harga jual sebesar Rp 2.000kg. Secara rinci perbandingan produktivitas usahatani padi organik dan anorganik dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Perbandingan Produktivitas Usahatani Padi Organik dan Anorganik
No Uraian Usahatani
Padi Organik Usahatani
Padi Anorganik 1. Gabah kering panen GKP kg
4.531,82 3.732,27
2. Luas lahan rata-rata ha 0,80
0,69 Produktivitas
kgha 5.664,77
5.409,09 Sumber : Data primer, 2011
Dilihat dari status pengusahaan lahan, produktivitas usahatani padi organik petani penggarap dan pemilik lebih besar dibandingkan usahatani padi anorganik.
Produktivitas usahatani padi organik petani penggarap dan pemilik masing- masing adalah 5.631 kgha dan 6.000 kgha, sedangkan produktivitas usahatani
padi anorganik petani penggarap dan pemilik masing-masing adalah 5.400 kgha dan 5.500 kgha. Kegiatan pemanenan dan perontokan padi dapat dilihat pada
Gambar 4.
Gambar 4. Pemanenan dan Perontokan Padi
5.3 Permasalahan Usahatani Padi
Dalam kegiatan usahatani padi organik dan padi anorganik, para petani sering dihadapi oleh masalah - masalah yang apabila tidak ditangani dengan cepat
maka akan berdampak pada menurunya jumlah produksi. Masalah-masalah tersebut terdiri dari biaya produksi seperti pupuk yang semakin mahal dan
serangan hama penyakit yang mengganggu tanaman padi. Berdasarkan hasil
59
60 wawancara dengan para petani padi organik, masalah yang sering dihadapi oleh
mereka adalah hama penyakit seperti hama wereng, penggerek batang, dan burung. Hama wereng dianggap sebagai hama penting karena hama tersebut dapat
mengisap cairan pada pangkal batang bulir padi yang masih lunak. Tanaman yang terserang menjadi layu, menguning, dan mati. Sedangkan hama penggerek batang
dapat menyerang tanaman padi yang masih muda maupun yang sudah berbunga dengan cara masuk ke antara pelepah batang padi dan menggerek jaringan
tanaman. Serangan hama penggerek batang dapat menyebabkan malai padi menjadi kering dan mudah dicabut. Selain hama wereng dan penggerek batang,
hama yang sering menyerang tanaman padi dan menjengkelkan petani adalah burung. Hama burung menyerang tanaman padi yang sudah menguning dengan
cara memakan biji padi yang sudah berisi baik masih muda maupun siap panen.
Pengendalian organisme penganggu sangat penting dilakukan oleh petani untuk menjaga agar output yang dihasilkan tidak mengalami penurunan yang
drastis. Oleh karena itu, untuk mengatasi serangan hama wereng dan penggerek batang adalah dengan cara menyemprotkan pestisida alami yang dibuat sendiri
oleh petani ke tanaman yang terserang hama. Sedangkan untuk mengendalikan hama burung, satu-satunya cara yang digunakan oleh petani adalah dengan orang-
orangan sawah dan bunyi-bunyian dari kaleng kosong yang dihubungkan dengan tali. Masalah lain yang dihadapi oleh petani padi organik di Kelurahan Sindang
Barang dan Situ Gede adalah sertifikasi atau pelabelan produk organik. Sampai saat ini petani padi organik di kelurahan tersebut belum memiliki sertifikasi
organik. Hal ini disebabkan karena biaya untuk mendapatkan sertifikasi organik
61 sangat mahal, sehingga pemasaran beras organik di Kelurahan Sindang Barang
dan Situ Gede hanya berdasarkan kepercayaan antara konsumen dan produsen. Pada usahatani padi anorganik di Kelurahan Sindang Barang dan Situ
Gede, masalah serangan hama yang dihadapi oleh petani sama seperti usahatani padi organik yaitu hama wereng, penggerek batang, dan burung. Namun selain
hama tersebut, hama yang cukup meresahkan para petani anorganik di Kelurahan Sindang Barang adalah hama keong. Hal ini terjadi karena hama keong sulit
diberantas dan sampai saat ini belum ada pestisida kimia yang ampuh dalam mengatasi hama tersebut. Hama keong menyerang tanaman padi dengan cara
memakan bagian bawah tanaman padi. Berdasarkan hasil wawancara dengan para petani, apabila hama keong tidak cepat diatasi maka dalam satu malam hama
keong mampu menyerang tanaman padi seluas kurang lebih 1 m
2
. Oleh karena itu, satu-satunya cara yang dilakukan oleh petani untuk mengatasi serangan hama
keong adalah dengan mengambil atau membuang keong dari sawah. Permasalahan lain yang dihadapi oleh petani padi anorganik adalah
tingginya biaya produksi yang digunakan untuk membeli pupuk maupun pestisida kimia. Mahalnya harga pestisida dan pupuk kimia saperti pupuk urea, TSP, ZA,
dan KCl membuat petani sulit untuk membelinya. Selain itu, dosis pemupukan dengan pupuk kimia yang semakin meningkat setiap tahunnya menyebabkan
biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk membeli pupuk akan meningkat juga.
5.4 Karakterisrik Responden