Status Usaha Luas Lahan Status Pengusahaan Lahan

63 adalah Perguruan Tinggi sebanyak 2 orang atau sebesar 9,09 persen. Sedangkan pada pendidikan non formal, petani padi organik dan anorganik mengikuti berbagai jenis kegiatan untuk menambah wawasan mereka dalam mengembangkan usahatani seperti sekolah lapang dan pelatihan usahatani yang diselenggarakan oleh penyuluh pertanian. Secara rinci penggolongan responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Penggolongan Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Petani Padi Organik Petani Padi Anorganik Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1. SD 17 77,27 18 81,81 2. SMP 3 13,63 3 13,63 3. SMA 1 4,54 4. Perguruan Tinggi 2 9,09 Total 22 100 22 100 Sumber : Data Primer, 2011

5.4.3 Status Usaha

Status usaha bertani pada petani padi organik dan padi anorganik dibedakan menjadi pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan. Sebagian besar kegiatan bertani merupakan pekerjaan utama bagi petani padi organik maupun petani padi anorganik yaitu masing-masing sebanyak 21 orang atau sebesar 95.45 persen. Sedangkan petani padi organik dan anorganik yang memiliki pekerjaan selain bertani masing-masing sebanyak satu orang atau sebesar 4.54 persen yaitu sebagai buruh pengolah sawah kuli kebo dan wiraswasta. Secara rinci status usaha petani padi organik dan anorganik dijelaskan pada Tabel 16. 64 Tabel 16. Status Usaha Petani Padi Organik dan Anorganik No Status Usaha Organik Anorganik Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1. Utama 21 95.45 21 95.45 2. Sampingan 1 4.54 1 4.54 Total 22 100 22 100 Sumber : Data Primer, 2011

5.4.4 Luas Lahan

Luas lahan padi rata-rata yang diusahakan petani padi organik adalah seluas 0.80 ha, sedangkan luas lahan padi rata-rata yang diusahakan oleh petani padi anorganik adalah seluas 0.69 ha. Sebagian besar luas lahan yang diusahakan oleh responden petani seluas 0,5 ha sampai satu hektar. Secara rinci penggolongan responden petani padi organik dan anorganik berdasarkan luas lahan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Penggolongan Petani Padi Organik dan Anorganik Berdasarkan Luas Lahan No Luas Lahan ha Petani Padi Organik Petani Padi Anorganik Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1. 0,5 4 18,18 7 31,81 2. 0,5 – 1 15 68,18 14 63,63 3. 1 3 13,63 1 4,54 Total 22 100 22 100 Sumber : Data Primer, 2011

5.4.5 Status Pengusahaan Lahan

Status pengusahaan lahan petani padi organik dan anorganik dibedakan menjadi dua yaitu pemilik dan penggarap bagi hasil. Petani pemilik merupakan petani yang mengerjakan lahan miliknya sendiri, sedangkan petani penggarap merupakan petani yang menggarap lahan milik orang lain. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani penggarap ditanggung sendiri oleh para petani dan pembagian hasil dilakukan sesuai dengan kesepakatan awal antara penggarap dan pemilik tanah. Sebagian besar bagi hasil yang dibayarkan oleh petani penggarap 65 ke pemilik tanah sebesar 60 : 40, dimana 60 persen dari hasil untuk petani penggarap dan 40 persen dari hasil untuk pemilik tanah. Adapun jumlah petani padi organik dan anorganik yang memiliki status penggarap masing-masing sebanyak 20 orang atau sebesar 90,90 persen, sedangkan jumlah petani padi organik dan anorganik yang memiliki status sebagai petani pemilik tanah masing-masing sebanyak dua orang atau sebesar 9,09 persen. Penggolongan petani padi organik dan anorganik berdasarkan status pengusahan lahan dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Penggolongan Petani Padi Organik dan Anorganik Berdasarkan Status Pengusahaan Lahan No Status Pengusahaan Lahan Petani Padi Organik Petani Padi Anorganik Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1. Penggarap 20 90,90 20 90,90 2. Milik Sendiri 2 9,09 2 9,09 Total 22 100 22 100 Sumber : Data Primer, 2011

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1

Analisis Perbandingan Struktur Biaya Usahatani Padi Organik dan Anorganik Biaya yang dikeluarkan petani padi organik dan anorganik terdiri dari biaya tunai dan biaya tidak tunai. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan secara tunai untuk keperluan usahatani. Biaya tunai terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap meliputi biaya pengairan ulu-ulu, sewa traktor, sewa kerbau dan pajak tanah untuk petani pemilik, sedangkan biaya variabel meliputi biaya benih, pupuk, pestisida, bagi hasil untuk petani penggarap dan tenaga kerja luar keluarga. Biaya tidak tunai adalah biaya yang diperhitungkan dalam kegiatan usahatani. Biaya tidak tunai tetap meliputi biaya penyusutan alat pertanian, dan biaya tenaga kerja dalam keluarga. Dalam satu musim tanam, biaya total yang dikeluarkan usahatani padi organik lebih besar dibandingkan biaya total yang dikeluarkan usahatani padi anorganik. Komponen biaya terbesar yang dikeluarkan usahatani padi organik dan anorganik adalah biaya bagi hasil dengan persentase masing-masing sebesar 46,29 persen dari biaya total usahatani padi organik dan 41,36 persen dari biaya total usahatani padi anorganik. Biaya terbesar lainnya yang dikeluarkan usahatani padi organik dan anorganik adalah biaya tenaga kerja luar keluarga untuk kegiatan penanaman sampai pemanenan dengan persentase masing-masing sebesar 25,82 persen dari total biaya usahatani padi organik dan 22,79 persen dari total biaya usahatani padi anorganik. Persentase biaya tunai usahatani padi organik sebesar 95,75 persen dari total total biaya, sedangkan persentase biaya tidak tunai hanya 4,25 persen dari total biaya. Persentase biaya tunai usahatani padi anorganik