standar kelulusan diturunkan dari kebutuhan riil anak didik dan kehidupan sosial masyarakat sekarang dan nanti. Dengan kata lain,
pada KBK dan KTSP kompetensi diturunkan dari matapelajaran, sedangkan pada Kurikulum 2013 matapelajaran diturunkan dari
kompetensi yang ingin dicapai.
11
Selain itu, KBK dan KTSP lebih memberikan penekanan pada mata
pelajaran subject matter, padahal yang dituju adalah penguasaan kompetensi. Hal tersebut terlihat dari pemisahan
matapelajaran untuk membentuk kompetensi berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan tertentu.
12
Di sisi lain, Kurikulum 2013 sekarang lebih diarahkan supaya semua matapelajaran dapat secara
integratif dan tematik menunjang kompetensi pengetahuan, sikap, dan keterampilan bersama-sama. Jadi tidak ada lagi mata pelajaran yang
saling terpisah-pisah satu sama lain, melainkan banyak mata pelajaran yang ditujukan untuk menunjang beberapa kompetensi secara
integratif.
b. Standar Kompetensi Lulusan
Secara umum standar kompetensi lulusan yang dirumuskan dalam Kurikulum 2013 diambil dari analisis kebutuhan anak didik dan
keadaan sosial atau realitas sosial. Standar kompetensi lulusan Kurikulum 2013 dibagi menjadi tiga kategori kemampuan atau
kompetensi, yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Baik pada jenjang Sekolah Dasar SD, Sekolah Menengah Pertama SMP,
maupun Sekolah Menengah Atas SMA dan Sekolah Menengah Kejurusan SMK.
13
11
Ibid.
12
Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara, 2009,Cet.V,h.18-21
13
Kemendikbud. op. cit., h.10.
c. Penguatan IsiMateri Pembelajaran
Berdasarkan pada analisis yang sudah dibuat oleh Tim
Pengembang Kurikulum 2013, maka penguatan materi atau isi Kurikulum 2013 antara lain adalah dengan:
1 mengevaluasi ruang lingkup materi yang diberikan, berupa meniadakan materi yang tidak esensial dan atau tidak relevan bagi
siswa, mempertahankan materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa, dan menambah materi yang dianggap penting dalam
perbandingan internasional; 2 mengevaluasi kedalaman atau tingkat kesulitan materi sesuai dengan tuntutan perbandingan
internasional; dan 3 menyusun kompetensi dasar yang sesuai dengan materi yang dibutuhkan.
14
d. Penguatan Proses Pembelajaran
Pertimbangan utama pada penguatan proses pembelajaran didasarkan pada analisis kompetensi yang dibutuhkan di abad ke-21.
Intinya adalah: kehidupan di abad ke-21 adalah dunia yang selalu berubah tiap menit dan detik, perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi TIK sudah begitu pesatnya dan mengisi semua sendi- sendi kehidupan manusia, realitas globalisasi ekonomi, budaya, dan
lainnya yang diperantarai oleh media. Oleh karena itu, dalam kehidupan sosial dan dunia kerja diperlukan kompetensi individu
yang: 1 fleksibel dan adaptif terhadap perubahan; 2 memiliki inisiatif dan mandiri; 3 memiliki keterampilan sosial dan budaya; 4
produktif dan akuntabel; 5 memilik jiwa kepemimpinan dan bertanggungjawab; 6 memiliki kemampuan belajar sepanjang hayat
dan inovasi; dan 7 melek media, teknologi, dan informasi. Oleh karena itulah terjadi perubahan proses pembelajaran yang cukup
signifikan. Bila dalam KBK dan KTSP pengetahuan mengenai TIK itu diajarkan sebagai mata pelajaran, maka dalam Kurikulum 2013 TIK
menjadi bagian melekat dari setiap proses pembelajaran.
15
Hal tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran di kelas dan sekolah tidak cukup hanya melalui peningkatan pengetahuan saja,
14
Ibid., h.11.
