batitanya. Dan juga dapat dilihat, dimana alasan ketidaklengkapan imunisasi dasar tertinggi yang dinyatakan 68 responden adalah sibuktidak sempat 30,9. Perhatian
ibu yang memiliki jumlah anak ≤2 orang lebih besar daripada ibu yang memiliki
jumlah anak 2 orang, apalagi bila anak yang dimiliki adalah anak satu-satunya. Ibu lebih memberi perhatian yang besar kepada kesehatan anaknya termasuk dalam hal
pemberian imunisasi dasar. Hal ini sejalan dengan penelitian Prayogo 2009 di Kelurahan Jati Jakarta
Timur dengan desain penelitian cross sectional menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah anak dengan kelengkapan imunisasi dasar
anak p0,05.
33
6.3.9. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Batita
Gambar 6.11. Diagram Bar Proporsi Kelengkapan Imunisasi Dasar Berdasarkan Pengetahuan Ibu Pada Batita di Desa Mudik
Kecamatan Gunungsitoli Tahun 2012 100,0
79.7
25.7 0,0
20.3 74.3
20 40
60 80
100 120
Kurang Sedang
Baik
Pr op
or si
Pengetahuan Ibu
Tidak Lengkap Lengkap
Universitas Sumatera Utara
Dari gambar 6.10 di atas dapat dilihat bahwa proporsi imunisasi dasar yang tidak lengkap tertinggi pada ibu yang berpengetahuan kurang yaitu 100,0. Hasil
analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi
dasar pada batita di Desa Mudik Kecamatan Gunungsitoli tahun 2012 dengan p=0,0001 p0,05. Berdasarkan hasil penelitian, responden yang memiliki
pengetahuan baik tentang imunisasi dasar cenderung batitanya memiliki status imunisasi dasar yang lengkap, yaitu dari 35 responden yang berpengetahuan baik, 26
74,3 diantaranya memiliki status imunisasi dasar batita yang lengkap. Adanya hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar lengkap
dengan status imunisasi dasar batita karena ibu-ibu yang memiliki batita di Desa Mudik telah mengetahui manfaat imunisasi. Hal ini dapat dilihat dari 106 responden,
78 diantaranya 73,6 menjawab manfaat imunisasi untuk mencegah anak agar tidak sakit. Namun pengetahuan terhadap waktu pemberian imunisasi dasar lengkap
dasar masih rendah. Demikian juga dengan pengetahuan ibu terhadap jumlah pemberian setiap imunisasi dasar masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari responden
yang tidak tahu jumlah pemberian imunisasi HB-0 yaitu 40,6, imunisasi BCG 46,2, imunisasi Polio 42,5, imunisasi DPT-HB 33,0, dan imunisasi campak
34,0. Pengetahuan yang dimiliki ibu akan dijadikan sebagai landasan atau dasar dari
tindakan yang akan dilaksanakan. Ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik dan meyakini kebenarannya akan terus berusaha mewujudkan dalam praktek nyata. Hal
ini sejalan dengan pendapat Soekidjo Notoatmodjo bahwa pengetahuan merupakan
Universitas Sumatera Utara
hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku
tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berkangsung lama.
37
Hal ini sejalan dengan penelitian Hendra Dhermawan 2010 di Desa Aras Kabu Kecamatan Beringin dengan desain penelitian cross sectional yang
menyimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar p0,05.
12
6.3.10. Hubungan Sikap Ibu dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Batita