21
b. Cara Memperoleh Pengetahuan
Ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, menurut Notoatmodjo 2002 adalah sebagai berikut :
a Cara coba-coba
Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan
tersebut tidak berhasil, dicoba dengan kemungkinan lain. b
Cara kekuasaan atau otoriter Pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pada otoritas atau
kekuasaan baik : tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama maupun ahli ilmu pengetahuan.
c Berdasarkan pengalaman pribadi
Yaitu pengetahuan yang diperoleh dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Seperti pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang
terbaik. d
Melalui jalan pikiran Cara memperoleh pengetahuan untuk memperoleh
kebenaran dengan cara penalaran, baik melalui cara induksi maksudnya bahwa cara melahirkan pemikiran
secara tidak langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang
22
dikemukakan kemudian dicari hubungan sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan
e Metode penelitian ilmiah
Metode penelitian adalah sebagai suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan dan pemecahan
suatu masalah, pada dasarnya menggunakan metode ilmiah.
c. Penelitian tentang pengetahuan ibu dengan pemberian
kolostrum pada bayi baru lahir
Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat.
Ironinya, pengetahuan lama yang mendasar seperti menyusui justru kadang terlupakan. Padahal kehilangan pengetahuan tentang
menyusui berarti kehilangan besar, karena menyusui adalah suatu pengetahuan yang selama berjuta-juta tahun mempunyai peran
yang penting dalam mempertahankan kehidupan manusia. Bagi ibu hal ini berarti kehilangan kepercayaan diri untuk dapat
memberikan perawatan terbaik untuk bayinya dan bagi bayi bukan saja kehilangan sumber makanan yang vital, tetapi juga kehilangan
cara perawatan yang optimal. Didalam kehidupan kota-kota besar, kita lebih sering melihat bayi diberi susu botol daripada disusui
oleh ibunya. Sementara di pedesaan kita sering melihat bayi yang
23
baru berusia satu bulan sudah diberi pisang atau nasi lembut sebagai tambahan ASI Roesli, 2005.
Menurut Siregar 2004, dalam penelitiannya mengatakan bahwa kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang manfaat
ASI dan menyusui menyebabkan ibu mudah terpengaruh dan beralih kepada susu formula. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan oleh Sylvia pada tahun 2009 mengenai hubungan pengetahuan ibu post partum dengan pemberian kolostrum, yaitu
dari 30 responden, diperoleh yang berpengetahuan baik sebanyak 17 responden 56,67, kemudian diuji dengan Chi Square
diperoleh hasil tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu post partum dengan pemberian kolostrum.
Berdasarkan hasil penelitian Kurniawati, diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan responden terhadap kolostrum dalam
kategori kurang yaitu sebanyak 16 responden 48,5. Pengetahuan yang kurang pada sebagian besar responden tersebut
dapat dilihat dari kemampuan yang dimiliki oleh responden dalam menjawab kuesioner tentang kolostrum yang diberikan peneliti
meliputi: pengertian, komposisi dan kandungan dalam kolostrum, tujuan pemberian kolostrum dan manfaat kolostum.
Penelitian oleh Rumiyati 2011, menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan ibu baik tentang pemberian kolostrum
sebanyak 20 orang 66,67, tingkat pengetahuan ibu cukup baik
24
tentang pemberian kolostrum sebanyak 5 orang 16,67, tingkat pengetahuan ibu kurang tentang pemberian kolostrum sebanyak 1
orang3,33, dan tingkat pengetahuan ibu tidak baik dan tidak memberikan kolostrum sebanyak 3 orang10. Nilai p = 0,000
0,05, artinya terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu menyusui
dengan pemberian
ASI pertama
kolostrum. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan hasil p = 0,000 0,05
berarti terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian ASI pertama Kolostrum di Rumah Bersalin
An-Nissa Surakarta.
Berdasarkan penelitian
Kurniawati, sebagian
besar pengetahuan ibu hamil TM III tentang kolostrum dalam kategori
kurang yaitu sebanyak 16 responden 48,5. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai p = 0,000 0,05 sehingga terdapat
hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian ASI pertama atau Kolotrum di Rumah Bersalin An- Nissa Surakarta.
Hal ini sesuai dengan pendapat Savitri 2006. Dengan pengetahuan ibu yang baik tentang kolostrum menyebabkan ibu
bersedia menyusui bayinya. Hasil penelitian dari Papola, Novita 2013 terhadap 20
responden tentang hubungan pengetahuan ibu nifas tentang pemberian kolostrum pada bayi baru lahir melalui pengujian data,
menghasilkan nilai P = 0,000 pada level 0,01, maka dapat dikatakan Ho ditolak artinya terdapat hubungan yang signifikan
25
antara pengetahuan ibu nifas tentang pemberian kolostrum pada bayi baru lahir.
1. Tingkat Pendidikan