BAB VI PERILAKU REMAJA SERTA HARAPAN DALAM
MENDENGARKAN RADIO KOMUNITAS
6.1 Perilaku Remaja
Perilaku remaja terdiri dari variabel tingkat afektif dan jaringan sosial, dimana pada tiap variabel dikategorikan menjadi rendah dan tinggi. Tingkat afektif merupakan
tingkat terpenuhinya kebutuhan responden terkait dengan perasaan, emosi, sikap hati yang pada akhirnya menunjukkan dukungan atau penolakan terhadap pengelolaan radio
komunitas BeTe Radio. Sedangkan aspek jaringan sosial dalam penelitian ini adalah tingkat kekuatan jaringan sosial komunitas yang terbentuk atas hasil dari proses sosial
radio komunitas BeTe Radio, baik melalui siaran radio ataupun kegiatan-kegiatan dimana BeTe Radio turut serta sebagai pengelola kegiatan tersebut. Data hasil survei
perilaku remaja disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Perilaku Remaja Pendengar BeTe Radio dalam jumlah dan persen
Perilaku Remaja Jumlah orang
Persentase Afektif
Rendah 12
40 Tinggi
18 60
Jaringan Sosial
Rendah 15
50 Tinggi
15 50
Sebanyak 60 persen responden mendukung adanya BeTe Radio sebagai radio komunitas di Kelurahan Tegal Gundil, mereka menganggap adanya radio komunitas ini
dapat meningkatkan rasa solidaritas antar pemuda Kelurahan Tegal Gundil dan juga dapat memberikan hiburan serta pengetahuan dan informasi mengenai Kelurahan Tegal
Gundil. Namun, sebanyak 40 persen responden memiliki rasa kepedulian yang rendah terhadap radio komunitas BeTe Radio, mereka merasa hadirnya radio komunitas ini
belum dapat memberikan kontribusi nyata terhadap perkembangan SDM pemuda Kelurahan Tegal Gundil, anggapan ini didominasi oleh jawaban responden remaja awal
dengan kisaran usia 12 hingga 14 tahun yang notabene memiliki tingkat pola mendengarkan yang rendah terhadap BeTe Radio hingga 100 persen dari total
responden remaja awal sepuluh orang lebih lanjut hubungan antara usia dengan pola mendengarkan dapat dilihat di BAB V.
Secara garis besar, lebih banyak pendengar yang memiliki tingkat afektif terhadap BeTe Radio tinggi. Pada dasarnya adanya BeTe Radio ini memang diharapkan
oleh para remaja di RW 10, terlebih studio BeTe Radio yang memang terletak di RW 10. Para responden juga menyatakan adanya perbedaan kinerja BeTe Radio saat radio
ini baru berjalan beberapa tahun dengan kinerja beberapa tahun terakhir ini, hal ini juga diakui oleh pihak pengelola BeTe Radio yang kini dalam tahap pembenahan
pengelolaan BeTe Radio, oleh karenanya beberapa responden dalam penilaian terpenuhi atau tidaknya tingkat afektif ini tidak hanya menilai dari keadaan BeTe Radio yang
sekarang, namun juga bercermin pada kinerja BeTe Radio beberapa tahun kebelakang, para responden kebanyakan, masih sangat berharap adanya pembenahan kembali untuk
BeTe Radio agar manfaatnya dapat dirasakan kembali oleh para pendengar, terutama remaja lebih lanjut harapan pendengar terhadap BeTe Radio dapat dilihat di sub bab
6.3. Radio komunitas BeTe Radio membawa pengaruh pada jaringan sosial remaja di
RW 10, namun pengaruh ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu pengaruh yang tinggi dan rendah. Adapun perbandingan dari jumlah responden kategori rendah dan tinggi
adalah 50:50. Sebanyak 50 persen jumlah responden mempunyai jaringan sosial yang tinggi, dan 50 persen mempunyai jaringan sosial yang rendah. Untuk responden dengan
kategori tinggi, menandakan bahwa dengan adanya radio komunitas BeTe Radio dapat meningkatkan jejaring mereka di Kelurahan Tegal Gundil, hal ini dikarenakan beberapa
faktor, sebagai contoh dengan mendengarkan isi siaran BeTe Radio seperti program “Curhat’, pendengar dapat mengenal dan mengetahui keluh kesah seseorang, selain itu
peningkatan jejaring sosial ini juga dikarenakan responden mengikuti kegiatan-kegiatan di Kelurahan Tegal Gundil dimana BeTe Radio turut serta dalam kegiatan tersebut.
