dapat digolongkan menjadi tiga yaitu: 1 pengetahuan, sikap, dan perilaku orang tua mengenai kebutuhan kesehatan preventif untuk anak, 2 akses kesehatan yang buruk,
3 kelalaian pemberi pelayanan imunisasi yang menyebabkan missed oppurtinity. Jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan ibu, urutan anak, status perkawinan
orang tua, dan perawatan prenatal telah ditemukan sebagai determinan yang berhubungan dengan status imunisasi anak.
32
Demikian juga dengan hasil penelitian Burns dan Zimmerman 2005 dalam Prayogo 2009 yang menyebutkan bahwa kurangnya pengetahuan mengenai
imunisasi, kondisi yang berhubungan dengan miskonsepsi imunisasi, terbatasnya akses ke pelayanan imunisasi, kondisi yang berhubungan dengan status, keluarga atau
budaya, keterbatasan ekonomi dan kondisi yang berhubungan dengan perilaku petugas kesehatan akan mempengaruhi pelaksanaan imunisasi.
33
2.8.1. Umur Ibu
Umur ibu merupakan faktor yang berhubungan dengan imunisasi anaknya. Umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat utama.
Umur mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya risk serta sifat resistensi.
34
Hasil penelitian Reza Isfan 2006 dengan desain penelitian case control yang membuat dua kategori umur ibu, yaitu 30 tahun dan
≥30 tahun, membuktikan bahwa ada hubungan antara umur ibu dengan status imunisasi dasar anaknya
p0,05.
11
Dimana umur ibu yang ≥30 tahun cenderung status imunisasi anaknya
tidak lengkap dibandingkan dengan umur ibu yang 30 tahun.
Universitas Sumatera Utara
2.8.2. Pendidikan Ibu
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat
menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, termasuk dalam hal pemberian
imunisasi pada anaknya.
34
Berdasarkan hasil penelitian Wati Lienda 2009 dengan desain cross sectional, didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu
dengan kelengkapan imunisasi p0,05, artinya ibu dengan pendidikan tinggi akan memberikan imunisasi kepada anaknya lebih lengkap dibandingkan ibu dengan
pendidikan rendah.
35
2.8.3. Pekerjaan Ibu
Menurut Isfan 2006 pekerjaan dapat memberikan kesempatan suatu individu untuk sering kontak dengan individu lainnya, bertukar informasi dan berbagi
pengalaman. Pada ibu yang bekerja, akan memiliki pergaulan yang luas dan dapat saling bertukar informasi dengan teman sekerja, sehingga lebih terpapar dengan
program-program kesehatan, khususnya imunisasi.
12
Berdasarkan penelitian Ridho 2009 dengan desain cross sectional, didapatkan bahwa pekerjaan ibu berhubungan dengan status imunisasi dasar lengkap
pada balita p0,05 artinya ibu bekerja memiliki kemungkinan anaknya diimunisasi lebih lengkap dibandingkan ibu tidak bekerja.
36
Universitas Sumatera Utara
2.8.4. Jumlah Anak