I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan yang bidang pekerjaannya
berhubungan dengan
pemanfaatan alam
sekitar dengan
menghasilkan produk pertanian yang diperlukan oleh seluruh kalangan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan jasmaninya. Salah satu sektor pertanian
yang menjadi pusat perhatian adalah sub sektor hortikultura. Hal ini disebabkan komoditi hortikultura satu-satunya yang volume impornya meningkat dari tahun
2008 ke tahun 2009.
Tabel 1. Perkembangan Ekspor Impor Komoditas Pertanian Indonesia Tahun
2008
– 2009 No
Sub Sektor 2008
US000 2009
US000 Perkembangan
1 Tanaman
Pangan Ekspor
348.883 321.261
-8,60 Impor
3.526.957 2.737.862
-28,82 2
Hortikultura Ekspor
433.921 379.739
-14,27 Impor
926.045 1.077.463
14,05 3
Perkebunan Ekspor
27.369.363 21.581.669 -26,82
Impor 4.535.918 3.949.191
-14,86 Sumber : Departemen Pertanian, 2011 diolah
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan nilai impor dari tahun 2008 sampai tahun 2009 untuk setiap sub sektor pertanian cenderung menurun,
hal ini juga diikuti oleh penurunan nilai ekspor. Berbeda dengan sub sektor hortikultura mengalami peningkatan nilai impor sebesar 14,05 persen.
Peningkatan impor di sub sektor hortikultura ini perlu dilakukan analisis, untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan impor tersebut.
Peningkatan impor tersebut selain disebabkan karena permintaan konsumen domestik yang lebih menyukai produk luar negeri, juga disebabkan
ketidakmampuan dalam memproduksi produk-produk hortikultura, seperti produksi menurun dan terjadinya gagal panen.
Sub sektor hortikultura terbagi atas sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman biofarmaka. Beberapa produk hortikultura seperti sayuran, buah-
2 buahan, dan tanaman biofarmaka sangat berguna bagi kebutuhan tubuh seperti
sumber vitamin, mineral, penyegar, pemenuhan kebutuhan akan serat dan kesehatan. Oleh karena itu produk-produk hortikultura perlu ditingkatkan maupun
dikembangkan selain untuk memenuhi permintaan konsumen yang semakin meningkat juga karena berpotensi dalam meningkatkan penghasilan.
Sayuran adalah salah satu produk hortikultura. Sayuran memiliki karakteristik yang berbeda dengan komoditi lainnya. Komoditi ini memiliki risiko
yang cukup besar yang menyebabkan ketergantungan antara pasar dengan konsumen dan produsen. Sayuran merupakan salah satu bahan makanan penting
serta relatif murah dan cukup tersedia di Indonesia, yang memiliki kondisi agroklimat sesuai untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik. Kandungan
vitamin dan mineral yang lengkap serta bervariasi juga banyak mengandung serat menyebabkan sayuran dapat dijadikan sebagai bahan makanan bergizi yang dapat
menunjang kesehatan Rahardi et al. 2001. Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah penghasil komoditi
sayuran di Indonesia. Dengan dukungan kondisi alamnya, Jawa Barat menjadi salah satu sentra produksi sayuran di Indonesia. Daerah Jawa Barat memproduksi
beberapa jenis sayuran diantaranya adalah tomat, wortel, kentang, kol, bawang merah, dan bawang putih. Berdasarakn data yang diperoleh dari Departemen
Pertanian, dari keenam komoditi diatas, hanya komoditi tomat yang produksinya relatif meningkat setiap tahun, yaitu 1,31 persen per tahun. Peningkatan produksi
ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu peningkatan luas lahan yang dipanen dan peningkatan produktivitas tanaman. Berdasarkan data statistik Departemen
Pertanian, peningkatan produksi tomat di daerah Jawa Barat disebabkan oleh produktivitas tomat dari tahun 2000
– 2010, yaitu dari 21,5 tonha pada tahun 2000 menjadi 30,5 tonha pada tahun 2010. Data produksi keenam jenis sayuran
tersebut dari tahun 2000 – 2010 dapat dilihat pada Tabel 2.
