d. perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh
e. preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang
f. mengungkapkan keputusan
g. mengungkapkan ketakutan ditolak
h. dipersonalisasi dan menolak penjelasan tentang perubahan tubuh
2. Ideal diri
Menurut Keliat 2002 Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana harus berperilaku sesuai dengan standar pribadi. Standar dapat
berhubungan dengan tipe seseorang yang diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita- cita, nilai yang ingin dicapai.
Ideal diri terdiri atas aspirasi, tujuan, nilai dan standar perilaku yang dianggap ideal dan diupayakan untuk dicapai. Diri ideal berawal dalam tahun
prasekolah dan berkembang sepanjang hidup. Diri ideal dipengaruhi oleh norma masyarakat dan harapan serta tuntutan dari orang tua dan orang terdekat Potter
dan Perry, 2005. Faktor-faktor yang mempengaruhi ideal diri:
a. Kecendrungan individu menempatkan ideal diri pada batas
kemampuannya. b.
budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri, standar ini dibandingkan dengan standar kelompok teman.
c. Ambisi atau keinginan untuk melebihkan keberhasilan kebutuhan yang
realistis, maka terjadi keinginan untuk menghindari kegagalan , perasaan cemas dan rendah diri.
3. Harga diri
Harga diri menurut Alimul 2008 adalah penilaian individu tentang dirinya dengan menganalisis kesesuaian antara perilaku dan ideal diri yang lain.
Harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan dari diri sendiri maupun dari orang lain. Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri Stuart dan Sundeen, 2005.
Harga diri berasal dari dua sumber, yaitu diri sendiri dan orang lain. Harga diri bergantung pada kasih sayang dan penerimaan. Harga diri mencakup
penerimaan diri sendiri karena nilai dasar, meski lemah dan terbatas. Seseorang yang menghargai dirinya dan merasa dihargai oleh orang lain biasanya
mempunyai harga diri yang tinggi. Seseorang yang merasa tidak berharga dan menerima sedikit respek dari orang lain biasanya mempunyai harga diri yang
rendah Potter dan Perry, 2005. Harga diri akan lebih bermakna dan berhasil jika diterima dan diakui
orang lain. Menurut Mars 1990 dalam Potter dan Perry 2005 harga diri juga dipengaruhi oleh sejumlah kontrol yang mereka miliki terhadap tujuan dan
keberhasilan dalam hidup. Seseorang dengan harga diri yang tinggi cenderung menunjukkan keberhasilan yang diraihnya sebagai kualitas dan upaya pribadi.
Ketika berhasil, seorang individu dengan harga diri rendah cenderung mengatakan bahwa keberhasilan yang diraihnya adalah keberuntungan dan atau atas bantuan
orang laindari pada kemampuan pribadi. Coopersmith dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 2005 menguraikan empat cara meningkatkan harga diri pada anak yaitu
memberi kesempatan berhasil, menanamkan gagasan, mendorong aspirasi, membantu membentuk koping.
Coopersmith 1998 dalam Stuart dan Sundeen 2005 membagi harga diri kedalam empat aspek:
a. Kekuasaan power adalah kemampuan untuk mengatur dan
mengontrol tingkah laku orang lain. Kemampuan ini ditandai adanya pengakuan dan rasa hormat yang diterima individudari
orang lain. b.
Keberartian significance adalah adanya kepedulian, penilaian, dan afeksi yang diterima individu dari oranglain.
c. Kebajikan virtue adalah ketaatan mengikuti standar moral dan
etika, ditandai oleh ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan.
d. Kemampuan competence adalah sukses memenuhi tuntutan
prestasi.
