Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Penelitian tentang pemberian kolostrum

7 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi gambaran dukungan keluarga terhadap status pemberian kolostrum b. Mengidentifikasi hubungan dari dukungan keluarga terhadap status pemberian kolostrum.

E. Manfaat Penelitian

1. Untuk peneliti Penelitian ini dapat memberikan ilmu pengetahuan, pengalaman, serta motivasi untuk melakukan penelitian lain di masa mendatang. 2. Untuk profesi keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam keperawatan maternitas dan anak, khususnya bisa menjadi bahan rujukan intervensi keperawatan pada pemberian asuhan keperawatan. Perawat dapat mengetahui faktor terkait dukungan keluarga terhadap status pemberian kolostrum. 3. Untuk penelitian selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar penelitian dan ide ide untuk mengembangkan penelitian selanjutnya. 4. Untuk Puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data terhadap program terkait pemberian kolostrum di Wilayah kerja Puskesmas Pisangan Kecamatan Ciputat Timur 8 5. Untuk masyarakat Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pemberian kolostrum, sehingga masyarakat dapat meningkatkan pemberian kolostrum terhadap bayi.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan analitik kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap status pemberian kolostrum. Metode analisis data yang digunakan adalah Bivariat dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independent dan variabel dependent dengan desain cross sectional. Adapun instrument yang digunakan berupa kuesioner. Kriteria reponden yang diteliti adalah ibu yang memiliki anak terakhir usia 4 - 28 hari. Penelitian ini dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Pisangan Kecamatan Ciputat. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kolostrum

1. Definisi Kolostrum

ASI stadium 1 adalah kolostrum. Kolostrum adalah cairan yang pertama kali di sekresikan oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4 Purwanti, 2010. Kolostrum merupakan ASI yang diproduksi oleh ibu pada beberapa hari pertama, yang berwarna agak kekuningan dan berbeda dari ASI berikutnya Jannah Widajaka, 2012. Banyak orang awam beranggapan bahwa Kolostrum tersebut adalah ASI basi atau kotoran yang harus dibuang dan tidak boleh diberikan kepada bayi. Kolostrum adalah sekresi pertama dari ibu yang disediakan untuk bayi baru lahir pada 24-48 jam pertama. Kolostrum berisi sistem kekebalan tubuh dan berbagai faktor pertumbuhan serta nutrisi penting, tripsin dan protease inhibitor yang dapat melindungi bayi dari kerusakan di saluran pencernaan Rona, 1998. Diperkirakan bahwa kolostrum memicu setidaknya lima puluh proses pada bayi baru lahir. Komposisi gizi ASI yang paling baik adalah pada tiga hari pertama setelah lahir yang dinamakan kolostrum Widjaja, 2005. 10 Pada journal yang diterbitkan oleh Rona 2000, di American Journal of Natural Medicine, bayi baru lahir memenuhi semua kebutuhan tubuhnya hanya dibutuhkan kolostrum berkualitas tinggi diambil dari air susu ibu yang telah disertifikasi bebas antibiotik, pestisida dan hormon sintetis. Kolostrum harus diproses pada suhu rendah sehingga faktor imun dan pertumbuhan tetap pada lingkungan biologis yang aman.

2. Kandungan Kolostrum

Pada dasarnya, Komponen yang paling penting dari kolostrum dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu faktor sistem kekebalan tubuh dan faktor pertumbuhan. Beberapa Produsen obat telah mencoba untuk menyalin genetik engineer dan beberapa komponen individual dari kolostrum, terutama interferon, gamma globulin 7, hormon pertumbuhan, IGF-1 dan protease inhibitor Rona, 2000. Imunoglobulin A, D, E, G dan M adalah kandungan yang paling banyak ditemukan dalam kolostrum . Fungsinya adalah sebagai faktor kekebalan tubuh, misalnya IgG menetralisir racun dan mikroba di getah bening dan sistem peredaran darah, IgM menghancurkan bakteri, sementara IgE dan IgD sangat antiviral. Selain itu, kolostrum juga mengandung Laktoferin yang dapat membantu membunuh bakteri dan sangat tepat untuk mereproduksi dan melepaskan zat besi ke dalam sel-sel darah merah yang dibutuhkan oleh tubuh, agar dapat meningkatkan oksigenasi ke jaringan. Laktoferin memodulasi pelepasan sitokin dan reseptornya sehingga bertemu pada sel-sel 11 kekebalan tubuh termasuk limfosit, monosit, makrofag dan platelet Riksani, 2012. Selain untuk kekebalan tubuh, kolostrum juga berperan penting terhadap faktor pertumbuhan. Prolin-Rich Polypeptide PRP yaitu hormon yang mengatur kelenjar timus untuk pertumbuhan seseorang, dan merangsang sistem kekebalan tubuh kurang aktif atau mengatur sistem kekebalan yang terlalu aktif seperti yang terlihat pada penyakit autoimun MS, rheumatoid arthritis, lupus, skleroderma, sindrom kelelahan kronis, alergi, dll.