3
Tabel 2. Produksi Sayuran di Jawa Barat Tahun 2000 – 2010 satuan ton
Tahun Tomat
Wortel Kentang
Kol Kubis
Bawang Merah
Bawang Putih
2000 291.036
157.830 462.800 501.381 122.389
1.374 2001
264.894 153.854
385.618 490.449 103.326 177
2002 313.926
144.703 363.327 431.208
96.619 1.311
2003 261.493
182.683 375.167 438.091 120.219
1.415 2004
240.605 203.591
418.230 454.815 121.194 1.331
2005 286.285
215.177 359.891 434.576 118.795
579 2006
241.091 192.964
349.158 351.092 112.964 751
2007 267.220
130.659 337.368 369.517 116.142
549 2008
269.404 136.378
292.253 280.362 116.929 460
2009 309.653
128.253 320.542 298.332 123.587
10 2010
304.774 113.576
275.101 286.647 116.396 73
2011 354.832
115.296 220.155 270.780
101.273 892
rata-rata pertumbuhan
1,31 - 2,07
- 4,59 - 4,89
- 0,04 101,78
Sumber : Deptan, 2012 diolah Data pada Tabel 2 merupakan data produksi tomat secara keseluruhan.
Berdasarkan bentuknya, tomat dibedakan menjadi lima, yaitu : 1.
Tomat biasa Lycopersicum esculentum Mill, var. Commune Bailey. Berbentuk bulat pipih tidak teratur, sedikit beralur terutama di dekat
tangkai. Tomat jenis ini banyak ditemui di pasar-pasar lokal. 2.
Tomat apelpir Lycopersicum esculentum Mill, var. Pyriforme Alef. Berbentuk bulat seperti buah apel atau pir.
3. Tomat kentang atau tomat daun lebar Lycopersicum esculentum Mill, var.
Grandifolium Bailey. Berbentuk bulat besar, padat dan kompak. Ukuran buahnya lebih besar dibandingkan tomat apel.
4. Tomat tegak Lycopersicum esculentum Mill, var. Validum Bailey.
Buahnya berbentuk agak lonjong dan teksturnya keras. Sementara itu, daunnya rimbun, berbentuk keriting, berwarna kelam. Pertumbuhan
tanaman agak tegak dengan percabangan mengarah ke atas
4 5.
Tomat cherry lycopersicum esculentum Mill, var. Cerasiforme Alef. Buahnya berukuran kecil berbentuk bulat atau bulat memanjang.
Warnanya merah atau kuning. Tomat mungil ini berasal dari Ekuador atau Peru.
Diantara kelima jenis tomat di atas, tomat cherry memiliki keunggulan ekonomis dibandingkan tomat jenis lain. Keunggulan terletak pada harga jual
yang tinggi dan relatif stabil. Perusahaanpetani yang membudidayakan tomat cherry sedikit, karena benihnya tidak dijual umum dipasaran, sehingga harga jual
tomat cherry relatif stabil, karena tidak pernah terjadi panen raya atau panen secara besar-besaran seperti tomat sayur. Harga jual tomat cherry dalam periode 2
tahun terakhir berkisar antara Rp 7.500,00 – Rp 8.500,00 per kg PD Pacet Segar
2012. Teknologi budidaya yang digunakan dalam membudidayakan tomat cherry
yaitu secara konvensial dan greenhouse. Tomat cherry merupakan salah satu jenis tomat yang lebih banyak dibudidayakan dengan sistim hidroponik di greenhouse
karena hama dan penyakit tanaman dapat dikendalikan sehingga dapat meminimalisir tanaman terserang hama dan penyakit. Namun untuk
membudidayakan secara hidroponik itu harus memiliki keahlian khusus dan membutuhkan investasi yang sangat besar, sehingga beberapa perusahaanpetani
yang memiliki modal yang tidak terlalu besar lebih memilih membudidayakan tomat cherry dengan sistim konvensional.
