Lamun Konektivitas Komunitas Makrozoobentos antara Habitat Mangrove, Lamun dan Terumbu Karang di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta.

14 lubang, sehingga air dan udara dapat masuk ke dalam tanah Chaudhuri Choudhury 1994 in Fitriana 2006. Umumnya mangrove ditempati oleh kepiting Uca, Cardisoma, Cleistostoma, udang, Moluska Littorinidae, Ellobiidae dan Potamididae, serta beberapa jenis Polikaeta Nybakken 1988.

2.4. Lamun

Lamun adalah tumbuhan berbunga angiosperma yang hidup dan tumbuh terbenam di dalam perairan laut, memiliki tulang daun, batang, akar, bunga, dan buah. Akar dan rimpang dari lamun tumbuh terbenam dalam pasir atau lumpur McKenzie Yoshida 2009. Lamun termasuk ke dalam Famili Hydrocharitaceae, Cymodoceaceae dan Potamogetanaceae, namun tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan tumbuhan darat dari kelas Poaceae. Terdapat 13 genus dan 58 spesies tersebar di seluruh dunia. Enam genus Amphibolis, Heterozostera, Phyllospadix, Posidonia, Pseudalthenia, Zostera terdapat pada kawasan perairan laut beriklim sedang dan sebanyak 7 genus Cymodoceae, Enhalus, Halodule, Halophila, Syringodium, Thalassia, Thalassodendron terdistribusi di perairan laut tropis Kannan Thangaradjou 2002. Tumbuhan lamun tumbuh optimal pada salinitas 35‰, namun dapat mentolerir kisaran salinitas antara 4 - 65‰, meskipun tidak semua jenis lamun dapat mentolerir salinitas tersebut sama baiknya. Lamun membutuhkan cahaya untuk fotosintesis. Kebutuhan cahaya permukaan rata-rata berkisar antara 10-20 dengan nilai minimum 4,4 dan maksimum 29 tergantung spesiesnya. Lamun membutuhkan dua nutrien utama untuk tumbuh, yaitu nitrogen dan fosfor. Ketersediaan nutrien untuk lamun bergantung pada kualitas sedimen yaitu dari jenis dan ukuran partikel McKenzie Yoshida 2009. Lamun hidup di perairan dangkal yang berpasir. Sering pula dijumpai di kawasan terumbu karang atau pada lokasi lebih dalam dimana sinar matahari masih dapat menembus perairan. Berbeda dengan alga yang membutuhkan nutrien dalam air, lamun merupakan tumbuhan yang menyerap nutrien dari sedimen atau substrat. Untuk itu, lamun dapat mendaurulangkan nutrien kembali ke dalam ekosistem agar tidak terperangkap di dasar laut Nybakken 1988. Lamun terlihat mencolok di perairan dan terhampar menyebar luas di kawasan perairan laut dangkal seluruh dunia, memproduksi bahan organik dalam 15 jumlah besar dan memberikan substrat dasar yang sangat baik bagi berbagai jenis alga termasuk diatom dan fauna sessil Smith 1991. Beberapa fungsi ekologis dari lamun adalah sebagai produsen detritus, mengikat sedimen dan menstabilkan substrat yang lunak dengan sistem perakarannya, tempat berlindung, mencari makan feeding ground, daerah asuhan nursery ground, dan memijah spawning ground bagi berbagai jenis biota laut, serta sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni padang lamun dari sengatan matahari Hemminga Duarte 2000. Habitat lamun tinggi akan keanekaragaman dan kelimpahan biota di perairan. Lamun yang berada dekat reef flats dan estuari juga akan membantu menyerap nutrien dan masukan bahan kimia lainnya untuk lingkungan perairan laut. Tingkat produksi primer yang tinggi pada lamun berkaitan erat dengan tingginya tingkat produksi perikanan. Lamun memberikan nilai ekonomis yang sangat besar bagi kehidupan manusia, meskipun tidak mudah untuk dihitung secara kuantitatif, sehingga termasuk dalam peringkat ketiga ekosistem paling produktif di laut setelah estuari dan lahan basah McKenzie Yoshida 2009. Di Pulau Pramuka, terdapat 6 jenis lamun, yaitu Cymodoceae rotundata, Cymodoceae serrulata, Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Halophila pinifolia Dwindaru 2010. Namun menurut Dwintasari 2010 di Pulau Pramuka juga ditemukan Syringodium isoetifolium. Berdasarkan kriteria Kepmen LH No. 200 tahun 2004, kondisi lamun di Pulau Pramuka tergolong rusak Dwindaru 2010.

2.5. Terumbu karang