Menteri Hukum dan HAM, Yasonna H Laoly menuturkan bahwa ada petugas deradikalisasi justru teradikalisasi Kompas.com, 25012016. Persoalan ini
hanya satu dari sekian banyak faktor yang ada dibalik kelemahan program deradikalisasi.
Tentunya permasalahan-permasalahan
tersebut membuat
program deradikalisasi ini menjadi dipertanyakan kembali keefektifanya. Pemberitaan
di media mengenai deradikalisasi ini pun turut menjadi sorotan dan perbincangan hangat di Indonesia.
Pemberitaan program deradikalisasi menjadi menarik bagi media massa untuk membahasnya, tidak terkecuali Kompas.com. Hal ini menjadi perhatian
bagi peneliti, karena pemberitaan program deradikalisasi ini merupakan isu besar dan menyangkut kepentingan orang banyak. Kebutuhan khalayak akan
transparansi informasi mengenai perkembangan program ini sangat dibutuhkan, guna menjawab kecemasan masyarakat akan kasus terorisme di
tanah air yang kian tiada akhir. Banyak sekali media-media yang memberitakan program deradikalisasi
dengan menggunakan berbagai macam sudut pandang redaksional masing- masing. Perlu disadari, sudut pandang wartawan dalam melihat suatu
peristiwa, tentu tidak sama antar satu media dengan media yang lain. Wartawan hidup dalam instititusi media dengan seperangkat aturan, pola
kerja, ideologi dan aktivitas masing-masing.
9
Begitu juga dengan media Kompas.com. Kompas.com sebagai media nasional dengan ideologi
humanisme, berusaha menonjolkan hasil negatif dari program deradikalisasi
9
Eriyanto, Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media Yogyakarta: LKIS, 2002, h. 115.
melalui pemberitaanya untuk meyakinkan khalayak bahwasanya program ini masih perlu diperbaiki agar program deradikalisasi dapat lebih efektif dalam
menanggulangi aksi terorisme dan masyarakat bisa merasakan manfaatnya. Media massa adalah sumber informasi yang didalamnya banyak sekali
kepentingan yang ingin dicapai oleh pemilik media, terutama bagaimana berita tersebut bisa dibaca dan dapat merubah opini pembacanya, kemudian
mempu menimbulkan pro dan kontra sehingga bisa mengangkat eksistensi media tersebut.
Peneliti merasa sangat tertarik untuk meneliti pemberitaan yang terkait dengan program deradikalisasi di Kompas.com karena media Kompas.com
merupakan salah satu media online yang menjadi pilihan banyak masyarakat untuk dijadikan sebagai sumber informasi dan memiliki jumlah pembaca yang
banyak dan menyebar hampir merata ke seluruh bagian di Indonesia. Peneliti juga ingin mengetahui lebih dalam mengenai kebijakan redaksi yang ada di
Kompas.com terkait dengan pemberitaan program deradikalisasi. Media ini pun terbilang cukup aktif dan dinamis dalam memberitakan
program tersebut. Didapatkan data pada bulan Januari 2016 sampai dengan April 2016 saja Kompas.com sudah memberitakan sebanyak 37 berita yang
terkait dengan program deradikalisasi.
10
Sedangkan di media lain, sebut saja Detik.com pada periode yang sama yakni Januari 2016 sampai April 2016 hanya memberitakan sebanyak 24
10
http:search.kompas.comcse?q=Deradikalisasi , Diakses pada 19 April 2016.
berita yang terkait program deradikalisasi.
11
Sedangkan media online Tempo.co hanya memberitakan sebanyak 15 berita.
12
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Analisis Framing Pemberitaan Program Deradikalisasi Terorisme di
Kompas.com ”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Merujuk pada latar belakang yang peneliti telah paparkan sebelumnya, maka peneliti membatasi penelitian ini hanya pada pemberitaan mengenai
program deradikalisasi terorisme pada tanggal 17 Januari 2016 sampai dengan 25 Januari 2016 di Kompas.com.
