61 Stasiun J1 di bulan Januari 2011 memiliki hubungan kesamaan yang
paling jauh dibandingkan stasiun lainnya karena hanya ditemukan filum Annelida dengan kepadatan total sedang dan memiliki nilai keanekaragaman yang rendah.
Seperti halnya dengan stasiun J1, pada stasiun J2 dan J9 juga memiliki kedekatan yang berbeda dengan stasiun lainnya, karena hanya ditemukannya kepadatan total
sedang dari filum Annelida dan Moluska. Pada stasiun J5 hanya ditemukan filum Annelida dengan total kepadatan rendah sehingga memiliki hubungan kesamaan
yang jauh dengan stasiun lainnya. Sebaran kepadatan tiap filum makrozoobentos di Pulau Pramuka pada bulan September 2010 dan Januari 2011 menunjukkan
bahwa habitat mangrove cenderung didominasi oleh filum Annelida,sedangkan habitat lamun dan reef crest lebih memiliki variasi komposisi filum di dalamnya
Gambar 16.
4.4.3. Biomassa Makrozoobentos
Salah satu karakter suatu struktur komunitas tercermin dari biomassa makrozoobentos yang ada di dalamnya. Pada bulan September 2010 nilai
biomassa makrozoobentos tertinggi berada pada stasiun 23 yang merupakan lokasi pengamatan habitat reef crest yaitu sebesar 266,30 gr m
-2
, sedangkan untuk nilai biomassa terendah berada pada stasiun 1 sebesar 0,35 gr m
-2
dimana merupakan lokasi pengamatan habitat mangrove. Pada bulan Januari 2011 nilai
biomassa tertinggi berada pada stasiun 24 yang merupakan lokasi pengamatan habitat reef crest sebesar 68,88 gr m
-2
, sedangkan untuk nilai biomassa terendah berada pada stasiun 19 yaitu sebesar 0,63 gr m
-2
dimana merupakan lokasi pengamatan habitat mangrove Gambar 17.
Berdasarkan habitat, nilai biomassa makrozoobentos pada bulan September 2010 terendah terletak pada lokasi pengamatan habitat mangrove, kemudian
semakin menuju ke arah reef crest laut lepas nilai biomassa pun menjadi lebih tinggi. Besarnya nilai biomassa makrozoobentos pada habitat mangrove adalah
sebesar 3,03 gr m
-2
, sedangkan pada habitat lamun sebesar 18,86 gr m
-2
serta pada habitat reef crest adalah sebesar 60,90 gr m
-2
. Pada bulan Januari 2011, nilai biomassa makrozoobentos pada lokasi pengamatan habitat mangrove adalah
sebesar 11,05 gr m
-2
, kemudian menurun pada habitat lamun menjadi 6,90 gr m
-2
dan kembali meningkat menjadi 17,90 gr m
-2
pada habitat reef crest. Nilai
62 biomassa makrozoobentos pada bulan Januari 2011 ini terlihat tidak terlalu jauh
berbeda, meskipun pada habitat reef crest nilai biomassa makrozoobentos tetap tertinggi Gambar 17.
a
b
Gambar 17. Biomassa makrozoobentos pada bulan September 2010 dan Januari 2011 berdasarkan a stasiun dan b habitat
n mangrove n lamun = 9; n reef crest = 6 Perbedaan nilai yang sangat jauh berbeda antar habitat ini dapat disebabkan
oleh perbedaan ukuran dari organisme tertentu. Selain perbedaan ukuran dari organisme tertentu, kepadatan dan beragam jenis makrozoobentos yang
ditemukan menjadi faktor yang ikut menentukan perbedaan biomassa
0,00 100,00
200,00 300,00
400,00 500,00
600,00
1 2
3 9 10 11 17 18 19 4
5 6 12 13 14 20 21 22 7
8 15 16 23 24
g r m
-2
Stasiun
Bulan September 2010 Bulan Februari 2011
Mangrove Lamun
Reef crest n = 3
Bulan September 2010 = 23,43 59,16 Bulan Januari 2011 = 11,21 15,58
0,00 50,00
100,00 150,00
200,00
Mangrove Lamun
Reef crest
g r m
-2
Habitat
Bulan September 2010 Bulan Januari 2011
n mangrove lamun = 9; n reef crest = 6 Bulan September 2010 = 27,60 29,91
Bulan Januari 2011 = 11,95 5,55
63 makrozoobentos. Jenis makrozoobentos yang berukuran besar, seperti kerang dan
sand dollar telah mempengaruhi nilai dari biomassa yang ada. Pada habitat reef crest, ditemukan filum Echinodermata seperti Echinarachnius parma saat
pengambilan contoh menggunakan corer. Selain itu ditemukan pula hampir seluruh spesies dari filum Moluska seperti Glossus humanus, Yoldia limatula,
Tellina radiata, Polinices flemingiana, Dosinia discus, Trachycardium magnum dan Myadora striata. Selain itu spesies Golfingia sp. dari filum Sipuncula juga
ditemukan pada habitat ini. Hal ini menyebabkan biomassa makrozoobentos yang terukur di stasiun dan habitat reef crest menjadi sangat tinggi.
Berdasarkan habitatnya lamun memiliki nilai biomassa makrozoobentos yang terendah dibandingkan dengan habitat lainnya. Kondisi lamun yang sudah
mulai rusak di lokasi pengamatan menjadi faktor yang mempengaruhi penurunan biomassa makrozoobentos baik pada bulan September 2010 maupun Januari 2011.
Pola distribusi makrozoobentos, biomassa serta kekayaan spesies dapat dipengaruhi oleh salinitas, biomassa lamun dan ukuran partikel sedimen.
4.4.4. Indeks Keanekaragaman H’ Makrozoobentos