Citra Diri Remaja Putri Dengan Acne Vulgaris di SMK Panca Budi

ada kecenderungan timbulnya negativistic penolakan pada pernderita acne vulgaris yakni berupa keputusasaan, sehingga perlu suatu pendekatan secara humanistic pada penderita acne vulgaris. Menurut Hurlock 2008, remaja menyadari bahwa merupakan hal yang menyenangkan memiliki fisik ang menarik dan tubuh yang ideal. Hal ini dapat mempertinggi kesempatan mereka dalam penerimaan sosial. Perkembangan fisik yang dialami remaja menyebabkan remaja memiliki citra terhadap fisiknya atau yang disebut dengan body image. Cara individu memandang diri sendiri mempunyai dampak yang oenting pada aspek psikologisnya. Pandangan yang realistis terhadap diri, menerima dan mengukur bagian tubuh akan memberi rasa aman, sehinga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri Keliat, 2002. Hal ini berkaitan dengan faktor-faktor dari penyesuaian diri sosial yang telah disimpulkan oleh Tejo 2006 faktor-faktor tersebut yaitu kepribadian, jenis kelamin, intellingsi, pola asuh dan konsep diri. Kepribadian terdiri dari sifat-sifat psikologis stabil dankhas. Sifat- sifat ini ikut menuntukan dan membedakan bagaimana perilaku individu yang satu dengan indivi yang lain dalam berhubungan dengan lingkungan sosial.

3. Harga Diri Remaja Putri Dengan Acne Vulgaris di SMK Panca Budi

Medan Berdasarkan tabel 5.1.2 diketahui bahwa harga diri remaja putri dengan acne vulgaris di SMK Panca Budi Medan sebanyak 52,38 termasuk kategori tinggi. Hal ini menunjukkan, masih ada remaja putri yang memiliki harga diri rendah ketika menderita acne vulgaris dimana dukungan dan penerimaan dari berbagi pihak merupakan hal yang sangat berarti bagi penderita jerawat dimana dukungan dan penerimaan dari berbagai pihak merupakan hal yang sangat berarti bagi penderita acne vulgaris. Hasil penelitian ini didukung oleh Anggraini 2006, bahwa kebutuhan dukungan sosial pada wanita penderita avne vulgaris sangat diperlukan. Hal ini sesuia dengan pendapat Sharp 1994, dalam Agung 2004 bahwa wanita yang menderita jerawat memiliki tingkat kebutuhan dukungan sosial yang tinggi, dukungan sosial tersebut menurut keliat 2002 termasuk orang tua, teman dekat, guru, atasan dan sebagainya. Menurut Herawati 2005, beberapa remaja akan merasa malu dan minder sehingga menarik diri dari masyarakat atau menghindari untuk berhubungan dengan orang lain yang menyebabkan harga diri rendah. Apabila seorang remaja terus menarik diri dari pergaulan, maka dia juga akan mengalami kemunduran perkembangan kognitif karena merasa takut dan malu untuk mendapatkan informasi-informasi baru dan hal ini akan terus berpengaruh pada proses tumbuh kembang remaja . karena informasi yang didapat hanya sedikit, maka remaja akan cenderung mengambil keputusan sendiri untuk mengatasi masalahnya yang justru akan memperparah masalah yang dihadapi.