15
Ibid., h.16.
melainkan juga harus dilengkapi dengan kemampuan kritis dan kreatif, berkarakter kuat, yakni individu yang bertanggungjawab,
berjiwa sosial tinggi, toleran, produktif, adaptif terhadap perubahan, dan lainnya, serta didukung oleh kemampuan memanfaatkan
teknologi, informasi, dan media. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain adalah:
1 mempersiapkan tenaga pendidik dan kependidikan melalui pelatihan dan juga dukungan infrastruktur; 2 memungkinkan
pendidikn untuk berkolaborasi, berbagi pengalaman, dan mengintegrasikannya di ruang kelas; 3 memungkinkan siswa
untuk belajar banyak hal yang relevan dengan konteks dunia sekitar yang selalu berkembang; dan 4 mendukung keterlibatan
komunitas dalam pembelajaran, baik pembelajaran langsung tatap muka maupun online.
16
e. Penguatan Penilaian Pembelajaran
Pada penguatan penilaian pembelajaran juga didasarkan pada analisis kemampuan yang diperlukan di abad ke-21. Agar dapat
menunjang proses pembelajaran dan pencapaian kompetensi yang dibutuhkan, maka penilaian yang digunakan bukan hanya berupa tes
saja, baik berupa tes formatif maupun tes sumatif, melainkan juga penilaian lain termasuk portofolio siswa, menekankan pada
pemanfaatan umpan balik berdasarkan kinerja yang ditunjukkan oleh siswa, dan memperbolehkan pengembangan portofolio siswa.
17
Hal- hal yang dinilai antara lain adalah: “1 tingkat kemampuan berpikir
siswa dari tingkat rendah sampai tinggi; 2 menekankan pada pemberian pertanyaan yang membutuhkan pemikiran mendalam
bukan sekadar hafalan semata; 3 mengukur proses kerja siswa, bukan hanya hasil kerja siswa; dan 4
menggunakan portofolio pembelajaran siswa”.
18
16
Ibid.
17
Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis dan Praktik, Bandung: Interes, 2014,h.41
18
Kemendikbud. op. cit., h.13.
f. Pembagian Peran Guru dan Pemerintah
Pada Kurikulum 2013 peran pemerintah lebih dominan,
sedangkan peran guru dikurangi. Dengan kata lain, kewenangan guru dalam menyusun
silabus dikembalikan pada pemerintah, jadi
pemerintah pusat sudah melengkapi Kurikulum 2013 sampai pada silabus yang akan diimplementasikan di kelas oleh para guru di
sekolah-sekolah, sehingga guru tidak perlu menghabiskan waktu dengan menyusun silabus atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RPP. Inilah alasannya mengapa Kurikulum 2013 dikatakan lebih meringankan beban guru. Selain itu, dikarenakan Kurikulum 2013
adalah kurikulum nasional, maka pihak pemerintah daerah berhak dan berwenang untuk menyusun kurikulum daerah yang di dalamnya
antara lain dapat memuat materi bahasa daerah, budaya daerah, dan sejenisnya.
19
Mata pelajaran bahasa daerah tidak dimunculkan dalam struktur Kurikulum 2013 karena kalau dimunculkan akan memberikan
kesan sebagai konsekuensi “wajib” bagi semua sekolah di seluruh wilayah Indonesia. Padahal, sangat mungkin banyak dari sekolah atau
daerah yang tidak mengajarkan bahasa daerah. Jadi posisi bahasa daerah dalam Kurikulum 2013 jelas menjadi wewenang Pemerintah
Daerah sesuai dengan bunyi pasal 42 UU No.24 Tahun 2009 tentang Bendera dan Bahasa Nasional.
20
B. Struktur Kurikulum Pada Sekolah Menengah Pertama SMP 1. Perubahan Struktur Kurikulum Pada Sekolah Menengah Pertama
SMP
Struktur kurikulum
merupakan suatu
aplikasi konsep
pengorganisasian konten
dalam suatu
sistem belajar
dan pengorganisasian beban belajar dalam sebuah sistem pembelajaran.
Pengorganisasian sistem balajar yang digunakan dalam kurikulum yang
19
Mulyasa, op. cit., h.80-81
20
Kemendikbud. op. cit., h.13.