Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Batita di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli Tahun 2012

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BATITA DI DESA MUDIK KECAMATAN

GUNUNGSITOLI TAHUN 2012

SKRIPSI

Oleh:

NIM. 081000180 MERY K. GULO

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BATITA DI DESA MUDIK KECAMATAN

GUNUNGSITOLI TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 081000180 MERY K. GULO

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul :

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BATITA DI DESA MUDIK KECAMATAN

GUNUNGSITOLI TAHUN 2012 Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

NIM. 081000180 MERY K. GULO

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 5 Juli 2012 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim penguji

Medan, Juli 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

NIP. 19610831 198903 1 001 Dr. Drs. Surya Utama, MS Ketua penguji

Drs. Jemadi, M.Kes NIP. 19640404 199203 1 005

Penguji I

drh. Hiswani, M.Kes NIP. 19650112 199402 2 001 Penguji II

Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH NIP. 19490417 197902 1 001

Penguji III

drh. Rasmaliah, M.Kes NIP. 19590818 198503 2 002


(4)

ABSTRAK

Salah satu strategi pembangunan kesehatan nasional untuk mewujudkan semua rakyat sehat adalah menerapkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, dengan mengacu kepada konsep paradigma sehat. Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, “Paradigma Sehat” dilaksanakan melalui beberapa kegiatan antara lain pencegahan dan pemberantasan penyakit. Salah satu upaya tersebut dilaksanakan melalui program imunisasi. Imunisasi merupakan suatu cara yang efektif untuk mencegah terjangkitnya penyakit infeksi. Sebelum kegiatan imunisasi dilaksanakan secara luas di dunia, banyak anak yang terinfeksi penyakit seperti penyakit Polio, Campak, Pertusis dan Difteri yang dapat berakibat kecacatan dan kematian. Berdasarkan profil Propinsi Sumatera Utara tahun 2010, cakupan UCI di Kota Gunungsitoli 53,47% dari 101 desa/kelurahan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada batita di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli tahun 2012. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain penelitian cross sectional dan dianalisis dengan uji chi-square. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh batita yang berusia 12 - 35 bulan di Desa Mudik, sampel adalah sebagian batita yang berusia 12 - 35 bulan di Desa Mudik yang berjumlah 106 orang.

Dari hasil penelitian, proporsi imunisasi dasar yang lengkap adalah 35,8%. Hasil analisis bivariat terdapat 2 variabel yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan kelengkapan imunisasi dasar yaitu jumlah anak (p=0,004) dan pengetahuan ibu (p=0,0001). Tidak ada hubungan antara umur batita (p=0,418), jenis kelamin batita (p=0,729), umur ibu (p=0,486), pendidikan ibu (p=0,098), pendidikan ayah (p=0,081), pekerjaan ibu (p=0,065), pekerjaan ayah (p=0,072), sikap ibu (p=0,250), dan jarak rumah (p=0,325) dengan kelengkapan imunisasi dasar.

Pentingnya meningkatkan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar lengkap bagi anaknya sehingga ibu memiliki pemahaman yang benar terhadap imunisasi.


(5)

ABSTRACT

One of the national health development strategy to realize all the people healthy is to implement the national development vision of health, with reference to the concept of a health paradigm. According to Law No. 36 year 2009 about health, “Health Paradigm” implemented through several activities including the prevention and eradication of diseases. One of the efforts undertaken through the immunization program. Immunization is an effective way to prevent the spread of infectious diseases. Prior to immunization activities carried out extensively in the world, many children are infected with diseases such as Polio, Measles, Pertusis and Diphtheria, which can result in disability and death. Based on the profile of North Sumatera Province in 2010, coverage in the city of Gunungsitoli UCI 53,47% of 101 villages/wards.

This research aims to analyze the factors that relate to the completeness of immunization basics on the toddler in Desa Mudik Subdistrict Gunungsitoli 2012. This research is an analytic study with crosssectional design and analyzed by chi -square test. The population in this research are all over the toddler aged 12-35 months in Desa Mudik. Sample is the toddler who is partially aged 12-35 months in Desa Mudik with the number of 106 toddlers.

The results of research, the proportion of the full basic immunization is 35,8%. Results of the analysis of bivariat there are 2 variables have a significant relationship with completeness of basic immunization i.e. the number of children (p=0,004) and knowledge of mothers (p=0,0001), and there is no significant relationship between the age of the toddlers (p=0,418), the sex of the toddlers (p=0,729), the age of the mothers (p=0,486), mother’s education (p=0,098), father’s education (p=0,081), mother’s occupation (p=0,065), father’s occupation (p=0,072), the attitude of mother (p=0,250), and distance (p=0,325) with the completeness of basic immunizations.

The importance of improving mother’s knowledge about the completeness of immunization basics for children so that mother have an understanding of the truth about immunization.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : MERY K. GULO

Tempat/Tanggal Lahir : Gunungsitoli / 21 Juli 1990

Agama : Kristen Protestan


(7)

Anak ke : 3 (empat) dari 4 (empat) bersaudara Alamat Rumah : Jln.Supomo No. 67 Gunungsitoli

Riwayat Pendidikan : 1.1996-2002 : SD Negeri No.070975 Gunungsitoli 2. 2002-2005 : SMP Negeri 1 Gunungsitoli

3. 2005-2008 : SMA Swasta Xaverius Gunungsitoli 4. 2008-2012 : Fakultas Kesehatan Masyarakat


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Batita Di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli Tahun 2012”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada Ayahanda S. Gulo dan Ibunda Y. Sarumaha yang telah membesarkan, mendidik, dan memberikan kasih sayang yang begitu berharga serta memberi dukungan dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan dan penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :


(9)

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi dan sekaligus sebagai Dosen Penguji Skripsi II yang telah banyak memberi kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Tukiman, M.Kes selaku Dosen Penasehat Akademik.

4. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu drh. Hiswani, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Dosen Penguji Skripsi I yang telah banyak memberi kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. 7. Bapak Kepala Dinas Kesehatan Kota Gunungsitoli beserta staf yang telah

membantu penulis selama penelitian.

8. Bapak Karsani Aulia Polem selaku Kepala Desa Mudik yang telah membantu penulis selama penelitian

9. Seluruh dosen dan staf/pegawai yang banyak membantu penulis dalam proses perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 10.Seluruh keluarga yang sangat penulis sayangi (Bang Lisman, Kak Erni, Adik

Nia, dan keluarga besar) yang telah banyak memberikan doa dan motivasi kepada penulis.


(10)

11.Sahabat-sahabat terbaikku dalam suka dan duka Albert C. Laoli, Desi Yanti Panjaitan (Yipiee), Dwi Yuni, dan Ardiana, Juwita, Elson yang telah memberikan semangat dan dorongan yang luar biasa serta menjadi teman setia penulis dalam menyelesaikan skripsi.

12.Teman-teman peminatan Epidemiologi “Epid Holic” (Edy, Ririn R, Ririn Tomat, Novika, Bidah, Sartika, Nur, Merlyn, Evi, Nelly, Devi, Rani, Stiphany, Ristari, Dian, Ervanny, Dwi, Stella, Syafni, Lista, Ayu, Jojo, Pivit, dan lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu) beserta teman-teman stambuk 2008 buat kebersamaannya dalam menyelesaikan pendidikan di FKM USU.

13.Seluruh pihak yang turut membantu penulis.

Penulis menyadari masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaannya dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2012 Penulis


(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Imunisasi ... 7

2.2. Manfaat Imunisasi ... 8

2.3. Sistem Imun Pada Tubuh ... 8

2.3.1. Sistem Imun Nonspesifik ... 8

2.3.2. Sistem Imun Spesifik ... 9

2.4. Jenis-Jenis Imunisasi ... 10

2.4.1. Imunisasi Aktif ... 10

2.4.2. Imunisasi Pasif ... 10

2.5. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi ... 11

2.5.1. Hepatitis B ... 11

2.5.2. Tuberkulosis ... 12

2.5.3. Poliomielitis ... 13

2.5.4. Difteri ... 14

2.5.5. Pertusis ... 16


(12)

2.5.7. Campak ... 18

2.6. Jadwal Pemberian Imunisasi ... 20

2.7. Perilaku Kesehatan ... 20

2.8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Imunisasi Dasar . 21 2.8.1. Umur Ibu ... 22

2.8.2. Pendidikan Ibu ... 23

2.8.3. Pekerjaan Ibu ... 23

2.8.4. Jumlah Anak ... 24

2.8.5. Pendidikan Suami ... 24

2.8.6. Pengetahuan Ibu ... 24

2.8.7. Sikap Ibu ... 26

2.8.8. Pekerjaan Suami ... 27

2.8.9. Jarak Tempat Tinggal Ke Pelayanan Kesehatan ... 28

2.9. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) ... 28

BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep ... 31

3.2. Definisi Operasional ... 32

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 36

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 36

4.2.2. Waktu Penelitian ... 36

4.3. Populasi dan Sampel ... 36

4.3.1. Populasi ... 36

4.3.2. Sampel ... 36

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 38

4.4.1. Data Primer ... 38

4.4.2. Data Sekunder ... 38

4.5. Teknik Analisis Data ... 38

4.5.1. Analisis Univariat ... 39

4.5.2. Analisis Bivariat ... 39

BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 40

5.1.1. Geografi ... 40

5.1.2. Demografi ... 40

5.1.3. Sarana Kesehatan ... 41

5.2. Analisis Univariat ... 41

5.2.1. Karakteristik Batita ... 42

5.2.2. Karakteristik Responden ... 42

5.2.3. Kelengkapan Imunisasi Dasar Batita, Alasan Ketidaklengkapan, Tempat Imunisasi, Dan Jarak Tempat Tinggal ke Pelayanan Kesehatan .... 45


(13)

