Perbedaan Usahatani Padi Organik dan Padi Anorganik

20

2.4 Perbedaan Usahatani Padi Organik dan Padi Anorganik

Menurut Andoko 2002, terdapat beberapa perbedaan yang harus diperhatikan dalam menanam padi organik yaitu, penyiapan lahan, pemberian pupuk, dan pengendalian organisme penganggu. Pada tahap persiapan lahan, sebaiknya tanah dan air yang digunakan untuk pertanian organik harus terbebas dari pestisida dan kandungan berbahaya kimia lainnya. Pada tahap ini, petani melakukan pengolahan lahan sawah dengan cara membajak menggunakan traktor dan kerbau. Setelah itu, pemberian pupuk kandang pada usahatani padi organik dapat dilakukan dengan cara ditebarkan merata keseluruh permukaan lahan. Pada usahatani padi organik, pupuk yang digunakan seluruhnya berupa pupuk organik seperti pupuk kandang dan bokashi sebanyak 2 tonha. Sedangkan pada usahatani padi anorganik, pupuk yang digunakan adalah pupuk kimia seperti urea, TSP, dan KCl. Pada pertanian padi anorganik, dosis pemupukan dengan pupuk kimia semakin meningkat dari tahun ke tahun, sedangkan pada pertanian padi organik, dosis pemupukan cenderung semakin menurun. Perbedaan lain antara usahatani padi organik dan usahatani padi anorganik terletak pada pengendalian organisme penganggu dan pembersihan gulma. Pada usahatani padi organik, pengendalian organisme penganggu dan pembersihan gulma tidak menggunakan bahan-bahan kimia. pengendalian organisme penganggu pada usahatani padi organik dilakukan dengan menggunakan pestisida alami, sedangkan pembersihan gulma dilakukan dengan cara mencabut gulma secara manual oleh tenaga kerja. Selain itu, perbedaan usahatani padi organik dan padi anorganik juga dapat dilihat dari segi biaya yang dikeluarkan. Secara ekonomis, usahatani padi organik 21 lebih menguntungkan dibanding usahatani padi anorganik. Hal ini terjadi karena biaya yang dikeluarkan pada usahatani padi organik lebih kecil dari pada usahatani padi anorganik. Secara rinci perbandingan biaya operasional usahatani padi secara organik dan anorganik dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Struktur Biaya Operasional Usahatani Padi Organik dan Anorganik Uraian Budidaya Rpha Organik Anorganik Benih 30 kg 150.000 5,09 150.000 3,53 Pupuk dasar : • Pupuk kandang kompos 5 ton 750.000 25,46 0 0,00 Pupuk susulan : • Urea 500 kg 0,00 600.000 14,12 • KCl 250 kg 0,00 432.500 10,18 • TSP 250 kg 0,00 500.000 11,77 • Pupuk kandang kompos 200 kg 150.000 5,09 0 0,00 • Pupuk organik cair 50.000 1,69 0 0,00 Pestisida : • Pestisida organik 50.000 1,69 0 0,00 • Pestisida kimia 0,00 750.000 17,65 Tenaga kerja : • Pengolahan lahan borongan 250.000 8,48 250.000 5,88 • Penanaman borongan 250.000 8,48 250.000 5,88 • Penyulaman 5 HKP 50.000 1,69 50.000 1,17 Pengolahan tanah ringan 10 HKP 100.000 3,39 100.000 2,35 • Penyiangan 25 HKP 250.000 8,48 250.000 5,88 • Pemupukan 20.000 0,68 40.000 0,94 • Penyemprotan 10 HKP 100.000 3,39 100.000 2,35 • Pemanenan borongan 775.000 26,31 775.000 18,24 Jumlah 2.945.000 100,00 4.247.500 100,00 Sumber : Andoko, 2002 Andoko 2002 menunjukkan bahwa biaya usahatani padi organik lebih rendah dibandingkan biaya usahatani padi anorganik. Proporsi biaya tertinggi pada usahatani padi organik adalah biaya pemanenan dengan persentase sebesar 26,31 persen, sedangkan proporsi biaya tertinggi pada usahatani padi anorganik adalah biaya pembelian pupuk urea, KCl dan TSP dengan persentase sebesar 36,16 persen. 22

2.5 Kebijakan Pemerintah terkait Pertanian Organik