Menurut Burn 2006 ada beberapa faktor yang mempengaruhi gangguan harga diri seperti:
a Perkembangan individu
Faktor presdiposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti penolakan orang tua menyebabkan anak merasa tidak diantar dan mengakibatkan
anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal untuk mencintai orang lain. Pada saat anak berkembang lebih besar, anak mengalami kurangnya
pengakuan dan pujian dari orang tua dan orang terdekat atau orang yang dianggap penting, ia merasa tidak adekuat karena selalu tidak percaya
untuk mandiri, memutuskan sendiri akan tanggung jawab terhadap perilakunya.
b Ideal diri tidak realistis
Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak punya hak untuk gagal dan berbuat kesalahan. Ia membuat standar yang tidak
dapat dicapai seperti cita-cita yang terlalu tinggi dan tidak realistis. c
Gangguan fisik dan mental Gangguan ini dapat membuat individu dan keluarga merasa rendah diri.
d Sistem keluarga yang tidak berfungsi
Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak mampu membangun harga diri dengan baik. Orang tua memberi umpan balik yang
negatif dan berulang-ulang akan terganggu jika kemampuan penyesuaian masalah tidak adekuat. Akhirnya anak memandang negatif terhadap
pengalaman dan kemampuan dilingkungannya.
e Penanganan traumatik yang berulang-ulang misalnya akibat penganiayaan
fisik, emosi dan seksual.
4. Peran
Peran diri adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat Beck, dkk, 2006. Peran diri
adalah serangkaian perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang sesuai dengan fungsi yang ada dalam masyarakat atau suatu pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan
yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat Alimul, 2008. Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat Keliat, 1992 . Sebagian besar individu mempunyai lebih dari satu peran. Peran yang
umum termasuk peran sebagai ibu atau ayah, istri atau suami, anak perempuan atau anak laki-laki, pekerja atau majikan, saudara perempuan atau laki-laki, dan
teman. Setiap peran
mencakup pemenuhan harapan tertentu
dari orang
lain. Pemenuhan harapan ini mengarah pada penghargaan. Ketidakberhasilan untuk memenuhi harapan ini menyebabkan penurunan harga diri atau
terganggunya konsep diri seseorang Potter dan Perry, 2005. Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak punya pilihan,
sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu. Posisi dibutuhkan oleh individu sebagai aktualisasi diri. Harga diri yang
tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Posisi di masyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran karena
struktur sosial yang menimbulkan kesukaran, tuntutan serta posisi yang tidak mungkin dilaksanakan Keliat, 1992 . Stress peran terdiri dari konflik peran yang
tidak jelas dan peran yang tidak sesuai atau peran yang terlalu banyak. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran
yang harus di lakukan menurut Stuart and Sundeen 2005 adalah: 1.
Kejelasan prilaku dengan penghargaan yang sesuai dengan peran. 2.
Konsisten respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan . 3.
Kesesuain dan keseimbangan antara peran yang di emban. 4.
Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran. 5.
Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidak sesuain perilaku peran. Menurut Stuart and Sunden Penyesuaian individu terhadap perannya di
pengaruhi oleh beberapan faktor, yaitu: a.
Kejelasan prilaku yang sesuai dengan perannya serta pengetahuan yang spesifik tentang peran yang diharapkan.
b. Konsistensi respon orang yang berarti atau dekat dengan peranannya.
c. Kejelasan budaya dan harapannya terhadap prilaku perannya.
d. Pemisahan situasi yang dapat menciptakan ketidak selarasan
Selain itu dapat saja terjadi berbagai gangguan peran, penyebab atau faktor-faktor ganguan peran tersebut dapat di akibatkan oleh:
a Konflik peran interpersonal Individu dan lingkungan tidak mempunyai
harapan peran yang selaras. b
Kehilangan hubungan yang penting c
Perubahan peran seksual
d Keragu-raguan peran
e Perubahan kemampuan fisik untuk menampilkan peran sehubungan
dengan proses menua f
Kurangnya kejelasan peran atau pengertian tentang peran g
Ketergantungan obat h
Kurangnya keterampilan sosial i
Perbedaan budaya j
Harga diri rendah k
Konflik antar peran yang sekaligus di perankan Gangguan-gangguan peran yang terjadi tersebut dapat ditandai dengan tanda
dan gejala, seperti: 1
Mengungkapkan ketidakpuasan perannya atau kemampuan menampilkan peran
2 Mengingkari atau menghindari peran
3 Kegagalan transisi peran
4 Ketegangan peran
5 Kemunduran pola tanggungjawab yang biasa dalam peran
6 Proses berkabung yang tidak berfungsi
7 Kejenuhan pekerjaan
e. Identitas diri
Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua konsep diri, sebagai
suatu kesatuan yang utuh. Seseorang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya.