5.2.4. Kepemilikan Kartu Menuju Sehat (KMS) ... 47 5.3. Analisis Bivariat ... 48

5.3.1. Hubungan Umur Batita Dengan Kelengkapan

Imunisasi Dasar Batita ... 48 5.3.2. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kelengkapan

Imunisasi Dasar Batita ... 49 5.3.3. Hubungan Umur Ibu Dengan Kelengkapan

Imunisasi Dasar Batita ... 50 5.3.4. Hubungan Pendidikan Ibu Dengan Kelengkapan

Imunisasi Dasar Batita ... 51 5.3.5. Hubungan Pendidikan Ayah Dengan Kelengkapan

Imunisasi Dasar Batita ... 52 5.3.6. Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Kelengkapan

Imunisasi Dasar Batita ... 53 5.3.7. Hubungan Pekerjaan Ayah Dengan Kelengkapan

Imunisasi Dasar Batita ... 54 5.3.8. Hubungan Jumlah Anak Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Batita ... 55 5.3.9. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Kelengkapan

Imunisasi Dasar Batita ... 56 5.3.10. Hubungan Sikap Ibu Dengan Kelengkapan Imunisasi

Dasar Batita ... 57 5.3.11. Hubungan Jarak Tempat Tinggal Ke Pelayanan Kesehatan

Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Batita ... 58 BAB 6 PEMBAHASAN

6.1. Proporsi Kelengkapan Imunisasi Dasar ... 59 6.2. Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Alasan

Ketidaklengkapan Imunisasi Dasar ... 60 6.3. Analisis Bivariat ... 61

6.3.1. Hubungan Umur Batita Dengan Kelengkapan

Imunisasi Dasar ... 61 6.3.2. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kelengkapan

Imunisasi Dasar ... 63 6.3.3. Hubungan Umur Ibu Dengan Kelengkapan

Imunisasi Dasar ... 64 6.3.4. Hubungan Pendidikan Ibu Dengan Kelengkapan

Imunisasi Dasar ... 66 6.3.5. Hubungan Pendidikan Ayah Dengan Kelengkapan

Imunisasi Dasar ... 68 6.3.6. Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Kelengkapan

Imunisasi Dasar ... 69 6.3.7. Hubungan Pekerjaan Ayah Dengan Kelengkapan

Imunisasi Dasar ... 71 6.3.8. Hubungan Jumlah Anak Dengan Kelengkapan


(14)

Imunisasi Dasar ... 72 6.3.9. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Kelengkapan

Imunisasi Dasar ... 74 6.3.10. Hubungan Sikap Ibu Dengan Kelengkapan

Imunisasi Dasar ... 76 6.3.11. Hubungan Jarak Tempat Tinggal Ke Pelayanan

Kesehatan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar ... 78

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... 78 7.2. Saran ... 80 DAFTAR PUSTAKA


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Penduduk Menurut Golongan Umur di

Desa Mudik Tahun 2012 ... 40 Tabel 5.2. Distribusi Sarana Kesehatan di Desa Mudik Tahun 2012 ... 41 Tabel 5.3. Distirbusi Proporsi Karakteristik Batita di Desa Mudik

Kecamatan Gunungsitoli Tahun 2012 ... 42 Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Karakteristik Responden di Desa Mudik

Kecamatan Gunungsitoli Tahun 2012 ... 43 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Batita ... 45 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Alasan

Ketidaklengkapan Imunisasi Dasar ... 46 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Tempat

Mendapatkan Imunisasi ... 46 Tabel 5.8. Distribusi Proposrsi Responden Berdasarkan Jarak Tempat

Tinggal ke Pelayanan Kesehatan Terdekat ... 47 Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Kepemilikan Kartu

Menuju Sehat (KMS) ... 47 Tabel 5.10. Tabulasi Silang Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Batita

Berdasarkan Umur Batita di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli Tahun 2012 ... 48 Tabel 5.11. Tabulasi Silang Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Batita

Berdasarkan Jenis Kelamin Batita di Desa Mudik Kecamatan


(16)

Tabel 5.12. Tabulasi Silang Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Batita Berdasarkan Umur Ibu di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli Tahun 2012 50 Tabel 5.13. Tabulasi Silang Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Batita

Berdasarkan Pendidikan Ibu di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli Tahun 2012 ... 51 Tabel 5.14. Tabulasi Silang Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Batita

Berdasarkan Pendidikan Ayah di Desa Mudik Kecamatan

Gunungsitoli Tahun 2012 ... 52 Tabel 5.15. Tabulasi Silang Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Batita

Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli Tahun 2012 ... 53 Tabel 5.16. Tabulasi Silang Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Batita

Berdasarkan Pekerjaan Ayah di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli Tahun 2012 ... 54 Tabel 5.17. Tabulasi Silang Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Batita

Berdasarkan Jumlah Anak di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli Tahun 2012 ... 55 Tabel 5.18. Tabulasi Silang Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Batita

Berdasarkan Pengetahuan Ibu di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli Tahun 2012 ... 56 Tabel 5.19. Tabulasi Silang Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Batita

Berdasarkan Sikap Ibu di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli

Tahun 2012 ... 57 Tabel 5.20. Tabulasi Silang Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Batita

Berdasarkan Jarak Tempat Tinggal di Desa Mudik Kecamatan


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1. Diagram Pie Proporsi Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada

Batita di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli Tahun 2012 ... 59 Gambar 6.2. Diagram BarProporsi Alasan Ketidaklengkapan Imunisasi

Dasar Pada Batita di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli

Tahun 2012 ... 60 Gambar 6.3. Diagram Bar Proporsi Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada

Batita Berdasarkan Umur Batita di Desa Mudik Kecamatan

Gunungsitoli Tahun 2012 ... 61 Gambar 6.4. Diagram Bar Proporsi Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada

Batita Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Mudik Kecamatan

Gunungsitoli Tahun 2012 ... 63 Gambar 6.5. Diagram Bar Proporsi Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada

Batita Berdasarkan Umur Ibu di Desa Mudik Kecamatan

Gunungsitoli Tahun 20121 ... 64 Gambar 6.6. Diagram Bar Proporsi Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada

Batita Berdasarkan Pendidikan Ibu di Desa Mudik Kecamatan

Gunungsitoli Tahun 2012 ... 66 Gambar 6.7 Diagram Bar Proporsi Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada

Batita Berdasarkan Pendidikan Ayah di Desa Mudik

Kecamatan Gunungsitoli Tahun 2012 ... 68 Gambar 6.8. Diagram Bar Proporsi Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada

Batita Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Desa Mudik Kecamatan

Gunungsitoli Tahun 2012 ... 69 Gambar 6.9. Diagram Bar Proporsi Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada

Batita Berdasarkan Pekerjaan Ayah di Desa Mudik Kecamatan


(18)

Gambar 6.10. Diagram Bar Proporsi Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Batita Berdasarkan Jumlah Anak di Desa Mudik Kecamatan

Gunungsitoli Tahun 2012 ... 72 Gambar 6.11. Diagram Bar Proporsi Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada

Batita Berdasarkan Pengetahuan Ibu di Desa Mudik

Kecamatan Gunungsitoli Tahun 2012 ... 74

Gambar 6.12. Diagram Bar Proporsi Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Batita Berdasarkan Sikap Ibu di Desa Mudik Kecamatan

Gunungsitoli Tahun 2012 ... 76 Gambar 6.13. Diagram Bar Proporsi Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada

Batita Berdasarkan Jarak Tempat Tinggal di Desa Mudik


(19)

ABSTRAK

Salah satu strategi pembangunan kesehatan nasional untuk mewujudkan semua rakyat sehat adalah menerapkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, dengan mengacu kepada konsep paradigma sehat. Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, “Paradigma Sehat” dilaksanakan melalui beberapa kegiatan antara lain pencegahan dan pemberantasan penyakit. Salah satu upaya tersebut dilaksanakan melalui program imunisasi. Imunisasi merupakan suatu cara yang efektif untuk mencegah terjangkitnya penyakit infeksi. Sebelum kegiatan imunisasi dilaksanakan secara luas di dunia, banyak anak yang terinfeksi penyakit seperti penyakit Polio, Campak, Pertusis dan Difteri yang dapat berakibat kecacatan dan kematian. Berdasarkan profil Propinsi Sumatera Utara tahun 2010, cakupan UCI di Kota Gunungsitoli 53,47% dari 101 desa/kelurahan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada batita di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli tahun 2012. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain penelitian cross sectional dan dianalisis dengan uji chi-square. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh batita yang berusia 12 - 35 bulan di Desa Mudik, sampel adalah sebagian batita yang berusia 12 - 35 bulan di Desa Mudik yang berjumlah 106 orang.

Dari hasil penelitian, proporsi imunisasi dasar yang lengkap adalah 35,8%. Hasil analisis bivariat terdapat 2 variabel yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan kelengkapan imunisasi dasar yaitu jumlah anak (p=0,004) dan pengetahuan ibu (p=0,0001). Tidak ada hubungan antara umur batita (p=0,418), jenis kelamin batita (p=0,729), umur ibu (p=0,486), pendidikan ibu (p=0,098), pendidikan ayah (p=0,081), pekerjaan ibu (p=0,065), pekerjaan ayah (p=0,072), sikap ibu (p=0,250), dan jarak rumah (p=0,325) dengan kelengkapan imunisasi dasar.

Pentingnya meningkatkan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar lengkap bagi anaknya sehingga ibu memiliki pemahaman yang benar terhadap imunisasi.


(20)

ABSTRACT

One of the national health development strategy to realize all the people healthy is to implement the national development vision of health, with reference to the concept of a health paradigm. According to Law No. 36 year 2009 about health, “Health Paradigm” implemented through several activities including the prevention and eradication of diseases. One of the efforts undertaken through the immunization program. Immunization is an effective way to prevent the spread of infectious diseases. Prior to immunization activities carried out extensively in the world, many children are infected with diseases such as Polio, Measles, Pertusis and Diphtheria, which can result in disability and death. Based on the profile of North Sumatera Province in 2010, coverage in the city of Gunungsitoli UCI 53,47% of 101 villages/wards.

