Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Persepsi Ibu tentang Status

76 kolostrum. 15,2 responden menyatakan setuju bahwa meraka akan membuang kolostrum karena dapat menyebabkan payudara bengkak serta 54,5 responden menyatakan sikap setuju bahwa kolostrum tidak baik bagi kesehatan bayi.

C. Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Persepsi Ibu tentang Status

Pemberian Kolostrum Pada Bayi Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan bermakna antara dukungan keluarga dengan status pemberian kolostrum dengan nilai p =0,719 P0,05. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa walaupun dukungan keluarga nya kurang baik, ibu tetap memberikan kolostrumnya. Sama halnya dengan ibu yang mendapatkan dukungan keluarga dengan baik. Mereka tetap memberikan kolostrumnya walaupun tidak semua aspek terpenuhi. Paling tidak, semangat dan dorongan dari keluarga menguatkan ibu untuk terus memberikan kolostrumnya. Dilihat dari hasil, sebagian besar 80 ibu tetap memberikan kolostrum kepada bayi meskipun dukungan keluarganya kurang baik. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang diterapkan oleh Kar dalam Notoatmodjo 2010, yang mengungkapkan bahwa dukungan sosial dari orang lain yang relevan dapat menjadi penentu yang luas. Pendekatan yang menyenangkan dari pihak yang berhadapan dengan ibu dalam lingkungan yang simpatik dan bersahabat akan membawa ibu kepada pembinaan lingkungan emosi, yang didalamnya proses laktasi dimulai dan dikembangkan. sebab dukungan yang justru paling banyak didapatkan oleh ibu adalah dukungan dari tenaga kesehatan pada saat melahirkan. 77 Sama halnya dengan teori yang diungkapkan oleh Roesli 2008, yang mengatakan bahwa dari semua dukungan bagi ibu menyusui dukungan sang ayah suami adalah dukungan yang paling berarti. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Wahyuni 2011, bahwa terdapat hubungan bermakna antara dukungan keluarga terhadap status pemberian kolostrum dengan nilai p= 0,005.Hasil yang sama dengan juga didapatkan oleh penelitian Apriana 2004 yang, menyatakan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian kolostrum, dukungan keluarga memberikan pengaruh positif terhadap pemberian kolostrum. Ibu yang mendapat dukungan keluarga akan mempunyai kesempatan dua kali untuk menyusui bayinya secara dini dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarganya. Menurut Suradi 2004, banyaknya ibu yang tidak memberikan kolostrum pada bayinya kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah tingkat pendidikan ibu yang rendah, pengalaman yang kurang, petugas tidak berperan aktif, sosial budaya dan tradisi turun- temurun, beberapa faktor inilah yang mendukung timbulnya anggapan bahwa kolostrum adalah kotoran yang harus dibuang dan baru bisa diberikan setelah susu berwarna putih. Akibatnya, para ibu tidak memberikan kolostrum pada bayinya. Sehingga bayi akan rentan terhadap berbagai macam penyakit diantaranya adalah infeksi, diare, pneumoni, radang otak dan kanker yang selanjutnya akan mengakibatkan kematian 78 pada bayi. Mengingat sangat pentingnya kolostrum, maka pengetahuan ibu tentang kolostrum bagi bayi baru lahir sangat diperlukan. Kemungkinan besar yang menyebabkan perbedaan hasil penelitian ini adalah banyaknya faktor yang mempengaruhi ibu dalam memberikan kolostrum, diantaranya petugas kesehatan yang menolong proses persalinan, pengalaman ibu dalam memberikan ASI sebelumnya, dan kemudahan tehnologi dalam mengakses informasi tentang kolostrum dari berbagai sumber. Kebanyakan ibu mengatakan alasan mereka memberikan kolostrum adalah agar bayinya sehat dan mengandung zat kekebalan tubuh, sehingga ibu sangat antusias memberikan kolostrum kepada bayi. Dari hasil pembahasan diatas dapat simpulkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan status pemberian kolostrum pada bayi. Rata-rata ibu sudah mendapatkan dukungan keluarga yang baik, meliputi dukungan informasional, penghargaan, instrumental dan emosional. Sebagian besar ibu sudah memberikan kolostrum kepada bayinya.

D. Keterbatasan Penelitian