Para responden pada umumnya merasa pengembangan jejaring sosial ini lebih diakibatkan karena mereka mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh KALAM
dimana BeTe Radio turut serta sebagai media informasinya. Kegiatan-kegiatan tersebut secara umum adalah pengembangan karangtaruna di tiap RW Kelurahan Tegal Gundil,
olahraga, hiburan, dan pengembangan softskill. Kegiatan-kegiatan yang diadakan biasanya bersifat umum, sehingga tidak menutup kemungkinan adanya pengembangan
jejaring sosial di tiap kegiatan yang diadakan. Para responden yang memiliki tingkat
jejaring sosial yang rendah atas adanya BeTe Radio umumnya merupakan responden yang hanya beberapa kali mengikuti kegiatan yang diadakan oleh KALAM, mereka
hanya sebatas ingin mendapatkan hiburan dan mengisi waktu luang saja.
6.2 Hubungan Pola Mendengarkan BeTe Radio dengan Perilaku Remaja 6.2.1 Hubungan Pola Mendengarkan BeTe Radio dengan Tingkat Afektif
Data hubungan pola mendengarkan radio dengan tingkat afektif pendengar radio komunitas secara ringkas disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Hubungan Pola Mendengarkan Radio dengan Tingkat Afektif
Pola Mendengarkan Afektif
Total Rendah
Tinggi Rendah
11 10
21
Tinggi 1
8 9
Total
12 18
30 Ket: nilai signifikansi = 0,035
Jumlah responden dengan pola mendengarkan rendah dan memiliki tingkat afektif yang rendah sebanyak 11 orang, dan untuk tingkat afektif yang tinggi sebanyak
10 orang. Sedangkan untuk responden dengan pola mendengarkan tinggi dan memiliki tingkat afektif yang rendah hanya berjumlah satu orang saja, dan untuk tingkat afektif
yang tinggi sebanyak delapan orang. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 0,0350,05 menunjukan ada hubungan yang signifikan antara pola mendengarkan
radio dengan aspek afektif pendengar radio komunitas BeTe Radio. Hubungan yang signifikan antara pola mendengarkan dengan aspek afektif
pendengar radio komunitas BeTe Radio, menunjukkan bahwa tingkatan pola mendengarkan radio komunitas akan mempengaruhi tingkat afektif seseorang terhadap
radio komunitas itu sendiri. Sebagai contoh, kecilnya frekuensi dan durasi mendengarkan BeTe Radio seseorang, akan memberikan penilaian ‘kurang setuju’ atau
bahkan ‘sangat tidak setuju’ pada pernyataan “saya lebih memilih mendengarkan BeTe Radio untuk mengisi waktu luang saya” tercantum di kuisioner penelitian. Begitu pun
sebaliknya, besarnya frekuensi dan durasi mendengarkan BeTe Radio seseorang, akan
memberikan penilaian ‘setuju’ atau bahkan ‘sangat setuju’ pada pernyataan “saya menyukai isi siaran dari BeTe Radio’ tercantum di kuisioner penelitian.
6.2.2 Hubungan Pola Mendengarkan BeTe Radio dengan Jaringan Sosial
Data hubungan pola mendengarkan radio dengan tingkat jaringan sosial pendengar radio komunitas secara ringkas disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17. Hubungan Pola Mendengarkan Radio dengan Jaringan Sosial
Pola Mendengarkan Jaringan Sosial
Total Rendah
Tinggi Rendah
13 8
21
Tinggi
2 7
9
Total 15
15 30
Ket: nilai signifikansi = 0,048
Jumlah responden dengan pola mendengarkan rendah dan memiliki tingkat jaringan sosial yang rendah sebanyak 13 orang, dan untuk tingkat jaringan sosial yang
tinggi sebanyak delapan orang. Sedangkan untuk responden dengan pola mendengarkan tinggi dan memiliki tingkat jaringan sosial yang rendah hanya berjumlah dua orang saja,
dan untuk tingkat jaringan sosial yang tinggi sebanyak tujuh orang. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 0,0480,05 menunjukan ada hubungan yang signifikan antara
pola mendengarkan radio dengan jaringan sosial pendengar radio komunitas BeTe Radio.
Hubungan yang signifikan antara pola mendengarkan dengan jaringan sosial pendengar radio komunitas BeTe Radio, menunjukkan bahwa berbedanya tingkatan
pola mendengarkan seseorang maka akan mempengaruhi tingkat kekuatan jaringan sosial seseorang. Sebagai contoh, orang yang lebih sering medengarkan dan mengikuti
kegiatan-kegiatan radio komunitas BeTe Radio, cenderung mempunyai jaringan yang luas dan mempunyai kenalan baru dalam tiap kegiatan yang diikuti, seperti kegiatan
olahraga pemuda antar RW Kelurahan Tegal Gundil, kumpul karangtaruna se- Kelurahan Tegal Gundil, bahkan seperti acara besar yang diadakan untuk memeriahkan
hari jadi Kota Bogor dengan tujuan untuk mempererat tali silahturahmi masyarakat Kelurahan Tegal Gundil.
6.3 Harapan Pendengar Terhadap Radio Komunitas BeTe Radio