This research aims to analyze the factors that relate to the completeness of immunization basics on the toddler in Desa Mudik Subdistrict Gunungsitoli 2012. This research is an analytic study with crosssectional design and analyzed by chi -square test. The population in this research are all over the toddler aged 12-35 months in Desa Mudik. Sample is the toddler who is partially aged 12-35 months in Desa Mudik with the number of 106 toddlers.

The results of research, the proportion of the full basic immunization is 35,8%. Results of the analysis of bivariat there are 2 variables have a significant relationship with completeness of basic immunization i.e. the number of children (p=0,004) and knowledge of mothers (p=0,0001), and there is no significant relationship between the age of the toddlers (p=0,418), the sex of the toddlers (p=0,729), the age of the mothers (p=0,486), mother’s education (p=0,098), father’s education (p=0,081), mother’s occupation (p=0,065), father’s occupation (p=0,072), the attitude of mother (p=0,250), and distance (p=0,325) with the completeness of basic immunizations.

The importance of improving mother’s knowledge about the completeness of immunization basics for children so that mother have an understanding of the truth about immunization.


(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui Pembangunan Nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.1 Salah satu strategi pembangunan nasional untuk mewujudkan semua rakyat sehat adalah menerapkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, yang berarti setiap upaya program harus mempunyai kontribusi positif terhadap terbentuknya lingkungan yang sehat dan perilaku sehat.2

Pembangunan kesehatan mengacu kepada konsep “Paradigma Sehat” yaitu pembangunan kesehatan yang memberikan prioritas utama pada upaya pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) dibandingkan upaya pelayanan penyembuhan/pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.3 Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, “Paradigma Sehat” lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif. Salah satu upaya tersebut dilaksanakan melalui program imunisasi.4

Pelayanan imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Melalui imunisasi penyakit cacar telah terbasmi dan Indonesia dinyatakanbebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Mulai tahun 1977 imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dalam rangka pencegahan penularan terhadap


(22)

Penyakit yang Dapat DicegahDengan Imunisasi (PD3I), yaitu Tuberculosis, Difteri, Pertusis, Polio, Campak, Tetanus dan Hepatitis B.3 Sebelum kegiatan imunisasi dipergunakan secara luas di dunia, banyak anak yang terinfeksi penyakit seperti penyakit Polio, Campak, Pertusis dan Difteri yang dapat berakibat kecacatan dan kematian. Keadaan tersebut akan diperberat bila disertai dengan gizi buruk dan menyebabkan peningkatan Case Fatality Rate (CFR) Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tersebut.5

Walaupun Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) sudah dapat ditekan, cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggidan merata. Kegagalan untuk menjaga tingkat perlindungan yang tinggi dan merata dapat menimbulkan letusan (KLB) Penyakit yang Dapat DicegahDengan Imunisasi (PD3I).3 Berdasarkan estimasi global yang dilakukan WHO tahun 2010 pelaksanaan imunisasi dapat mencegah 2-3 juta kematian bayi setiap tahun akibat penyakit Difteri, Tetanus, Pertusis (batuk rejan), Hepatitis B dan Campak. Namun, diperkirakan 19,3 juta bayi tidak diimunisasi lengkap pada tahun 2010.6

Indikator program imunisasi yang digunakan berpedoman pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1611/Menkes/SK/XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi yaitu tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan imunisasi dasar lengkap minimal 90% secara merata pada bayi di seluruh (100%) desa/kelurahan pada tahun 2014, jadi setiap desa harus mencapai UCI yaitu cakupan imunisasi dasar bayi lengkap minimal 90%.5 Menurut laporan rutin di Indonesia tahun 2008 pencapaian UCI desa/kelurahan 68,2% dan tahun 2009 mencapai 69,2%. Provinsi dengan capaian desa/kelurahan UCI tertinggi sekaligus


(23)

mencapai targetcakupan desa/kelurahan UCI tahun 2009 adalah DKI Jakarta (100%), Bali (99,58%),dan DI Yogyakarta (98,63%). Sementara 6 provinsi memiliki cakupan desa/kelurahan UCI <50%, yaitu Papua Barat (21,15%), Papua (23,14%), Aceh (37,97%), Sulawesi Tenggara (38,61%), Sulawesi Barat (42,11), dan Lampung (44,86%).2

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, di Indonesia cakupan imunisasi BCG 77,9%, imunisasi DPT-HB3 61,9%, imunisasi Polio 66,7%, dan imunisasi campak 74,4%, sedangkan cakupan imunisasi lengkap 53,8%.7 Berdasarkan profil Propinsi Sumatera Utara tahun 2010, pencapaian UCI di Provinsi Sumatera Utara yaitu 65,78% dari 5.769 desa/kelurahan, dan di Kota Gunungsitoli pencapaian UCI hanya 53,47% dari 101 desa/kelurahan.8

Hasil cakupan imunisasi dasar Kota Gunungsitoli tahun 2011 yaitu cakupan imunisasi Hepatitis B (HB 0) sekitar 68%, cakupan imunisasi BCG 98%, cakupan imunisasi DPT 3 - HB 3 80%, cakupan imunisasi Polio 4 82%, dan cakupan imunisasi campak 77%.9 Sedangkan hasil cakupan imunisasi dasar Kecamatan Gunungsitoli tahun 2011, diperoleh cakupan imunisasi Hepatitis B (HB 0) 67%, cakupan imunisasi BCG 90%, imunisasi DPT 3-HB 3 87%, imunisasi Polio 4 81%, dan imunisasi Campak 86%.10

Menurut hasil penelitian Reza Isfan (2006) di Puskesmas Pauh Kota Padang menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan, pengetahuan dan pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada anak.11 Menurut hasil penelitian Hendra Dhermawan (2010) di Kecamatan Beringin menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar dengan rasio


(24)

prevalens = 2,934 artinya bahwa pengetahuan ibu merupakan faktor risiko terhadap kelengkapan imunisasi dasar.12

Berdasarkan hasil cakupan imunisasi dasar desa Mudik tahun 2011, dimana 146 bayi menjadi sasaran diperoleh cakupan imunisasi HB 0 53%, cakupan imunisasi BCG 78,7%, imunisasi Polio 1 74,6%, imunisasi Polio 2 69,8%, imunisasi Polio 3 69,8% imunisasi Polio 4 56,1%, imunisasi DPT 1 dan Hepatitis B 1 74,6%, imunisasi DPT 2 dan Hepatitis B 2 71,9%, imunisasi DPT 3 dan Hepatitis B 3 67,8%, dan imunisasi Campak 65%.10 Dari data di atas dapat dilihat bahwa di desa Mudik belum mencapai target pencapaian program imunisasi, hal ini menunjukkan bahwa masih adanya batita yang tidak mendapat imunisasi dasar lengkap. Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada batita di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli tahun 2012.

1.2.Perumusan Masalah

Belum diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada batita di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli tahun 2012.


(25)

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada batita di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli tahun 2012. 1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui proporsi kelengkapan imunisasi dasar pada batita di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli tahun 2012.

b. Untuk mengetahui karakteristik batita meliputi umur dan jenis kelamin di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli tahun 2012.

c. Untuk mengetahui karakteristik orang tua batita meliputi umur ibu, pendidikan ibu, pendidikan ayah, pekerjaan ibu, pekerjaan ayah, jumlah anak, pengetahuan ibu, dan sikap ibu di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli tahun 2012.

d. Untuk mengetahui hubungan umur batita dengan kelengkapan imunisasi dasar pada batita di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli tahun 2012.

e. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin batita dengan kelengkapan imunisasi dasar pada batita di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli tahun 2012.

f. Untuk mengetahui hubungan umur ibu batita dengan kelengkapan imunisasi dasar pada batita di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli tahun 2012.

g. Untuk mengetahui hubungan pendidikan ibu batita dengan kelengkapan imunisasi dasar pada batita di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli tahun 2012.

h. Untuk mengetahui hubungan pendidikan ayah dengan kelengkapan imunisasi dasar pada batita di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli tahun 2012.


(26)

i. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ibu batita dengan kelengkapan imunisasi dasar pada batita di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli tahun 2012.

j. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ayah dengan kelengkapan imunisasi dasar pada batita di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli tahun 2012.

k. Untuk mengetahui hubungan jumlah anak dengan kelengkapan imunisasi dasar pada batita di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli tahun 2012.

l. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu batita dengan kelengkapan imunisasi dasar pada batita di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli tahun 2012. m. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu batita dengan kelengkapan imunisasi dasar

pada batita di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli tahun 2012.

n. Untuk mengetahui hubungan jarak tempat tinggal ke pelayanan kesehatan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada batita di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli tahun 2012.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Gunungsitoli dalam program imunisasi dasar.

b. Sebagai bahan referensi bagi perpustakaan FKM-USU Medan dan penelitian selanjutnya.

c. Sebagai sarana bagi penulis menambah wawasan tentang imunisasi dasar pada balita.


(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Imunisasi

Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten.Imunisasi adalah usaha untuk meningkatkan kekebalan tubuh seseorang terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin dalam tubuh bayi atau anak. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain, diperlukan imunisasi lainnya.13 Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya.14

Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT, dan Campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin Polio).15,16 Sedangkan imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan.3 Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.16,17


(28)

2.2. Manfaat Imunisasi3

2.2.1. Untuk anak : mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.

2.2.2. Untuk keluarga : menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.

2.2.3. Untuk negara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat, dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.