2. Rumusan Masalah
Mengacu pada pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana bingkai pemberitaan program deradikalisasi terorisme
dengan menggunakan model Robert N. Entman di Kompas.com pada
17 Januari 2016 sampai dengan 25 Januari 2016?
b. Bagaimana konteks pemberitaan program deradikalisasi di
Kompas.com pada periode 17 Januari 2016 sampai dengan 25 Januari
2016? C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
11
http:search.detik.comsearch?query=deradikalisasisource=dcnavsiteid=2 , Diakses
pada 6 September 2016
12
https:search.tempo.coindex.phpsearchresult?submit=type=semuafld=newsvSea rch=deradikalisasi
, Diakses pada 6 September 2016
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan yang hedak dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana cara Kompas.com dalam membingkai
pemberitaan mengenai program deradikalisasi terorisme. b.
Untuk mengetahui bagimana konteks pemberitaan di Kompas.com mengenai program deradikalisasi periode 17 Januari 2016 sampai dengan
25 Januari 2016? 2.
Manfaat Penelitian a.
Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan memberi masukan dan khazanah keilmuan
dalam studi framing khususnya model Robert N. Entman mengenai berita di media online tentang suatu kasus atau peristiwa, yang mana
dalam penelitian ini adalah berita tentang program deradikalisasi terorisme di Kompas.com. selain itu penelitian ini diharapkan dapat
menambah referensi untuk pengembangan studi komunikasi mengenai framing bagi civitas akademika Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. b.
Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi serta bisa menjadi bahan masukan bagi penelitian serupa, dapat memberikan gambaran pada masyrakat agar lebih bijak dalam
mengkonsumsi informasi mengenai suatu pemberitaan yang diberikan oleh media massa, serta dapat mengetahui bahwa sesungguhnya
pemberitaan yang mereka terima dari sebuah media telah melalui proses konstruksi.
D. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Penelitian merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan oleh peneliti melalui model tertentu,
model tersebut biasanya dikenal dengan paradigma.
13
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah konstruktivis paradigma ini memandang realitas sosial bukanlah realitas yang natural,
tetapi dari hasil konstruksi.
14
Paradigma ini hampir merupakan antitesis terhadap paham yang menempatkan pentingnya pengamatan dan
objektivitas dalam menemukan suatu realitas.
15
Rancangan konstruktivis melihat realitas pemberitaan media sebagai aktivitas konstruksi sosial.
16
Fokus analisis pada paradigma konstruktivis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, menggunakan cara
apa konstruksi tersebut dibentuk. Oleh karenanya paradigma konstruktivis digunakan untuk melihat bagaimana realitas mengenai pemberitaan
program deradikalisasi terorisme di Kompas.com. 2.
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif, yang bertujuan mencari sebab dan alasan mengapa
13
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: PT Remaja Rosdakraya, 2006, h. 49
14
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 43.
15
Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006, h. 71
16
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004. cet. ke-3. h. 204.
sesuatu terjadi, di antaranya menjelaskan secara akurat mengenai suatu bahasan topik, menghubungkan topik-topik yang berbeda, namun
memiliki kesamaan dan membangun atau memodifikasi sebuah teori dalam topik baru atau menghasilkan bukti yang mendukung sebuah
penjelasan atau teori. Penelitian dengan jenis kualitatif ini memiliki karakteristik yang
berbeda dengan kuantitatif yang berbasis pada paradigma positivistik. Pandekatan kualitatif ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang
bersifat umum yang didapatkan setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian.
17
Kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan
tersebut. Penelitian ini lebih menekankan pada kualitas bukan kuantitas data.
18
Menurut Crasswell, beberapa asumsi dalam pendekatan kualitatif yaitu pertama, peneliti kualitatif lebih memerhatikan proses dari pada
hasil. Kedua, peneliti kualitatif lebih memerhatikan interpretasi. Ketiga, peneliti kualitatif merupakan alat utama dalam mengumpulkan data dan
analisis data serta peneliti kualitatif harus terjun langsung ke lapangan, melakukan observasi partisipasi di lapangan. Keempat, penelitian kualitatif
menggambarkan bahwa peneliti terlibat dalam proses penelitian, interpretasi data, dan pencapaian pemahaman melalui kata atau gambar.
19
17
Rosady Ruslan, Metodologi Penelitian Publik Relation dan Komunikasi Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, h. 125.
18
Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006, h. 58.
19
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat Jakarta : Kencana, 2006, h. 307.