3. Manfaat Kolostrum

Imunoglobulin yang ditemukan dalam sekresi air susu ibu merupakan kekebalan pasif dari ibu ke neonatus telah ditinjau oleh banyak penulis. Kemampuan kolostrum mempengaruhi kekebalan tubuh yakni menghasilkan antibodi-antigen spesifik yang disekresikan dalam kolostrum dalam susu dan dapat digunakan untuk memberikan perlindungan terhadap penyakit tertentu. Sebagai contoh, konsumsi susu sapi yang banyak dapat menginokulasi penyakit seperti flu burung, SARS, dan penyakit pernapasan manusia lainnya, kolostrum telah disarankan sebagai alat potensial untuk memperlambat wabah penyakit sebelum mencapai tingkat epidemi Nanny Sunarsih, 2011 Walter L. Hurley Peter K. Theil 2011 dalam juornal Perspectives on Immunoglobulins in Colostrum and Milk, menerangkan bahwa pemberian kolostrum memiliki beberapa unsur 12 penting bagi tubuh, yakni kekebalan tubuh. Beberapa manfaatnya yaitu 1 perpindahan homolog sistem kekebalan pasif, 2 Perpindahan heterogen sistem kekebalan aktif 3 Susu kekebalan tubuh dari Penyakit yang Menyebabkan Diarrhea, 4 Susu kekebalan tubuh untuk gigi karies, 5 Susu kekebalan parasit usus , dan 6 Imunisasi untuk Meningkatkan antibodi. Kandungan zat kekebalan dalam kolostrum mencapai 10-17 kali lebih banyak dari susu matang mature. Zat kekebalan yang terdapat pada ASI akan melindungi bayi dari penyakit diare. Kekebalan bayi akan bertambah dengan adanya kandungan zat-zat dan vitamin yang terdapat pada air susu ibu tersebut, serta volume kolostrum yang meningkat dan ditambah dengan adanya isapan bayi baru lahir secara terus menerus. Hal ini yang mengharuskan bayi segera setelah lahir ditempelkan ke payudara ibu, agar bayi dapat sesering mungkin menyusui. Kandungan kolostrum inilah yang tidak diketahui ibu sehingga banyak ibu dimasa setelah persalinan tidak memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir karena pengetahuan tentang kandungan kolostrum itu tidak ada Nanny Sunarsih, 2011 Dari sumber lain menyatakan bahwa, imunoglobulin dalam air susu ibu yang diberikan segera setelah lahir dapat meningkatkan hubungan antara ibu dengan bayi, transfer kekebalan pasif dari ibu ke neonatus, dan sistem kekebalan tubuh yang belum matang dari neonatus. Imunoglobulin dalam sekresi susu ibu merupakan sumber kekebalan utama terhadap paparan antigen dan respon dari sistem 13 kekebalan tubuh nya. Imunoglobulin diangkut melalui sel-sel epitel susu oleh mekanisme reseptor-mediated dan ditransfer keluar dari kelenjar susu oleh kelenjar air susu selama menyusui. Imunoglobulin ini kemudian masuk pada saluran pencernaan dari neonatus. Meskipun tujuan utamanya adalah sebagai pemenuhan nutrisi pada bayi,namun imunoglobulin tetap cukup stabil untuk memberikan manfaat perlindungan pada neonatus, baik melalui penyerapan ke dalam sistem vaskular pada bayi baru lahir dari beberapa spesies atau melalui fungsi imunologi di saluran pencernaan.