Imunisasi juga bermanfaat mencegah epidemi penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi pada generasi yang akan datang. Cakupan imunisasi yang rendah pada generasi sekarang dapat menyebabkan penyakit semakin meluas pada generasi yang akan datang dan bahkan dapat menyebabkan epidemi.18

2.3. Sistem Imun Pada Tubuh

Secara alamiah tubuh sudah memiliki pertahanan terhadap berbagai kuman yang masuk. Pertahanan tersebut meliputi pertahanan nonspesifik dan pertahanan spesifik.15

2.3.1. Sistem Imun Nonspesifik

Sistem imun nonspesifik merupakan mekanisme pertahanan alamiah yang dibawa sejak lahir (innate) dan dapat ditujukan untuk berbagai macam agen infeksi atau antigen.14,19 Sistem imun nonspesifik meliputi kulit, membran mukosa, sel-sel fagosit, komplemen, lisozim, interferon, dan berbagai faktor humoral lain. Sistem imun ini merupakan garis pertahanan pertama yang harus dihadapi oleh agen infeksi yang masuk ke dalam tubuh dan dapat memberikan respons langsung, oleh karena itu


(29)

sering disebut natural atau native immunity.14,20 Jika sistem imun nonspesifik tidak berhasil menghilangkan antigen, barulah sistem imun spesifik berperan.20

2.3.2. Sistem Imun Spesifik

Berbeda dengan sistem imun nonspesifik, sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya.14,19 Benda asing yang pertama kali muncul dalam badan segera dikenal oleh sistem imun spesifik sehingga terjadi sensitasi sel-sel sistem imun tersebut. Benda asing yang sama, bila terpajan ulang akan dikenal lebih cepat, kemudian dihancurkan. Oleh karena sistem tersebut hanya dapat menyingkirkan benda asing yang sudah dikenal sebelumnya, maka sistem ini disebut spesifik.19 Sistem pertahanan ini sangat efektif dalam memberantas infeksi serta mengingat agen infeksi tertentu sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit dikemudian hari. Dalam tubuh, pertahanan nonspesifik dan spesifik bekerja sama untuk melenyapkan infeksi.14

Sistem imun spesifik diperankan oleh sel T dan sel B. Pertahanan oleh sel T dikenal sebagai imunitas selular sedangkan pertahanan oleh sel B dikenal sebagai imunitas humoral. Imunitas selular berperan melawan antigen di dalam sel (intrasel), sedangkan humoral berperan melawan antigen di luar sel (ekstrasel).19,20 Pada sistem pertahanan humoral, sel B akan menghasilkan zat yang disebut immunoglobulin (Ig A, Ig M, Ig G, Ig E, Ig D) yang berfungsi untuk menyingkirkan mikroba ekstraseluler. Pada sistem pertahanan seluler, sel T akan mengaktifkan makrofag dalam fagositosis, mengenal dan menghancurkan sel yang terinfeksi virus dan membantu sel B dalam memproduksi antibodi.19 Dalam pertahanan spesifik selanjutnya akan menghasilkan satu sel yang disebut sel memori. Sel ini akan


(30)

berguna dan sangat cepat bereaksi apabila ada kuman yang sudah pernah masuk ke dalam tubuh. Kondisi inilah yang digunakan dalam prinsip imunisasi.16,19

2.4. Jenis-jenis Imunisasi16

Berdasarkan proses tersebut di atas, maka imunisasi dibagi menjadi dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.

2.4.1. Imunisasi Aktif

Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respons seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinnya, antara lain:

a. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli sakarida, toksoid, virus dilemahkan, atau bakteri dimatikan.

b. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan.

c. Preservatif, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk menghindari tumbuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen.

d. Adjuvan yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan imunogenitas antigen.

2.4.2. Imunisasi Pasif

Merupakan pemberian zat (immunoglobulin) yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.


(31)

2.5. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi 2.5.1. Hepatitis B

Hepatitis B adalah suatu peradangan pada hati yang terjadi karena agen penyebab infeksi, yaitu virus hepatitis B.13 Penularan secara parental terjadi melalui suntikan, tranfusi darah, operasi, tusuk jarum, rajah kulit (tattoo), dan hubungan seksual, serta melalui transmisi vertikal dari ibu ke anak. Masa inkubasinya sekitar 75 hari. Terdapat beberapa fase perkembangan penyakit ini, yaitu fase prodromal dimana terdapat keluhan yang tidak khas seperti mual, anoreksia, demam dan fase ikterik yaitu air seni berwarna seperti teh, kulit menguning.23 Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan Cirrhosis hepatis, kanker hati dan dapat menimbulkan kematian.13,22

Pada tahun 2009 di Amerika Serikat, 3.371 kasus infeksi HBV akut dilaporkan nasional, dan diperkirakan 38.000 kasus baru infeksi HBV terjadi setelah memperhitungkan tidak dilaporkan dan tidak didiagnosis. Dari 4.519 orang dilaporkan dengan infeksi HBV akut pada 2007, sekitar 40% dirawat di rumah sakit dan 1,5% meninggal. HBV dapat menyebabkan infeksi kronis, yang dapat menyebabkan sirosis hati, gagal hati, kanker hati, dan kematian.28

Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B, yaitu penyakit infeksi yang dapat merusak hati yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair.13 Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B adalah tiga kali. Waktu pemberiannya pada umur 0-11 bulan dan diberikan melalui intramuskular.15


(32)

2.5.2. Tuberkulosis

Adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penularannya melalui pernafasan, lewat percikan ludah waktu batuk, bersin atau bercakap-cakap dan melalui udara yang mengandung kuman TBC (karena meludah disembarang tempat), dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa dengan BTA positif.13 Gejala utama pada tersangka TBC adalah batuk berdahak lebih dari tiga minggu, batuk berdarah, sesak nafas, dan nyeri dada. Gejala lainnya adalah berkeringat pada malam hari, demam tidak tinggi/meriang, dan penurunan berat badan.23 Kelompok yang paling rawan terinfeksi bakteri TBC adalah anak usia kurang dari 1 tahun.13

Berdasarkan Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007 menyatakan jumlah penderita Tuberkulosis di Indonesia sekitar 528 ribu atau berada di posisi tiga di dunia setelah India dan Cina. Laporan WHO pada tahun 2009, mencatat peringkat Indonesia menurun ke posisi lima dengan jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu orang. Lima negara dengan jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan Indonesia.25

Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin) merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. TBC yang berat contohnya adalah TBC selaput otak, TBC Miller (pada seluruh lapangan paru), dan TBC tulang. Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan.15 Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kali dan waktu pemberian imunisasi BCG pada umur 0-11 bulan.


(33)

Cara pemberian imunisasi BCG ini dilakukan melalui intra dermal. Efek samping pada BCG dapat berupa terjadinya ulkus pada daerah suntikan dan dapat terjadi limfadenitis regional, serta reaksi panas.16

2.5.3. Poliomielitis

Adalah penyakit yang menyerang susunan saraf pusat dan dapat menyebabkan kelumpuhan yang disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan, yaitu virus polio tipe 1, 2, atau 3.23 Semua tipe dapat menyebabkan paralisis (lumpuh) atau yang lebih dikenal sebagai kasus AFP, tetapi yang paling paralytogenic adalah tipe1.23,27 Nama lain penyakit polio antara lain Acute Flaccid Paralysis (AFP), Poliomyelitis anterior akut, Paralisis infantile, atau Penyakit Heine-Medin.22 Masa inkubasi polio biasanya 7-14 hari dengan rentang 3-35 hari. Manusia merupakan satu-satunya reservoir dan merupakan sumber penularan. Penularannya melalui makanan atau alat-alat terkontaminasi feses penderita polio (fecal oral transmission).27

Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berumur 0-3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher dan sakit di tungkai dan lengan. Sedangkan AFP merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas kemudian berakibat pada kelumpuhan.2 Sejak tahun 2001 kasus polio tidak ditemukan di negara-negara di ASEAN. Namun, pada tahun 2004 virus polio liar kembali menyerang penduduk di kawasan ASEAN. Dilaporkan terdapat 1 kasus ditemukan di Laos. Pada tahun 2005 jumlah kasus polio mencapai puncaknya, sebanyak 350 penduduk dari 2 negara di ASEAN yaitu Kamboja dan Indonesia terserang penyakit polio, 349 di antaranya terjadi di Indonesia. Tahun 2006 penularan penyakit polio mulai dapat dikendalikan,


(34)

sehingga hanya ditemukan 4 penderita di kawasan ini, 2 penderita berasal dari Indonesia dan masing-masing 1 penderita berasal dari Kamboja dan Myanmar. Pada tahun 2007, di antara negara-negara anggota ASEAN, hanya Myanmar yang masih ditemukan kasus polio bahkan jumlahnya meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya ditemukan 1 kasus menjadi 15 kasus. Indonesia yang pada tahun 2005 terjadi kejadian luar biasa dengan ditemukannya 349 kasus polio mampu mengendalikan kejadian tersebut sehingga pada sejak 2007 tidak ditemukan lagi kasus polio.2

Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.13,15 Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi polio adalah empat kali. Waktu pemberian imunisasi polio adalah pada umur 0-11 bulan atau saat lahir (0 bulan), dan berikutnya pada usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan.13 Cara pemberian imunisasi polio melalui oral.13,15

2.5.4. Difteri

Difteri adalah salah satu penyakit infeksi akut yang sangat menular dan disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae dengan gejala panas ≥ 38°C disertai adanya pseudomembran (selaput tipis) putih keabu-abuan pada tenggorokan (laring, faring, tonsil) dan kadang-kadang pada kulit, konjungtiva, genitalia dan telinga yang tidak mudah lepas dan mudah berdarah. Dapat disertai nyeri menelan, leher membengkak seperti leher sapi (bullneck) dan sesak nafas disertai bunyi (stridor).19,22


(35)

