tuduhan bahwa deradikalisasi berarti deislamisasi. Kebijakan ini bukanlah kebijakan yang mengasingkan umat Islam dari Agama Islam itu sendiri.
Dari sisi pemahaman terhadap ajaran Islam, Muhammad Harfin Zuhdi melihat deradikalisasi sebagai upaya menghapuskan pemahaman yang
radikal terhadap ayat-ayat Al- Qur’an dan Hadist, khususnya ayat atau
hadis yang berbicara mengenai konsep jihad, perang melawan kaum kafir, dan seterusnya. Berdasarkan pemaknaan tersebut maka deradikalisasi
bukan dimaksudka n sebagai upaya untuk menyampaikan “pemahaman
baru” tentang Islam, dan bukan pula pendangkalan akidah. Tetapi lebih kepada sebagai upaya mengembalikan dan meluruskan kembali pandangan
yang benar tentang apa dan bagaimana Islam. Deradikalisasi sebagai proses less radical, ini meliputi tingkah laku
dan pandangan orang tersebut. Berkaitan dengan tingkah laku ditandai dengan aktivitas-aktivitas radikal dan tidak ada lagi komentar yang bersifat
radikal. Sementara berkaitan dengan pandangan, hal ini meliputi meningkatnya kepercayaan pada sistem, keinginan untuk menjadi bagian
dari masyarakat lagi, dan penolakan pada cara-cara yang tidak demokratis. Dari pemaparan di atas mengenai deradikalisasi, penulis dapat
mengambil kesimpulan, bahwa deradikalisasi sesungguhnya berakar dari persoalan paham radikal yang disalah artikan atau menyimpang, yang
kemudian digunakan sebagai suatu metode yang dapat digunakan untuk mengubah pemahaman yang radikal menjadi tidak radikal.
2. Deradikalisasi di Indonesia
Terorisme di Indonesia, cenderung merupakan terorisme yang bermotivasikan agama ideologi, tidak jarang terjadi konflik horizontal
akibat kesalahpahaman dalam kehidupan beragama. Berbagai pemikiran sesat dan destruktif, dijadikan dogma bagi diri teroris. Bom bunuh diri dan
sikap anti partisipasi telah terjadi di Indonesia, mereka para kaum teoris telah menunjukan bahwa mereka sama sekali tidak perduli dengan roh
bangsa Indonesia yakni Pancasila dan prinsip Bhineka Tunggal Ika yang mencita-citakan kesatuan, persatuan, dan kerja sama positif untuk
membangun bangsa dan Negara.
16
Alasan inilah yang menggugah pemerintah untuk membuat program deradikalisasi.
Tujuan umum deradikalisasi adalah untuk membuat para teroris atau kelompok yang melakukan kekerasan bersedia meninggalkan atau
melepaskan diri mereka dari aksi dan kegiatan terorisme. Secara khusus, tujuan deradikalisasi adalah: pertama, membuat para teroris mau
meninggalkan segala kegiatan terorisme dan kekerasan. Kedua, kelompok radikal mendukung pemekiran yang moderat dan toleran. Ketiga, kaum
radikalis dan teroris dapat mendukung program-program nasional dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia NKRI. Dibandingkan dengan model deradikalisasi terhadap narapidana
terorisme yang ada di beberapa Negara, model deradikalisasi di Indonesia telah memiliki pendekatan yang komperhensif. Demikian pula dari sisi
16
Petrus Reinhard Golose, Deradikalisasi Terorisme humanis, Soul Approach dan Menyentuh Akar Rumput, h. 35.
kelembagaan yang menangani deradikalisasi, di Indonesia telah dibentuk BNPT sebagai lembaga
yang secara khusus merancang dan mengkoordinasikan kegiatan deradikalisasi.
Desain deradikalisasi di Indonesia memiliki enam pendekatan, yaitu rehabilitasi, reedukasi, resosialisasi, pembinaan wawasan kebangsaan,
pembinaan keagaaman moderat dan kewirausahaan. Rehabilitasi memiliki dua makna, yaitu pembinaan kemandirian dan pembinaan kepribadian.
Pembinaan kemandirian adalah melatih dan membina para mantan napi mempersiapkan keterampilan dan keahlian, gunanya adalah agar
setelah mereka keluar dari lembaga pemasayarakatan, mereka sudah memiliki kehalian dan bisa membuka lapangan pekerjaan.
Sedangkan pembinaan kepribadian adalah melakukan pendekatan dengan berdialog kepada para napi teroris agar mindset mereka bisa
diluruskan serta memiliki pemahaman yang komperhensif serta dapat menerima pihak yang berbeda dengan mereka. Proses rehabilitasi
dilakukan bekerja sama dengan berbagai pihak seperti polisi, lembaga pemasyarakatan, Kementrian Agama, Kemenkokesra, ormas, dan lain
sebagainya. Diharapkan program ini akan memberikan bekal bagi mereka dalam menjalani kehidupan setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan.
Adapun reedukasi
adalah penangkalan
dengan mengajarkan
pencerahan kepada masyarakat tentang paham radikal, sehingga tidak terjadi pembiaran berkembangnya paham tersebut. Sedangkan bagi
narapidana terorisme,
reedukasi dilakukan
dengan memberikan
pencerahan terkait dengan doktrin-doktrin menyimpang yang mengajarkan