b. Peranan para ahli Pengembagan kurikulum bukan saja didasarkan atas perubahan
tuntutan kehidupan dalam masyarakat, tetapi juga perlu dilandasi oleh perkembangan konsep-konsep dalam ilmu.
39
Oleh karena itu, pengembangan kurikulum membutuhkan bantuan pemikiran para
ahli, baik ahli pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang studidisiplin ilmu.
c. Peranan guru Guru memgang peranan yang cukup penting baik dalam
perencanaan, pelaksanaan kurikulum. Dia adalah perencana, pelaksana, dan pengembang kurikulum bagi kelasnya.
40
d. Peranan orang tua murid Orang tua juga mempunyai peranan dalam pengembangan kurikulum.
Peranan mereka dapat berkenaan dengan dua hal: pertama dalam penyususnan kurikulum dan kedua dalam pelaksanaan kurikulum.
41
Dalam penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat ikut serta, lain halnya dalam pelaksanaan kurikulum, orang tua
memiliki peranan yang cukup besar dalam melakukan kerjasama dengan guru atau sekolah, karena sebaagian kegiatan belajar yang
dituntut kurikulum dilaksanakan di rumah.
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum
Dalam melakukan pengembangan kurikulum sekolah tentunya mendapatkan pengaruh dari kekuatan-kekuatan yang ada di sekitarnya
diantara adalah, perguruan tinggi, masyarakat, dan sistem nilai.
42
a. Perguruan Tinggi Kurikulum minimalnya mendapat dua pengaruh dari Perguruan
Tinggi. Pertama, dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan di perguruan tinggi umum. Kedua, dari
39
Ibid., h.156
40
Ibid., h.157
41
Ibid., h.158
42
Ibid.
pengembang ilmu pendidikan dan keguruan serta penyiapan guru-guru di Perguruan Tinggi Keguruan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan.
43
b. Masyarakat Sekolah merupakan bagian dari masyarakat dan mempersiapakan
anak untuk kehidupan di masyarakat. Sebagai bagian dan agen dari masyarakat di mana sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan
masyarakat di mana sekolah tersebut berada.
44
Sehingga masyarakat disini
cukup memberikan pengaruh terhadap pengembangan kurikulum.
c. Sistem nilai Dalam kehidupan masyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai
moral, keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis.
45
Sekolah sebagai lembaga masyarakat memiliki tanggung jawab dalam
memelihara dan meneruskan nilai-nilai tersebut. Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan itu haruslah dapat terintegrasi dalam
kurikulum.
7. Hambatan-hambatan Pengembangan Kurikulum
Hambatan selalu muncul dalam segala aspek, ketika melakukan pengembangan kurikulum pun tentunya akan ditemui hambatan dalam
proses pengembangannya dan diantara hambatan yang muncul dari pelaksana kurikulum yaitu guru,
46
juga hambatan yang berasal dari masyarakat dan masalah biaya.
47
Hambatan yang terletak pada guru ialah guru kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal.
Pertama kurangnya waktu. Kedua kekurangsesuaian pendapat, baik antar sesama guru maupun dengan kepala sekolah dan administrator. Ketiga
43
Ibid.
44
Ibid., h 159
45
Ibid.
46
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006,h..5
47
Sukmadinata. op. cit., h.160-161
karena pengetahuan dan kemampuan guru sendiri. Selanjunya hambatan datang dari masyarakat berhubungan dengan dukungan dari masyarakat
baik dalam hal pembiayaan maupun dalam memberikan umpan balik terhadap sistem pendidikan ataupun terhadap kurikulum yang sedang
berjalan. Masyarakat adalah sumber input dari sekolah. Keberhasilan pendidikan, ketepatan kurikulum yang digunakan membutuhkan bantuan,
serta input fakta dan pemikiran dari masyarakat. Sedangkan hambatan lain yang dihadapi oleh pengembang kurikulum adalah masalah biaya.
Untuk pengembangan kurikulum, apalagi yang berbentuk kegiatan eksperiman baik metode, isi, atau sistem secara keseluruhan
membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
8. Model-Model Pengembangan Kurikulum
Robert S. Zais dalam bukunya Curriculum Principles and foundation yang dikutip oleh nana Syaodih mengemukakan delapan
model pengembangan kurikulum, yaitu, The Administrative Line-Staf Model Model Administratif, The Grass-Roots Model Model grass-
roots, The Demonstration Model Model demontrasi, Bauchamp’s Model Model Bauchamp, Taba’s Inverted Model Model Taba, Rogers
Interpersonal Relation Model Model Regers, The Systimatic Action- Research Model Model penelitian tindakan sistematik, Emerging
Technical Model Model berdasarkan teknik yang sedang berkembang.
48
Model–model pengembangan kurikulum merupakan bagian integral dalam studi pengembangan kurikulum, bahkan sering dianggap
sebagai bagian yang lebih penting dibandingkan dengan dimensi lain, karena hasil akhir dari proses pengembangan kurikulum adalah
kurikulum yang siap dan layak pakai. Model-model yang umum digunakan dalam pengembangan kurikulum adalah:
a. The Administrative Line Staff Model
Model ini dikembangkan oleh Smith, Stanley, and Shores pada tahun 1957. Model ini dikembangkan dengan sistem dari atas ke
48
Ibid., h.161
bawah, dimana gagasan pengembangan kurikulum datang dari para pejabat atau administrasi pendidikan seperti: Mendiknas, Kanwil,
Dirjen, dan seterusnya dan dengan menggunakan prosedur-prosedur administrasi yang bersifat sentralistik, kemudian dibuatlah keputusan
tentang kebutuhan suatu program pengembangan kurikulum.
49
Dan model ini sangatlah cocok apabila diterapkan bagi negara-negara
yang menganut sistem sentralistik. b.
The Grass-Roots Model Model grass roots akar rumput ini sama halnya dengan
model Administrative line staff dikembangkan pula oleh Smith, Stanley, and Shores, namun model ini berbeda dengan rekayasa
model administratif. Model grass roots diawali oleh para guru, pembina sekolah dengan mengabaikan metode pembuatan keputusan
kelompok secara demokratis dan dimulai dari bagian-bagian yang lemah kemudian diarahkan untuk memperbaiki kurikulum tertentu
secara spesifik atau bagian-baguan tertentu.
50
sehingga model grass root ini merupakan lawan dari model yang pertama yakni upaya
pengembangan kurikulum bukan datang dari atas tapi dari bawah. c.
Model Demontrasi Model
demontrasi pada
awalnya dirancang
untuk memperkenalkan inovasi kurikulum dalam skala kecil, yaitu hanya
mencakup suatu atau beberapa sekolah saja,
51
tapi selanjutnya kurikulum ni mendapatkan sanggahan dari kalangan perguruan
tinggi dan masyarakat hal itu dikarenakan adanya upaya untuk menerapkannya dalam program yang luas.
d. Beauchamp’s System
Model rekayasa kurikulum yang lain adalah model Beauchamp, sesuai dengan nama dari penciptanya, seorang ahli
49
Rusman. op. cit. h.79
50
Ibid., h.80
51
Ibid., h.81