Penyakit ini terdapat di seluruh dunia dan masih endemik di negara berkembang, akan tetapi jumlah penderita sangat menurun setelah vaksinasi yang ekstensif.13 Di Indonesia, jumlah kasus Difteri pada tahun 2009 sebanyak 189 kasus, dengan Incidence Rate (IR) per 10.000 penduduk menurut kelompok umur menunjukkan umur < 1 tahun memiliki IRsebesar 0,01; umur 1-4 tahun sebesar 0,02 ; dan umur 5-14 tahun sebesar 0,02 per 10.000penduduk.2

Penyakit ini terutama menyebar pada daerah padat penduduk dan mengenai individu yang tidak diimunisasi. Penularan melalui kontak langsung dengan karier atau penderita, bakteri masuk melalui hidung dan mulut dan akan menempel di mukosa saluran nafas bagian atas. Setelah masa inkubasi selama 2-4 hari, bakteri megeluarkan toksin yang menyebabkan nekrosis (kematian sel) pada jaringan sekitar. Jaringan yang terkena semakin luas dan dalam, kemudian mengeluarkan cairan fibrin berwarna abu-abu yang membentuk selaput (membran) melapisi jaringan. Selain itu juga terjadi pembengkakan jaringan di bawahnya sehingga dapat menyebabkan kesulitan bernafas bila edema ini terjadi di laring atau trakeobronkial. Toksin yang diproduksi bakteri akan menyebar melalui darah dan cairan limfe ke seluruh tubuh dan menimbulkan kerusakan terutama di jantung, sistem saraf dan ginjal yang dapat menyebabkan kematian.13,22

Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya, akan tetapi dapat merangsang pembentukan zat anti (toksoid). Frekuensi pemberian imunisasi DPT adalah tiga kali, dengan maksud pada


(36)

pemberian pertama zat anti yang terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan terhadap vaksin) dan mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti, pemberian kedua dan ketiga, terbentuk zat anti yang cukup. Waktu pemberian imunisasi DPT antara umur 2-11 bulan dengan interval 4 minggu. Imunisasi DPT diberikan melalui intramuskular. Pemberian imunisasi DPT ini dapat berefek samping ringan ataupun berat. Efek ringan dapat berupa pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan, dan demam. Sedangkan efek beratnya misalnya terjadi menangis hebat, kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati, dan syok.15

2.5.5. Pertusis

Adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan yang sangat menular, disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis. Disertai gejala batuk beruntun dan pada akhir batuk menarik nafas panjang terdengar suara “hup” (whoop) yang khas, biasanya disertai muntah.22,24 Arti kata pertusis adalah batuk yang intensif, sehingga penyakit ini sering disebut batuk rejan, whooping cough, tussin Quinta, violent cough, atau “batuk 100 hari” karna sifat batuknya yang lama dan khas.23

Pertusis ditularkan melalui udara secara droplet, bahan droplet, atau memegang benda-benda yang terkontaminasi dengan sekret nasofaring (jarang). Manusia merupakan satu-satunya pejamu organisme ini. Masa inkubasi penyakit ini 6-20 hari (rata-rata 7 hari).22,23 Pertusis sangat mudah menular pada populasi yang tidak imun, bahkan dikatakan bahwa penularannya 100%.13 Penyebaran penyakit ini terdapat di seluruh dunia dan dapat menyerang semua umur mulai umur 2 minggu sampai 77 tahun dan terbanyak pada penderita di bawah 1 tahun. Semakin muda usia, semakin berbahaya penyakitnya.


(37)

Pertusis lebih sering menyerang anak perempuan daripada anak laki-laki. Banyak peneliti mengemukakan bahwa bayi kulit hitam pada usia muda mempunyai insidensi yang lebih tinggi daripada bayi kulit putih, diduga perbedaan rasial ini dihubungkan dengan tingkat kekebalan. Komplikasi utama yang sering ditemukan adalah pneumonia, gangguan neurologis berupa kejang dan ensefalopati akibat hipoksia. Komplikasi ringan lainnya antara lain otitis media, anoreksia, dehidrasi, dan juga akibat tekanan intraabdominal yang meningkat saat batuk seperti epistaksis, hernia, perdarahan konjungtiva dan lainnya.22

2.5.6. Tetanus

Tetanus atau lockjaw merupakan penyakit akut yang menyerang susunan saraf pusat yang disebabkan oleh racun tetanospasmin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. Penyakit ini ditandai dengan kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran.22 Gejala awal yang muncul adalah kekakuan otot rahang untuk mengunyah, sehingga anak sukar membuka mulut untuk makan dan minum (trismus). Kekauan ini pada neonatus sering menyulitkan saat menyusui karena mulut bayi “mencucu” seperti mulut ikan. Gejala lain seperti sulit menelan, kekakuan otot wajah, kekakuan otot tubuh (punggung, leher, dan badan) sehingga tubuh dapat melengkung seperti busur, kekakuan otot perut dan kejang-kejang.23 Clostridium tetani dalam bentuk spora masuk ke tubuh melalui luka yang terkontaminasi dengan debu, tanah, tinja binatang atau pupuk. Cara masuknya spora ini melalui luka yang terkontaminasi antara lain: luka tusuk (oleh besi, kaleng, paku), luka bakar, luka lecet, otitis media, infeksi gigi, ulkus kulit yang kronis, abortus, dan pemotongan tali pusat (tetanus neonatorum).22


(38)

Masa inkubasi tetanus umumnya antara 3-21 hari, namun terdapat variasi masa inkubasi yang lebar, dapat singkat hanya 1-2 hari, dan kadang-kadang lebih dari 1 bulan.13,22 Derajat berat penyakit selain berdasarkan gejala klinis yang tampak juga dapat diramalkan dari lama masa inkubasi, makin pendek masa inkubasi makin jelek prognosisnya.22

Di negara yang telah maju seperti Amerika Serikat, tetanus sudah sangat jarang dijumpai, karena imunisasi aktif telah dilaksanakan dengan baik, di samping sanitasi lingkungan yang bersih. Sedangkan di negara sedang berkembang termasuk Indonesia, penyakit ini masih banyak dijumpai karena kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan, mudah terjadinya kontaminasi, perawatan luka yang kurang diperhatikan, dan kurangnya kekebalan terhadap tetanus. Penyakit ini dapat mengenai semua umur. Beberapa peneliti melaporkan angka kejadian lebih banyak dijumpai pada anak laki-laki dengan perbandingan 3:1, akibat perbedaan aktivitas fisiknya.22 Pada tahun 2009 dilaporkan terdapat 158 kasus dengan jumlah meninggal 76 orang dengan demikian CFR tetanus neonatorum di Indonesia pada tahun 2009 sebesar 48,1%.2

2.5.7. Campak

Penyakit campak ( disebut juga rubeola, measles, atau morbilli) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, dengan gejala awal demam, batuk, pilek, konjungtivitis (mata merah), yang kemudian diikuti dengan bercak kemerahan pada kulit (rash). Masa inkubasinya antara 10-12 hari.23,26

Penyakit ini disebabkan oleh virus campak, dari famili Paramyxovirus, genus Morbillivirus. Virus campak mudah menularkan penyakit. Virulensinya sangat tinggi


(39)

terutama pada anak yang rentan dengan kontak keluarga, sehingga hampir 90% anak rentan akan tertular. Campak ditularkan melalui droplet di udara oleh penderita sejak 1 hari sebelum timbulnya gejala klinis sampai 4 hari sesudah munculnya ruam.23,26 Campak biasanya menyerang anak-anak dengan derajat ringan sampai sedang.23

Wabah terjadi pada kelompok anak yang rentan, yaitu gizi buruk dan daya tahan yang menurun. Penyakit ini terutama menyerang golongan umur 5-9 tahun, tetapi di negara yang belum berkembang insiden tertinggi pada umur di bawah 2 tahun. Tidak ada perbedaan jenis kelamin terhadap insiden campak.22

Pada tahun 2009 dilaporkan terdapat 18.055 kasus campak dengan Incidence Rate sebesar 0,77 per 10.000 penduduk. Incidence Rate tertinggi pada tahun 2009 terdapat di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 3,52, diikuti oleh Sumatera Barat sebesar 2 per 10.000 penduduk, dan Kalimantan Selatan sebesar 1,98 per 10.000 penduduk.2

Imunisasi campak adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak, karena penyakit ini sangat menular. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan.13 Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah satu kali pada umur 9-11 bulan. Cara pemberian imunisasi campak ini melalui subkutan. Imunisasi ini memiliki efek samping seperti terjadinya ruam pada tempat suntikan dan demam. Campak hanya diderita sekali seumur hidup. Angka kejadian campak juga sangat tinggi dalam memengaruhi angka kesakitan dan kematian anak.15


(40)

2.6. Jadwal Pemberian Imunisasi

Umur yang tepat untuk mendapatkan imunisasi adalah sebelum bayi mendapat infeksi dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Berilah imunisasi sedini mungkin setelah bayi lahir dan usahakan melengkapi imunisasi sebelum bayi berumur 1 tahun.17 Khusus untuk campak dimulai segera setelah anak berumur 9 bulan, hal ini dikarenakan kemungkinan besar pembentukan zat kekebalan dalam tubuh anak dihambat oleh karena masih adanya zat kekebalan yang berasal dari darah ibu.13

Tabel 2.1. Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi21 Usia Jenis Imunisasi Yang Diberikan 0-7 hari Hepatitis B (HB-0)

1 bulan BCG, Polio1

2 bulan DPT/HB1, Polio2

3 bulan DPT/HB2, Polio3

4 bulan DPT/HB3, Polio4

9 bulan Campak

2.7. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah semua aktifitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.29 Perilaku kesehatan terbentuk di dalam diri seseorang dipengaruhi oleh faktor eksternal berupa faktor lingkungan, baik lingkungan fisik maupun non fisik, dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya, dan faktor internal berupa perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti, dan sebagainya.29