Ciri-ciri mengidentifikasikan identitas: a.
Mengenal diri sendiri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari orang lain.
b. Mengakui jenis kelamin sendiri.
c. Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan.
d. Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat.
e. Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang.
f. Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat
direalisasikan Widayatun, 1999; 225.
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Menurut Stuart dan Sundeen 2005, ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri. Faktor tersebut terdiri dari:
1. Teori perkembangan
Konsep diri berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembangan melalui kebiasaan
eksplorasi atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pengalaman budaya dan hubungan interpersonal dan kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri
sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata. Remaja dipaksa untuk mengubah gambaran mental mereka tentang diri
mereka. Perubahan fisik dalam ukuran dan penampilan menyebabkan perubahan dalam persepsi diri dan penggunaan tubuh. Remaja menghabiskan banyak waktu
di depan cermin untuk hygiene, berdandan dan berpakaian dimana mereka mencari perbaikan dari penampilan mereka sebanyak mungkin. Distres yang besar
dirasakan tentang ketidak sempurnaan yang diserap Perry dan Potter, 2005. Perkembangan konsep diri dan citra tubuh sangat berkaitan erat
dengan pembentukan identitas Erikson, 1963 dalam Potter dan Perry, 2005.
Pengalaman yang positif pada masa kanak-kanak memberdayakan remaja untuk merasa baik tentang diri mereka. Pengalaman negatif sebagai anak dapat
mengakibatkan konsepdiri yang buruk. 2.
Significant other orang yang terpenting atau orang yang terdekat Konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang
lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interpretasi diri pandangan orang lain terhadap diri, remaja
dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengannya dan pengaruh orang terdekat atau orang penting sepanjang siklus kehidupan. Remaja seringkali membangun
interaksi sesama teman sebayanya secara khas yaitu dengan cara berkumpul untuk melakukan aktifitas bersama dengan membentuk kelompok. Ketika remaja
mengalami masalah kulit acne vulgaris mereka sering kali merasa kurang percaya diri ketika berhadapan dengan temannya. Banyaknya informasi serta
interaksi yang dilakukan oleh remaja dengan temannya, maka akan mengakibatkan remaja tersebut tidak merasa tersingkirkan dari lingkungannya.
Interaksi yang terjadi antara remaja dengan lingkungannya mempuyai kualitas
yang berbeda-beda. Suatu interaksi dikatakan berkualitas, jika mampu memberikan kesempatan kepada individu untuk mengembangkan diri dengan
segala kelebihandan kekurangan yang dimilikinya. 3.
Self Perception persepsi diri sendiri Persepsi individu terhadap diri sendiri, serta pengalamannya
mengenaimasalah fisik jerawat yang mereka alami, antara lain: a
Life Style gaya hidup Gaya hidup yang dimiliki oleh kebanyakan dari remaja sekarang lebih
cenderung pada gaya hidup yang serba instan dan modern misalnya dalam perawatan muka. Pada remaja putri bagian wajah sering kali dipoles dengan
kosmetik, tujuannya selain untuk mempercantik diri juga untuk melindung kulit dari sinar matahari. Namun pada dore hari kosmetik yang tidak segera
dihapus dan dibersihkanakan menjadi populasi bersama keringat dan debu yang menempel di wajah sehingga bisa menyebabkan terjadinya acne vulgaris.
b Tipe kepribadian
Kepribadian merupakan segala bentuk pola pikiran, emosi dan perilaku yang berbeda serta mempunyai karakteristik yang menentukan gaya personal
individu dan mempengaruhi interaksinya dengan lingkungan Farozin, 2004. Orang dengan kepribadian tipe A introver lebih mudah mengalami
gangguan akibat adanya stress dari pada orang dengan kepribadian tipe B ekstrovert. Ciri-ciri orang dengan kepribadian tipe A introvert yaitu tidak
sabar,kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna, mudah gelisah, mudah bermusuhan danmudah tersinggung, sedangkan orang dengan kepribadian tipe B