4. Pembentukan Kolostrum

Pembentukan Kolostrum tubuh ibu mulai memproduksi kolostrum pada saat usia kehamilan tiga sampai empat bulan. Tapi umumnya para ibu tidak memproduksinya kecuali saat ASI ini bocor sedikit menjelang akhir kehamilan. Pada tiga sampai empat bulan kehamilan, prolaktin dari adenohipofise hipofiseanterior mulai merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan kolostrum. Pada masa ini pengeluaran kolostrum masih dihambat oleh estrogen dan progesterone, tetapi jumlah prolaktin meningkat hanya aktivitas dalam pembuatan kolostrum yang ditekan. Sedangkan pada trimester kedua kehamilan, laktogen plasenta mulai merangsang pembuatan kolostrum. Keaktifan dari rangsangan hormon-hormon terhadap pengeluaran air susu telah didemonstrasikan kebenarannya bahwa seorang ibu yang melahirkan bayi berumur empat bulan dimana bayinya meninggal tetap keluar kolostrum Banyak 14 wanita usia reproduktif ketika ia melahirkan seorang anak tidak mengerti dan memahami bagaimana pembentukan kolostrum yang sebenarnya sehingga dari ketidaktahuan ibu tentang pembentukan kolostrum ia akhirnya terpengaruh untuk tidak segera memberikan kolostrum pada bayinya Sherwood, 2012. 5. Refleks-refleks yang berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu Pada seorang ibu yang menyusui dikenal dua refleks yang masing- masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu,yaitu : a. Refleks prolaktin Seperti yang telah dijelaskan bahwa menjelang akhir kehamilan terutama hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas karena aktifitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesterone yang kadarnya memang tinggi. Setelah melahirkan berhubung lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum, maka estrogen dan progesterone sangat berkurang. Ditambah lagi dengan hisapan bayi yang merangsang ujung-ujung syaraf sensorik yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini berlanjut ke hypothalamus yang akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya, merangsang adenohypofise Hipofise Anterio sehingga keluar prolaktin. 15 Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi membuat air susu Keen, 2007 Pada ibu menyusui kadar prolaktin akan normal tiga bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak. Sedangkan pada ibu yang tidak menyusui kadar prolaktin akan normal pada minggu kedua sampai ketiga.

b. Refleks Let Down

Bersaman dengan pembentukan prolaktin adenohypofise, rangsangan yang berasal dari hisapan bayi ada yang dilanjutkan ke neurohypofise Hypofiseposterior yang kemudian mengeluarkan oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel miopitel. Hisapan bayi memicu pelepasan dari alveolus mamma melalui duktus ke sinus laktiferus dimana ia akan disimpan. Pada saat bayi menghisap, ASI di dalam sinus akan tertekan keluar kemulut bayi. Pelepasan dapat terjadi bila ibu mendengar bayi menangis atau sekedar memikirkan tentang bayinya Pusdiknakes, 2003. Ibu-ibu setelah melahirkan belum mengetahui tentang reflek yang terjadi yang berhubungan dengan pemberian kolostrum nantinya, sehingga ibu tidak memberikan kolostrum tersebut secara nyata pada bayi baru lahir Mahmudah dan Dewi, 2011.

B. Penelitian tentang pemberian kolostrum

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat beberapa variasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemberian kolostrum. 16 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati 2009 di Wilayah Semarang yang mengaitkan pada pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian kolostrum, diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan responden terhadap kolostrum dalam kategori kurang yaitu sebanyak 16 responden 48,5 dan sikap yang negatif terhadap kolostrum yaitu sebanyak 18 responden 54,5. Novita, Laoh dan Palandeng 2013, juga telah meneliti tentang Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Nifas Tentang Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Ulu Kecamatan Siau Timur Kabupaten Kepulauan Sitaro. Hasil penelitian terhadap 20 responden tentang hubungan pengetahuan ibu nifas tentang pemberian kolostrum pada bayi baru lahir melalui pengujian data, menghasilkan nilai P = 0,000 pada level 0,01, maka dapat dikatakan Ho ditolak artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu nifas tentang pemberian kolostrum pada bayi baru lahir. Sedangkan Hasil pengujian statistik pada hubungan sikap ibu nifas tentang pemberian kolostrum, dimana perhitungan statistik menghasilkan P = 0,005 pada level 0,01, maka dapat dinyatakan Ho ditolak artinya ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu nifas tentang pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di Puskesmas Ulu Siau. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Rahadja 2006 tentang Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Asi Satu Jam Pertama Setelah Melahirkan telah ditemukan proporsi pemberian ASI satu jam pertama setelah melahirkan adalah 38,3. Faktor dominan yang 17 berhubungan dengan pemberian ASI dalam satu jam pertama adalah tenaga periksa hamil. Faktor lain adalah daerah tempat tinggal, kehamilan diinginkan, tenaga periksa hamil, penolong persalinan, akses terhadap radio, dan berat lahir. Terdapat interaksi antara daerah dengan tenaga periksa, kehamilan diinginkan dengan tenaga periksa, dan berat lahir dengan penolong persalinan. Sri Wahyuni 2001 telah meneliti tentang Hubungan Penolong Persalinan, Dukungan Keluarga Dan Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Pemberian Kolostrum Dan Asi Eksklusif yang dilakukan dikabupaten Purworejo. Hasil penelitian tersebut adalah Tidak ada hubungan yang bermakna antara tenaga penolong persalinan dengan pemberian kolostrum p=838 dan ASI eksklusif p=573, sedangkan tingkat pendidikan ibu dengan pemberian kolostrum p=727 dan ASI eksklusif p=165 . Namun, Ada hubungan yang bermakna antara peranan penolong persalinan sebagai penasehat p=0.000, sedangkan dukungan keluarga p=0.005 dengan pemberian kolostrum dan Dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif p=0,000.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Kolostrum