(41)

Perilaku kesehatan terdiri dari (1) perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance) berupa perilaku pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan, perilaku peningkatan kesehatan, serta perilaku gizi, (2) perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior), dan (3) perilaku kesehatan lingkungan, berupa perilaku hidup sehat, perilaku sakit (illness behavior), dan perilaku peran sakit (the sick role behavior).30

Menurut Green dalam Mubarak, dkk (2007), ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap perilaku kesehatan baik individu maupun masyarakat, yaitu:30

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan nilai-nilai.

b. Faktor-faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, dan jamban.

c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2.8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Imunisasi Dasar Lengkap

Salah satu faktor yang menentukan terjadinya masalah kesehatan masyarakat adalah ciri manusia atau karakteristik. Yang termasuk dalam unsur karakteristik manusia antara lain: umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, status sosial ekonomi, ras/etnik, dan agama.31 Ross et al dalam Hanum (2005) menyimpulkan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan cakupan imunisasi


(42)

dapat digolongkan menjadi tiga yaitu: (1) pengetahuan, sikap, dan perilaku orang tua mengenai kebutuhan kesehatan preventif untuk anak, (2) akses kesehatan yang buruk, (3) kelalaian pemberi pelayanan imunisasi yang menyebabkan missed oppurtinity. Jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan ibu, urutan anak, status perkawinan orang tua, dan perawatan prenatal telah ditemukan sebagai determinan yang berhubungan dengan status imunisasi anak.32

Demikian juga dengan hasil penelitian Burns dan Zimmerman (2005) dalam Prayogo (2009) yang menyebutkan bahwa kurangnya pengetahuan mengenai imunisasi, kondisi yang berhubungan dengan miskonsepsi imunisasi, terbatasnya akses ke pelayanan imunisasi, kondisi yang berhubungan dengan status, keluarga atau budaya, keterbatasan ekonomi dan kondisi yang berhubungan dengan perilaku petugas kesehatan akan mempengaruhi pelaksanaan imunisasi.33

2.8.1. Umur Ibu

Umur ibu merupakan faktor yang berhubungan dengan imunisasi anaknya. Umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat utama. Umur mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya risk serta sifat resistensi.34 Hasil penelitian Reza Isfan (2006) dengan desain penelitian case control yang membuat dua kategori umur ibu, yaitu <30 tahun dan ≥30 tahun, membuktikan bahwa ada hubungan antara umur ibu dengan status imunisasi dasar anaknya (p<0,05).11 Dimana umur ibu yang ≥30 tahun cenderung status imunisasi anaknya tidak lengkap dibandingkan dengan umur ibu yang <30 tahun.


(43)

2.8.2. Pendidikan Ibu

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, termasuk dalam hal pemberian imunisasi pada anaknya.34

Berdasarkan hasil penelitian Wati Lienda (2009) dengan desain cross sectional, didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan kelengkapan imunisasi (p<0,05), artinya ibu dengan pendidikan tinggi akan memberikan imunisasi kepada anaknya lebih lengkap dibandingkan ibu dengan pendidikan rendah.35

2.8.3. Pekerjaan Ibu

Menurut Isfan (2006) pekerjaan dapat memberikan kesempatan suatu individu untuk sering kontak dengan individu lainnya, bertukar informasi dan berbagi pengalaman. Pada ibu yang bekerja, akan memiliki pergaulan yang luas dan dapat saling bertukar informasi dengan teman sekerja, sehingga lebih terpapar dengan program-program kesehatan, khususnya imunisasi.12

Berdasarkan penelitian Ridho (2009) dengan desain cross sectional, didapatkan bahwa pekerjaan ibu berhubungan dengan status imunisasi dasar lengkap pada balita (p<0,05) artinya ibu bekerja memiliki kemungkinan anaknya diimunisasi lebih lengkap dibandingkan ibu tidak bekerja. 36


(44)

2.8.4. Jumlah Anak

Menurut Isfan (2006) kunjungan ke pos pelayanan imunisasi, terkait dengan ketersediaan waktu bagi ibu untuk mencari pelayanan imunisasi terhadap anaknya. Oleh karena itu jumlah anak juga dapat mempengaruhi ada tidaknya waktu bagi ibu meninggalkan rumah untuk mendapatkan pelayanan imunisasi kepada anaknya. Semakin banyak jumlah anak terutama ibu yang masih mempunyai bayi yang merupakan anak ketiga atau lebih akan membutuhkan banyak waktu untuk mengurus anak-anaknya tersebut, sehingga semakin sedikit ketersediaan waktu bagi ibu untuk mendatangi tempat pelayanan imunisasi.12

Berdasarkan penelitian Prayogo (2009) dengan desain cross sectional terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah anak dengan kelengkapan imunisasi dasar (p<0,05) yang berarti semakin banyak jumlah anak dalam keluarga akan menyebabkan imunisasi dasar anak tidak lengkap.33

2.8.5. Pendidikan Suami

Berdasarkan hasil penelitian Darmen dalam Wati Lienda (2009) dengan desain cross sectional, pendidikan suami memiliki hubungan yang bermakna dengan status kelengkapan imunisasi yaitu p=0,003. Sehingga suami dengan tingkat pendidikan yang telah tinggi akan memberikan imunisasi kepada anaknya lebih lengkap. Karena secara tidak langsung suami turut menentukan pengambilan keputusan dalam keluarga, termasuk dalam pemilihan pelayanan kesehatan.35

2.8.6. Pengetahuan Ibu30,37

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain


(45)

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis (analysa)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau subjek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.


(46)

e. Sintesis (syntesa)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

Berdasarkan penelitian Ridho (2009) dengan desain cross sectional, didapatkan bahwa pengetahuan ibu berhubungan dengan status imunisasi dasar lengkap pada balita (p<0,065).36

2.8.7. Sikap Ibu37,38

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap mempunyai tiga komponen pokok, seperti yang dikemukakan Allport dalam Notoatmodjo (2007), yaitu:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.


(47)

Sikap terdiri dari beberapa tingkatan sikap, yaitu :

a. Menerima (receiving) artinya bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.

b. Merespon (responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing) yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga (kecenderungan untuk bertindak).

d. Bertanggung jawab (responsible) yaitu yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian Reza Isfan (2006) dengan desain case control, memperoleh nilai p=0,029 dan OR=1,65 yang artinya bahwa ibu yang mempunyai sikap tidak baik terhadap imunisasi memiliki risiko 1,65 kali lebih besar status imunisasi dasar anaknya untuk tidak lengkap bila dibandingkan dengan ibu yang mempunyai sikap yang baik terhadap imunisasi, dan hubungannya bermakna secara statistik.12

2.8.8. Pekerjaan Suami

Menurut Isfan (2006), pekerjaan dapat memberikan kesempatan suatu individu akan sering kontak dengan individu lainnya, bertukar informasi dan berbagi pengalaman. Pada suami yang bekerja pada sektor formal, memiliki pergaulan yang luas, pendidikan yang lebih baik, sering bertukar pengalaman dan berbagi informasi dengan teman sekerja, sehingga lebih terpapar dengan program-program kesehatan,


(48)

khususnya imunisasi. Suami akan menyampaikan secara langsung informasi imunisasi yang didapat kepada istri. Secara tidak langsung suami juga berperan dalam menentukan (pengambilan keputusan) tentang anak dalam keluarga, antara lain dalam menjaga kesehatan keluarganya, termasuk imunisasi.

Berdasarkan hasil penelitian Isfan (2006) dengan desain case control, diketahui bahwa terdapat hubungan antara pekerjaan suami dengan status imunisasi dasar pada anak dengan p=0,033. Nilai OR yang diperoleh sebesar 3,21, yang berarti bahwa suami yang bekerja pada sektor nonformal mempunyai risiko 3,21 kali lebih besar status imunisasi dasar anaknya untuk tidak lengkap bila dibandingkan dengan suami yang bekerja pada sektor formal.12

2.8.9. Jarak Tempat Tinggal ke Pelayanan Kesehatan

Menurut Sukmana dalam Ridho (2009) faktor pemungkin lainnya adalah persepsi ibu terhadap jarak. Makin jauh jarak suatu pelayanan kesehatan dasar, makin segan seseorang untuk datang. Seorang ibu yang mempersepsikan jarak rumah ke tempat pelayanan kesehatan dekat akan mempunyai keinginan untuk pergi melakukan imunisasi, dan sebaliknya.36 Berdasarkan penelitian Prayogo (2009) dengan desain penelitian cross sectional, terdapat kecenderungan orang tua yang mempunyai rumah dengan jarak tempat pelayanan imunisasi lebih dekat memiliki anak dengan imunisasi lengkap.33

2.9. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi, yang di duga ada hubungannya dengan pemberian imunisasi.3 Penyebab kejadian ikutan pasca


(49)

imunisasi dapat disebabkan oleh induksi vaksin, kesalahan program/teknik pelaksanaan imunisasi, faktor kebetulan (koinsiden), dan penyebab tidak dketahui.39 a. Kesalahan program/teknik pelaksanaan (programmatic errors)

Sebagian besar kasus KIPI berhubungan dengan masalah program dan teknik pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan program penyimpanan, pengelolaan, dan tata laksana pemberian vaksin.

b. Reaksi suntikan

Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik langsung maupun tidak langsung dan harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi suntikan langsung misalnya nyeri sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat suntikan, sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut, pusing, mual.

c. Induksi vaksin (reaksi vaksin)

Gejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya sudah dapat diprediksi terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin dan secara klinis biasanya ringan. Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat seperti reaksi anafilaktik sistemik dengan risiko kematian.

d. Faktor kebetulan (koinsiden)

Kejadian yang timbul ini terjadi secara kebetulan saja setelah imunisasi. Indikator faktor kebetulan ditandai dengan ditemukannya kejadian yang sama di saat bersamaan pada kelompok populasi setempat dengan karakteristik serupa tetapi tidak mendapat imunisasi.


