pemberian pertama zat anti yang terbentuk masih sangat sedikit tahap pengenalan terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti, pemberian
kedua dan ketiga, terbentuk zat anti yang cukup. Waktu pemberian imunisasi DPT antara umur 2-11 bulan dengan interval 4 minggu. Imunisasi DPT diberikan melalui
intramuskular. Pemberian imunisasi DPT ini dapat berefek samping ringan ataupun berat. Efek ringan dapat berupa pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan, dan
demam. Sedangkan efek beratnya misalnya terjadi menangis hebat, kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati, dan syok.
15
2.5.5. Pertusis
Adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan yang sangat menular, disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis. Disertai gejala batuk beruntun dan pada
akhir batuk menarik nafas panjang terdengar suara “hup” whoop yang khas, biasanya disertai muntah.
22,24
Arti kata pertusis adalah batuk yang intensif, sehingga penyakit ini sering disebut batuk rejan, whooping cough, tussin Quinta, violent
cough, atau “batuk 100 hari” karna sifat batuknya yang lama dan khas.
23
Pertusis ditularkan melalui udara secara droplet, bahan droplet, atau memegang benda-benda yang terkontaminasi dengan sekret nasofaring jarang.
Manusia merupakan satu-satunya pejamu organisme ini. Masa inkubasi penyakit ini 6-20 hari rata-rata 7 hari.
22,23
Pertusis sangat mudah menular pada populasi yang tidak imun, bahkan dikatakan bahwa penularannya 100.
13
Penyebaran penyakit ini terdapat di seluruh dunia dan dapat menyerang semua umur mulai umur 2 minggu
sampai 77 tahun dan terbanyak pada penderita di bawah 1 tahun. Semakin muda usia, semakin berbahaya penyakitnya.
Universitas Sumatera Utara
Pertusis lebih sering menyerang anak perempuan daripada anak laki-laki. Banyak peneliti mengemukakan bahwa bayi kulit hitam pada usia muda mempunyai
insidensi yang lebih tinggi daripada bayi kulit putih, diduga perbedaan rasial ini dihubungkan dengan tingkat kekebalan.
Komplikasi utama yang sering ditemukan adalah pneumonia, gangguan neurologis berupa kejang dan ensefalopati akibat
hipoksia. Komplikasi ringan lainnya antara lain otitis media, anoreksia, dehidrasi, dan juga akibat tekanan intraabdominal yang meningkat saat batuk seperti epistaksis,
hernia, perdarahan konjungtiva dan lainnya.
22
2.5.6. Tetanus
Tetanus atau lockjaw merupakan penyakit akut yang menyerang susunan saraf pusat yang disebabkan oleh racun tetanospasmin yang dihasilkan oleh Clostridium
tetani. Penyakit ini ditandai dengan kekakuan otot spasme tanpa disertai gangguan kesadaran.
22
Gejala awal yang muncul adalah kekakuan otot rahang untuk mengunyah, sehingga anak sukar membuka mulut untuk makan dan minum trismus.
Kekauan ini pada neonatus sering menyulitkan saat menyusui karena mulut bayi “mencucu” seperti mulut ikan. Gejala lain seperti sulit menelan, kekakuan otot wajah,
kekakuan otot tubuh punggung, leher, dan badan sehingga tubuh dapat melengkung seperti busur, kekakuan otot perut dan kejang-kejang.
23
Clostridium tetani dalam bentuk spora masuk ke tubuh melalui luka yang terkontaminasi dengan debu, tanah,
tinja binatang atau pupuk. Cara masuknya spora ini melalui luka yang terkontaminasi antara lain: luka tusuk oleh besi, kaleng, paku, luka bakar, luka lecet, otitis media,
infeksi gigi, ulkus kulit yang kronis, abortus, dan pemotongan tali pusat tetanus neonatorum.
22
Universitas Sumatera Utara
Masa inkubasi tetanus umumnya antara 3-21 hari, namun terdapat variasi masa inkubasi yang lebar, dapat singkat hanya 1-2 hari, dan kadang-kadang lebih dari
1 bulan.
13,22
Derajat berat penyakit selain berdasarkan gejala klinis yang tampak juga dapat diramalkan dari lama masa inkubasi, makin pendek masa inkubasi makin jelek
prognosisnya.
22
Di negara yang telah maju seperti Amerika Serikat, tetanus sudah sangat jarang dijumpai, karena imunisasi aktif telah dilaksanakan dengan baik, di samping
sanitasi lingkungan yang bersih. Sedangkan di negara sedang berkembang termasuk Indonesia, penyakit ini masih banyak dijumpai karena kurangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan, mudah terjadinya kontaminasi, perawatan luka yang kurang diperhatikan, dan kurangnya kekebalan terhadap tetanus.
Penyakit ini dapat mengenai semua umur. Beberapa peneliti melaporkan angka kejadian lebih banyak dijumpai pada anak laki-laki dengan perbandingan 3:1, akibat
perbedaan aktivitas fisiknya.
22
Pada tahun 2009 dilaporkan terdapat 158 kasus dengan jumlah meninggal 76 orang dengan demikian CFR tetanus neonatorum di Indonesia
pada tahun 2009 sebesar 48,1.
2
2.5.7. Campak