PD Pacet Segar yang berlokasi di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu perusahaan yang membudidayakan
tomat cherry. Selain PD Pacet Segar, PT Saung Mirwan juga membudidayakan tomat cherry di kawasan Cipanas. Namun kedua perusahaan ini membudidayakan
tomat cherry dengan sistim yang berbeda. PT Saung Mirwan membudidayakan tomat cherry dengan sistim hidroponik menggunakan greenhouse, sedangkan PD
Pacet Segar membudidayakannya dengan sistim konvensional. Membudidayakan tomat cherry dengan sistim konvensional tidak berbeda dengan membudidayakan
tomat jenis lain. Budidaya tomat cherry secara konvensional ini sangat bergantung dengan
alam sehingga menyebabkan fluktuasi produktivitas tomat cherry. Adanya
5 fluktuasi tersebut, maka diidentifikasi perusahaan menghadapi risiko produksi
dalam membudidayakan tomat cherry. 1.2. Perumusan Masalah
PD Pacet Segar yang berlokasi di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat merupakan satu-satunya perusahaan yang membudidayakan
tomat cherry dengan sistim konvensional. Dalam satu siklus produksi, tomat cherry yang dibudidayakan adalah 2000 tanaman. Dalam melakukan budidaya,
perusahaan menghadapi risiko produksi. Berdasarkan informasi dari pihak manajemen perusahaan, risiko produksi berpengaruh signifikan terhadap
penerimaan perusahaan, namun penanganan terhadap risiko belum dilaksanakan dengan baik, hal ini terbukti dari produksi yang masih berfluktuasi. Data produksi
dan produktifitas tomat cherry 10 periode terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 3. Produksi dan Produktivitas Tomat Cherry pada PD Pacet Segar dari Mei
2010
– Februari 2012 Periode
Waktu Produksi
2000 tanaman kg
Produktivitas kgtanaman
1 Mei - Agustus 2010
3184 1,59
2 Juli - Oktober 2010
4538 2,27
3 September - Desember 2010
2095 1,05
4 November 2010 - Februari 2011
1268 0,63
5 Januari - April 2011
540 0,27
6 Maret - Juni 2011
2168 1,08
7 Mei - Agustus 2011
3520 1,76
8 Juli - Oktober 2011
5304 1,66
9 September - Desember 2011
2360 1,18
10 November 2011 - Februari 2012
626 0,31
Sumber : PD Pacet Segar, Februari 2012 Berdasarkan data pada Tabel 4, produksi dan produktivitas tomat cherry
pada PD Pacet Segar mengalami fluktuasi dalam 10 periode terakhir Mei 2010 –
Februari 2012. Namun pada kenyataannya produktivitas tomat cherry pada PD Pacet Segar mengalami penurunan pada musim tanam tertentu. Budidaya tomat
cherry dilakukan dengan sistim pola tanam dengan tujuan panen dapat kontinu setiap tiga hari sekali. Pengaturan pola tanam ini dilakukan setiap selang dua
bulan sekali karena proses budidaya tomat cherry sebelum dimulai proses tanam
6 adalah dua bulan. Selanjutnya proses pemanenan juga dilakukan selama dua bulan
dengan jangka waktu pemanenan tiga hari sekali atau dua kali dalam satu minggu. Pemanenan pada kondisi normal dilakukan sebanyak 15 kali penen. Produktivitas
normal untuk tomat cherry yang dibudidayakan secara konvensional adalah 1,5
– 2,5 kgtanaman kasie produksi PD Pacet Segar. Fluktuasi ini menunjukkan adanya risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan. Risiko produksi yang
dihadapi memiliki dampak bagi perusahaan. Dampak tersebut bisa berdampak positif maupun negatif. Untuk itu maka perlu dilakukan analisis terhadap peluang
dan dampak dari sumber risiko tersebut terhadap pendapatan perusahaan. Besarnya peluang dan dampak sumber risiko terhadap pendapatan
menuntut perusahaan untuk lebih bijaksana dalam mengambil keputusan untuk mengatasi risiko agar perusahaan dapat berproduksi optimal dan memperoleh
keuntungan. Dengan mempertimbangkan kondisi yang telah diuraikan di atas, maka
permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1.
Apa saja sumber-sumber risiko produksi tomat cherry pada PD Pacet Segar?
2. Berapa besar probabilitas dan dampak dari sumber-sumber risiko produksi
tomat cherry terhadap penerimaan PD Pacet Segar? 3.
Bagaimana alternatif strategi yang diterapkan dalam mengatasi risiko produksi tomat cherry yang dihadapi oleh PD Pacet Segar?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk : 1.
Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi tomat cherry pada PD Pacet Segar.
2. Menganalisis probabilitas dan dampak sumber-sumber risiko produksi
tomat cherry terhadap penerimaan PD Pacet Segar. 3.
Menganalisis alternatif strategi yang diterapkan untuk mengatasi risiko produksi yang dihadapi oleh usaha budidaya tomat cherry pada PD Pacet
Segar.
7
1.4. Manfaat Penelitian