sebesar satu per lima dari hasil panen. Kegiatan penanaman padi dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Penanaman Padi
5.2.4 Perawatan Tanaman
Kegiatan perawatan tanaman pada penelitian ini meliputi penyiangan, pemupukan, dan pengendalian organisme pengganggu. Secara rinci penjelasan
kegiatan perawatan tanaman dapat dilihat dibawah ini.
5.2.4.1 Penyiangan
Kegiatan penyiangan bertujuan untuk membersihkan tanaman liar dari tanaman padi. Jenis tanaman liar atau gulma pada tanaman padi umumnya berupa
eceng dan rerumputan seperti jajagoan, sunduk gangsir, dan rumput teki. Pada usahatani padi organik, gulma dapat diatasi dengan penggunaan herbisida kimia.
Namun, dalam pertanian organik gulma dapat diatasi dengan penyiangan yaitu dengan cara mencabut gulma. Umumnya dalam satu musim tanam, penyiangan
dilakukan sebanyak tiga kali yaitu saat tanaman berumur empat minggu, 35 hari, dan 55 hari Andoko, 2002. Namun pada Kelurahan Sindang Barang dan Situ
Gede, penyiangan gulma tidak tentu dilakukannya karena kegiatan ini disesuaikan dengan pertumbuhan gulma dilahan.
54
55
5.2.4.2 Pemupukan
Pada budidaya padi secara organik seluruh pupuk yang digunakan sepenuhnya berupa pupuk organik. Pupuk tersebut dapat berbentuk padat yang
diaplikasikan lewat akar maupun cair yang diaplikasikan lewat daun. Sedangkan pada budidaya padi anorganik, pupuk yang digunakan adalah pupuk kimia seperti
Urea, TSP, dan KCl yang banyak dijual di toko – toko pertanian. Pupuk organik padat yang digunakan berupa pupuk bokashi atau pupuk
kandang seperti kotoran kambing dan sapi sebanyak 1,9 tonha dengan harga sebesar Rp 700kg. Sedangkan pupuk organik cair yang digunakan berupa
campuran dari dedak, air kelapa, keong mas yang sudah dihancurkan, gula merah, kotoran hewan dan air beras sebanyak 25 literha. Pupuk kandang padat
disebarkan secara merata ke seluruh permukaan tanah, sedangkan pupuk cair diberikan dengan cara menyemprotkan pupuk tersebut pada daun tanaman. Dosis
pemupukan dengan pupuk kimia umumnya semakin meningkat setiap tahunnya. Lain dengan penggunaan pupuk organik yang dosisnya justru cenderung semakin
menurun. Kecenderungan menurunnya penggunaan pupuk kandang disebabkan oleh sifat dari pupuk organik itu sendiri yang menguntungkan bagi tanah seperti
meningkatkan kesuburan tanah dan membentuk struktur tanah yang semakin bagus. Cara pemberian pupuk padat pada usahatani padi anorganik dilakukan
sebanyak dua kali, sedangkan pada usahatani padi organik dilakukan sebanyak tiga kali. Pemberian pupuk kimia diberikan pada saat padi berumur 14 dan 35 hari
setelah tanam HST, sedangkan pemberian pupuk kandang padat dan pupuk cair alami masing-masing diberikan pada saat pengolahan tanah, 20 HST, 30 HST dan
pada saat tanaman berumur 25 - 60 hari. Secara rinci perbandingan kegiatan
56 pemupukan usahatani padi organik dan usahatani padi anorganik dapat dilihat
pada Tabel 11.
Tabel 11. Perbandingan Kegiatan Pemupukan Usahatani Padi Organik dan Anorganik
No Uraian
Usahatani Padi Organik Usahatani Padi
Anorganik 1.
Pupuk padat Kandang
Urea, TSP, KCl 2.
Pupuk cair Campuran dedak, air
kelapa,keong mas, gula merah, dan kotoran hewan
- 3.
4. Waktu pemberian pupuk
padat Waktu pemberian pupuk
cair Pengolahan tanah, 20 HST
dan 30 HST Umur 25 – 60 hari
14 HST, 35 HST -
5. 6.
Jumlah tenaga kerja luar keluarga TKLK
Jumlah tenaga kerja dalam keluarga TKDK
27 HOKha 5,41 HOKha
21 HOKha 6,23 HOKha
Sumber : Data primer, 2011 Dosis penggunaan pupuk kimia yang dianjurkan oleh pemerintah untuk
urea sebesar 200 kgha, sedangkan untuk pupuk TSP dan KCl diberikan dengan dosis yang sama yaitu 100 kgha. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani
padi anorganik, penggunaan pupuk urea ternyata melebihi dosis yang telah dianjurkan oleh pemerintah yaitu sebesar 348 kgha, sedangkan penggunaan
pupuk TSP dan KCl masih dibawah dosis yang dianjurkan oleh pemerintah yaitu masing-masing sebesar 98 kgha dan 53 kgha. Harga pupuk urea sebesar Rp
3.000kg dan harga pupuk TSP dan KCl masing-masing sebesar Rp 3.500kg. Penggunaan rata-rata pupuk kimia pada usahatani padi anorganik dapat dilihat
pada Tabel 12.
57
Tabel 12. Penggunaan Rata-Rata Pupuk Kimia pada Usahatani Padi Anorganik di Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede
No Jenis Pupuk
Penggunaan Kgha
Anjuran Pemerintah Kgha
Selisih Kgha
1. Urea 348
200 148
2. TSP 98
100 -2
3. KCl 53
100 -47
Sumber : Data primer, 2011 Tabel 12 menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kimia urea oleh petani
padi anorganik melebihi dosis yang telah dianjurkan oleh pemerintah. Kelebihan pupuk dari penggunaan pupuk urea adalah sebesar 148 kgha. Sedangkan dosis
penggunaan pupuk TSP dan KCl oleh petani padi anorganik masih dibawah dosis yang dianjurkan pemerintah. Kekurangan pupuk dari penggunaan pupuk TSP dan
KCl masing-masing sebesar 2 kgha dan 47 kgha. Dosis penggunaan pupuk TSP dan KCl yang masih dibawah anjuran pemerintah disebabkan karena harga pupuk
tersebut sangat mahal yaitu Rp 3.500kg. 5.2.4.3
Pengendalian Organisme Pengganggu
Sama halnya dengan pemupukan, pengendalian organisme penganggu pada padi organik dan anorganik juga berbeda. Pada budidaya padi secara
anorganik, pengendalian organisme penganggu dilakukan dengan menggunakan pestisida kimia seperti Decis dan Asodrin yang dijual di toko pertanian,
sedangkan pada budidaya padi organik menggunakan pestisida alami. Sekarang ini sudah banyak toko-toko pertanian yang menjual pestisida
alami seperti pestisida bioekstrim. Namun untuk menghemat biaya produksi, banyak petani yang memilih membuat sendiri pestisida alami. Pestisida alami
dibuat dengan cara menumbuk halus bahan-bahan seperti bawang putih, daun sirsak, daun sembung, dan telor. Setelah ditumbuk, bahan tersebut disaring
dengan kain lalu disemprotkan ke tanaman yang terserang hama. Dosis pestisida
58 alami yang digunakan petani sebanyak 5 literha. Biasanya jenis hama yang sering
menyerang tanaman padi organik adalah hama wereng dan penggerek batang. Hama-hama tersebut tergolong hama penting yang harus dibasmi karena
serangannya dapat menurunkan produksi padi dan merugikan petani.
5.2.5 Pemanenan dan Pasca Panen