(50)

e. Penyebab tidak diketahui

Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan ke dalam salah satu penyebab maka untuk sementara dimasukkan ke dalam kelompok ini sambil menunggu informasi lebih lanjut.

Gejala klinis KIPI dapat timbul secara cepat maupun lambat dan dapat dibagi menjadi gejala lokal, sistemik, reaksi susunan saraf pusat, serta reaksi lainnya. Pada umumnya makin cepat terjadi KIPI makin berat gejalanya.39


(51)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

KARAKTERISTIK BATITA 1. Umur

2. Jenis Kelamin

KARAKTERISTIK ORANG TUA 1. Umur Ibu

2. Pendidikan Ibu 3. Pendidikan Ayah 4. Pekerjaan Ibu 5. Pekerjaan Ayah 6. Jumlah Anak 7. Pengetahuan Ibu 8. Sikap Ibu

Jarak Tempat Tinggal Ke Pelayanan Kesehatan

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kelengkapan Imunisasi Dasar


(52)

3.2. Defenisi Operasional

3.2.1. Kelengkapan imunisasi dasar adalah kelengkapan imunisasi dasar yang diberikan kepada bayi sebelum berusia satu tahun yang diperoleh berdasarkan Kartu Menuju Sehat (KMS) batita dan dengan wawancara kepada ibu batita, yang dikategorikan menjadi :21

1. Belum pernah mendapat imunisasi dasar sama sekali.

2. Tidak lengkap, apabila batita hanya mendapatkan beberapa jenis imunisasi saja.

3. Lengkap, apabila telah mendapat imunisasi HB-0 1 kali, BCG 1 kali, Polio 4 kali, DPT-HB 3 kali, dan Campak 1 kali.

3.2.2. Umur batita adalah anak yang berumur 12 bulan – 35 bulan yang berdomisili di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli.

3.2.3. Jenis kelamin adalah jenis kelamin batita yang merupakan objek penelitian, dikategorikan atas :

1. Laki-laki 2. Perempuan

3.2.4. Responden adalah ibu yang mempunyai batita yang berumur 12 - 35 bulan yang berdomisili di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli.

3.2.5. Umur ibu adalah umur ibu batita berdasarkan ulang tahun terakhir pada saat dilakukan penelitian ini.

3.2.6. Pendidikan ibu adalah pendidikan formal terakhir yang diselesaikan oleh ibu batita pada saat penelitian berlangsung.

1. Belum sekolah/Tidak tamat SD 2. Tamat SD

3. Tamat SLTP 4. Tamat SLTA


(53)

Pendidikan ibu diukur dengan menggunakan skala ordinal yang dibedakan

atas:

1. Pendidikan rendah (belum sekolah/tidak tamat SD/tamat SD/SLTP) 2. Pendidikan tinggi (SLTA/Akademik/PT)

3.2.7. Pendidikan ayah adalah pendidikan formal terakhir yang diselesaikan oleh ayah batita pada saat penelitian berlangsung.

1. Belum sekolah/Tidak tamat SD 2. Tamat SD

3. Tamat SLTP 4. Tamat SLTA

5. Akademik/Perguruan Tinggi

Pendidikan ayah diukur dengan menggunakan skala ordinal yang dibedakan

atas:

1. Pendidikan rendah (belum sekolah/tidak tamat SD/tamat SD/SLTP) 2. Pendidikan tinggi (SLTA/Akademik/PT)

3.2.8. Pekerjaan ibu adalah aktivitas utama yang dilakukan sehari-hari oleh ibu batita pada saat dilakukan penelitian.

1. IRT (ibu rumah tangga) 2. Petani

3. Wiraswasta 4. Pegawai Negeri 5. Pegawai Swasta

Pekerjaan ibu dikategorikan menjadi: 1. Tidak bekerja : IRT

2. Bekerja : petani, wiraswasta, pegawai negeri, pegawai swasta 3.2.9. Pekerjaan ayah adalah aktivitas utama yang dilakukan sehari-hari oleh ayah


(54)

1. Lainnya (Buruh/Tukang Becak) 2. Wiraswasta

3. Pegawai Negeri 4. Pegawai Swasta

Pekerjaan ayah dikategorikan menjadi:

1. Bekerja non formal : buruh/tukang becak, wiraswasta 2. Bekerja formal : pegawai negeri, pegawai swasta

3.2.10. Jumlah anak yang hidup adalah jumlah anak yang dilahirkan ibu, masih hidup dan tinggal serumah dengan ibu saat wawancara dilakukan, dikategorikan menjadi :11

1. > 2 orang

2. ≤ 2 orang

3.2.11. Pengetahuan ibu adalah pengetahuan ibu tentang imunisasi berdasarkan kuesioner. Untuk mengukur pengetahuan responden, maka skala pengukuran yang digunakan adalah sistem skoring dan pembobotan. Jumlah pertanyaan sebanyak 8 pertanyaan yang akan dijawab oleh responden dengan memberikan skor jawaban sebagai berikut :40

1. Benar diberi skor 2 2. Salah diberi skor 1 3. Tidak tahu diberi skor 0

Selanjutnya ditetapkan nilai maksimum = 16 dan nilai minimum = 0 jika seluruh pertanyaan dijawab tidak tahu. Berdasarkan skoring tersebut maka pengetahuan responden dibedakan atas :

1. Baik, jika responden mendapatkan nilai ≥ 75% dari nilai skor tertinggi, dengan nilai > 12

2. Sedang, jika responden mendapatkan nilai 40 - 75% dari nilai skor tertinggi, dengan nilai 6 - 12

3. Kurang, jika responden mendapatkan nilai < 40% dari nilai skor tertinggi, dengan nilai < 6.


(55)

3.2.12. Sikap ibu adalah anggapan atau pandangan ibu terhadap kelengkapan pemberian imunisasi dasar pada anaknya. Untuk mengukur sikap responden, maka skala pengukuran yang digunakan adalah skoring dan pembobotan. Jumlah pertanyaan sebanyak 7 pertanyaan yang akan dijawab oleh responden dengan memberikan skor jawaban sebagai berikut :40

1. Sangat setuju diberi skor 2 2. Setuju diberi skor 1

3. Tidak setuju diberi skor 0

Selanjutnya ditetapkan nilai maksimum = 14 dan nilai minimum = 0 jika seluruh pertanyaan dijawab tidak setuju. Berdasarkan skoring maka sikap responden dibedakan atas :

1. Baik, jika responden mendapatkan nilai ≥ 75% dari nilai skor tertinggi, dengan nilai > 10

2. Sedang, jika responden mendapatkan nilai 40 - 75% dari nilai skor tertinggi, dengan nilai 5 - 10

3. Kurang, jika responden mendapatkan nilai < 40% dari nilai skor tertinggi, dengan nilai < 5.

3.2.13. Jarak tempat tinggal ke pelayanan kesehatan adalah pengakuan responden tentang jarak tempat tinggalnya ke pelayanan kesehatan terdekat.

1. < 10 menit 2. 10 - 20 menit 3. > 20 menit


(56)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan desain penelitian cross sectional.41,42

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan cakupan imunisasi dasar di Desa Mudik tahun 2011 masih rendah dan lokasi ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai kelengkapan imunisasi dasar pada batita tahun 2012.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 sampai dengan Juli 2012.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh batita yang berusia 12 - 35 bulan yang berada di Desa Mudik.

4.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian batita yang berusia 12 - 35 bulan yang berada di Desa Mudik.


(57)

a. Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan rumus perhitungan sampel minimal di bawah ini :43

� =

N�21−�

2 �

(1− �) Nd2 +�2

1−�2�(1− �)

Keterangan:

n = besar sampel N = besar populasi

Z1−α/2 = nilai sebaran normal baku yang besarnya tergantung α (α = 0,05)

P = perkiraan proporsi kejadian (0,5)

d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1) Maka besar sampel adalah :

� = 269(1,96)

2 x 0,5 x 0,5

269(0,1)2+ (1,96)2 x 0,5 x 0,5

� = 70,8 ≈71

Jadi besar sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 71. Untuk memperhitungkan adanya kesalahan dan sebagainya maka pengambilan sampel diperbesar sebanyak 10% sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 71+7,1 = 78,1.

b. Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling.42 Oleh karena keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga peneliti serta untuk memenuhi besar sampel minimal maka dipilih Dusun I dengan pertimbangan dusun


(58)

tersebut memiliki jumlah populasi batita terbesar. Setiap rumah hanya bisa diwakili oleh 1 batita.

4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer

Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner. Data yang dikumpulkan meliputi umur batita, jenis kelamin batita, umur ibu, pendidikan ibu, pendidikan ayah, pekerjaan ibu, pekerjaan ayah, jumlah anak, pengetahuan ibu, dan sikap ibu, jarak tempat tinggal ke pelayanan kesehatan terdekat.

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari :

1. Puskesmas Gunungsitoli tentang laporan hasil cakupan imunisasi.

2. Data demografi dan geografi lokasi penelitian diperoleh dari kantor Desa Mudik. 4.5. Teknik Analisis Data

Data yang sudah terkumpul di olah secara manual dan dilanjutkan dengan bantuan komputer dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solution). Setelah itu, data disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi, pie diagram dan bar diagram.

4.5.1. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti.


(59)

4.5.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan dari masing-masing variabel independen yang meliputi karakteristik batita (umur, jenis kelamin), karakteristik orang tua (umur ibu, pendidikan ibu, pendidikan ayah, pekerjaan ibu, pekerjaan ayah, jumlah anak, pengetahuan ibu, sikap ibu), dan jarak tempat tinggal ke pelayanan kesehatan terdekat dengan variabel dependen (kelengkapan imunisasi dasar batita). Teknik analisis yang digunakan adalah uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% (p < 0,05).

