa makrozoobentos yang ada di dalamnya. Pada bulan September 2010 nilai biomassa makrozoobentos tertinggi berada pada stasiun 23 yang merupakan lokasi pengamatan habitat reef crest yaitu sebesar 266,30 gr m -2 , sedangkan untuk nilai biomassa terendah berada pada stasiun 1 sebesar 0,35 gr m -2 dimana merupakan lokasi pengamatan habitat mangrove. Pada bulan Januari 2011 nilai biomassa tertinggi berada pada stasiun 24 yang merupakan lokasi pengamatan habitat reef crest sebesar 68,88 gr m -2 , sedangkan untuk nilai biomassa terendah berada pada stasiun 19 yaitu sebesar 0,63 gr m -2 dimana merupakan lokasi pengamatan habitat mangrove Gambar 17. Berdasarkan habitat, nilai biomassa makrozoobentos pada bulan September 2010 terendah terletak pada lokasi pengamatan habitat mangrove, kemudian semakin menuju ke arah reef crest laut lepas nilai biomassa pun menjadi lebih tinggi. Besarnya nilai biomassa makrozoobentos pada habitat mangrove adalah sebesar 3,03 gr m -2 , sedangkan pada habitat lamun sebesar 18,86 gr m -2 serta pada habitat reef crest adalah sebesar 60,90 gr m -2 . Pada bulan Januari 2011, nilai biomassa makrozoobentos pada lokasi pengamatan habitat mangrove adalah sebesar 11,05 gr m -2 , kemudian menurun pada habitat lamun menjadi 6,90 gr m -2 dan kembali meningkat menjadi 17,90 gr m -2 pada habitat reef crest. Nilai 62 biomassa makrozoobentos pada bulan Januari 2011 ini terlihat tidak terlalu jauh berbeda, meskipun pada habitat reef crest nilai biomassa makrozoobentos tetap tertinggi Gambar 17. a b Gambar 17. Biomassa makrozoobentos pada bulan September 2010 dan Januari 2011 berdasarkan a stasiun dan b habitat n mangrove n lamun = 9; n reef crest = 6 Perbedaan nilai yang sangat jauh berbeda antar habitat ini dapat disebabkan oleh perbedaan ukuran dari organisme tertentu. Selain perbedaan ukuran dari organisme tertentu, kepadatan dan beragam jenis makrozoobentos yang ditemukan menjadi faktor yang ikut menentukan perbedaan biomassa 0,00 100,00 200,00 300,00 400,00 500,00 600,00 1 2 3 9 10 11 17 18 19 4 5 6 12 13 14 20 21 22 7 8 15 16 23 24 g r m -2 Stasiun Bulan September 2010 Bulan Februari 2011 Mangrove Lamun Reef crest n = 3 Bulan September 2010 = 23,43 59,16 Bulan Januari 2011 = 11,21 15,58 0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 Mangrove Lamun Reef crest g r m -2 Habitat Bulan September 2010 Bulan Januari 2011 n mangrove lamun = 9; n reef crest = 6 Bulan September 2010 = 27,60 29,91 Bulan Januari 2011 = 11,95 5,55 63 makrozoobentos. Jenis makrozoobentos yang berukuran besar, seperti kerang dan sand dollar telah mempengaruhi nilai dari biomassa yang ada. Pada habitat reef crest, ditemukan filum Echinodermata seperti Echinarachnius parma saat pengambilan contoh menggunakan corer. Selain itu ditemukan pula hampir seluruh spesies dari filum Moluska seperti Glossus humanus, Yoldia limatula, Tellina radiata, Polinices flemingiana, Dosinia discus, Trachycardium magnum dan Myadora striata. Selain itu spesies Golfingia sp. dari filum Sipuncula juga ditemukan pada habitat ini. Hal ini menyebabkan biomassa makrozoobentos yang terukur di stasiun dan habitat reef crest menjadi sangat tinggi. Berdasarkan habitatnya lamun memiliki nilai biomassa makrozoobentos yang terendah dibandingkan dengan habitat lainnya. Kondisi lamun yang sudah mulai rusak di lokasi pengamatan menjadi faktor yang mempengaruhi penurunan biomassa makrozoobentos baik pada bulan September 2010 maupun Januari 2011. Pola distribusi makrozoobentos, biomassa serta kekayaan spesies dapat dipengaruhi oleh salinitas, biomassa lamun dan ukuran partikel sedimen.

4.4.4. Indeks Keanekaragaman H’ Makrozoobentos