Selanjutnya dihitung Ratio Prevalence (RP), yaitu perbandingan antara proporsi subjek dengan faktor risiko dengan proporsi subjek tanpa faktor risiko. Variabel independen yang dihitung Ratio Prevalence (RP) antara lain: umur batita, jenis kelamin batita, umur ibu, pendidikan ibu, pendidikan ayah, pekerjaan ibu, pekerjaan ayah, jumlah anak, dan jarak tempat tinggal ke pelayanan kesehatan.

Pengukuran Ratio Prevalens dilakukan dengan menggunakan rumus44 RP = A/(A+B) : C/(C+D)

Keterangan :

A/(A+B) = proporsi (prevalens) subyek yang mempunyai faktor risiko yang mengalami ketidaklengkapan imunisasi

C/(C+D) = proporsi (prevalens) subyek tanpa faktor risiko yang mengalami ketidaklengkapan imunisasi


(60)

BAB 5

HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.1.1. Geografis

Desa Mudik terletak di Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli dengan luas wilayah ± 3 km persegi. Desa Mudik ini mempunyai 3 dusun yang berbatasan dengan :

-Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lasara Bahili -Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Ilir -Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Nou -Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Lasara Daso 5.1.2. Demografi

Jumlah penduduk di Desa Mudik 5.841 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 2.887 jiwa (49,43%) dan perempuan sebanyak 2.954 jiwa (50,57%) dengan jumlah KK 921.

Tabel 5.1. Distibusi Frekuensi Penduduk Menurut Golongan Umur di Desa Mudik Tahun 2011

No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) %

1 0 – 5 730 12,5

2 6 – 19 832 14,2

3 20 – 29 1280 21,9

4 30 – 39 2249 38,5

5 40 – 49 459 7,9

6 ≥ 50 291 5,0

Jumlah 5.841 100,0

Sumber : Kantor Desa Mudik

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa 38,5% penduduk berada pada kelompok umur 30-39 tahun dan umur 50 tahun ke atas 5,0%.


(61)

5.1.3. Sarana Kesehatan

Desa Mudik memiliki beberapa sarana kesehatan. Jumlah sarana kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.2. Distribusi Sarana Kesehatan di Desa Mudik Tahun 2011

No. Sarana Kesehatan Jumlah

1 Posyandu 2

2 Poliklinik 1

3 Praktik Dokter 2

Jumlah 5

Sumber : Kantor Desa Mudik

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sarana kesehatan di Desa Mudik terdiri dari posyandu (2 unit), poliklinik (1 unit), dan praktik dokter (2 unit).

5.2. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan proporsi dari variabel-variabel independen yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka variabel yang dianalisis secara univariat adalah sebagai berikut :


(1)

7.1.8. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ayah dengan kelengkapan imunisasi dasar pada batita di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli tahun 2012 (p=0,072).

7.1.9. Ada hubungan yang bermakna antara jumlah anak yang hidup dengan kelengkapan imunisasi dasar pada batita di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli tahun 2012 (p=0,004).

7.1.10. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada batita di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli tahun 2012 (p=0,0001).

7.1.11. Tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada batita di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli tahun 2012 (p=0,250).

7.1.12. Tidak ada hubungan yang bermakna antara jarak tempat tinggal ke pelayanan kesehatan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada batita di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli tahun 2012 (p=0,325).


(2)

7.2. SARAN

7.2.1. Perlu adanya peningkatan penyuluhan imunisasi dasar yang lebih intensif bagi ibu-ibu untuk meningkatkan pengetahuan ibu dalam melengkapi imunisasi dasar bayinya.

7.2.2. Posyandu sebagai sarana terdepan dalam pelayanan imunisasi pada masyarakat, perlu ditingkatkan kemampuan kerjanya untuk meningkatkan cakupan imunisasi dasar lengkap.

7.2.3. Melihat tingginya proporsi imunisasi dasar tidak lengkap pada ibu yang memiliki jumlah anak lebih dari 2 orang maka perlu ditingkatkan kegiatan Keluarga Berencana (KB).


(3)

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI., 2005. Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi di Indonesia. Jakarta.

2. Kemenkes RI., 2010. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009. Jakarta. 3. Kemenkes RI., 2004. Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta.

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 5. Depkes RI., 2010. Gerakan Akselarasi Imunisasi Nasional Universal Child

Immunization 2010-2014. Jakarta. Diakses pada tanggal 30 November 2011.

6. WHO, Global Immunization CoverageDiakses pada tanggal 22 Maret 2012.

7. Kemenkes RI., 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Badan-Litbangkes. Jakarta. 8. Dinkes Sumatera Utara, 2011. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara

2010. Medan.

9.

10. Hasil Cakupan Imunisasi Puskesmas Gunungsitoli Tahun 2011.

11. Isfan, Reza, 2006. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Imunisasi Dasar Pada Anak di Puskesmas Pauh Kota Padang. Tesis FKM UI, Depok.

12. Dhermawan, Hendra, 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Anak Balita di Desa Aras Kabu Kecamatan Beringin. Skripsi USU, Medan.

13. Maryunani, Anik, 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Trans Info Media, Jakarta.

14. Wahab, Samik dan Madarina Julia, 2002. Sistem Imun, Imunisasi dan Penyakit Imun. Widya Medika, Jakarta.

15. Hidayat, Aziz Alimul, 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Salemba Medika, Jakarta.


(4)

16. Hidayat, Aziz A.A., 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Salemba Medika, Jakarta.

17. WHO, 2007. Immunization Surveillance, Assessment and Monitoring. www.who.int. Diakses pada tanggal 30 November 2011.

18. Centers of Disease Control and Prevention Depertment of Health and Human Services. Parents’ Guide to Childhood Immunization. http://www.cdc.gov//. Diakses pada tanggal 4 Desember 2011.

19. Aru, dkk., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta.

20. Rantam, Fedik A., 2003. Metode Imunologi. Airlangga University Press, Surabaya.

21. Kemenkes RI., 2005. Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta.

22. Rampengan, T.H., 2006. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Edisi II. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

23. Widoyono, 2005. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya. Penerbit Erlangga, Semarang.

24. Meadow, R. dan Newell, S., 2005. Lecture Notes : Pediatrika. Edisi VII. Penerbit Erlangga, Jakarta.

25. Menkes RI., 2010. TB di Indonesia Peringkat 5 Dunia. Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia. Jakarta.

26. Soedarto, 2004. Virologi Kedokteran. Airlangga University Press, Surabaya. 27. Muchlastriningsih, Enny, 2005. Penyakit-penyakit Menular yang Dapat

Dicegah dengan Imunisasi di Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran No. 148. Hal. 5-11

28. Frieden, et al., 2011. Immunization of Health-Care Personnel. Diakses pada tanggal 10 Februari 2012.

29. Notoatmodjo, Soekidjo, 2005. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

30. Mubarak, Wahit Iqbal., dkk., 2007. Promosi Kesehatan. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.


(5)

31. Azwar, Azrul, 1999. Pengantar Epidemiologi. Binarupa Aksara, Jakarta.

32. Hanum, Syarifah, dkk., 2005. Determinan Cakupan Imunisasi di Propinsi D.I. Yogyakarta. Berkala Ilmu Kedokteran Vol 37, No 3. Halaman 150-157.

33. Prayogo, A., Adelia, A., 2009. Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Anak Usia 1-5 Tahun. Sari Pediatri Vol. 11, No. 1 Juni 2009.

34. Soetjiningsih, 2010. Tumbuh Kembang Anak. Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.

35. Wati, Lienda, 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Pada Anak Usia 12-23 Bulan di Jawa Barat dan Jawa Tengah Tahun 2007. Skripsi FKM UI, Jakarta.

36. Ladifre, Ridho, 2009. Hubungan Karakteristik Ibu, Jarak ke Pelayanan Kesehatan dan Pengeluaran Keluarga Dengan Status Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita di Kabupaten Tangerang Tahun 2006. Skripsi FKM UI, Jakarta.

37. Notoatmodjo, Soekidjo, 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

38. Maulana, Heri D.J., 2009. Promosi Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

39. Akib, Arwin P., Purwanti, Asri, 2008. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi: Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Edisi Ketiga. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.

40. Arikunto, 2000. Manajemen Penelitian. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

41. Murti, Bhisma, 1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

42. Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

43. Isgiyanto, Awal, 2009. Teknik Pengambilan Sampel Pada Penelitian Non-Eksperimental. Mitra Cendikia Press, Yogyakarta.

44. Sastroasmoro, S., 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Binarupa Aksara, Jakarta.


(6)

45. Bangun, Cipta, 2002. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Imunisasi Anak Balita di Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang Tahun 2002. Skripsi USU, Medan.

46. Albhertina, Malthida, 2009. Kelengkapan Imunisasi Dasar Anak Balita Dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan di Poloklinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Tahun 2008. Skripsi FK UI, Jakarta.


Dokumen yang terkait

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA KUMPULREJO KECAMATAN ARGOMULYO KOTA SALATIGA

9 45 116

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA TRUKO KECAMATAN KANGKUNG KABUPATEN KENDAL TAHUN 2013.

0 3 15

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BALITA DI DESA BALEGONDO Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Balita Di Desa Balegondo Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan.

2 4 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BALITA DI DESA BALEGONDO Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Balita Di Desa Balegondo Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan.

0 1 20

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Batita di Desa Hutaimbaru Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

0 0 18

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Batita di Desa Hutaimbaru Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

0 0 2

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Batita di Desa Hutaimbaru Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

0 0 6

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Batita di Desa Hutaimbaru Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

1 2 32

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Batita di Desa Hutaimbaru Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

0 0 5

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Batita di Desa Hutaimbaru Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

0 0 27