Penilaian Format Siaran POLA MENDENGARKAN RADIO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

lainnya seperti ajakan teman, mengetahui kegiatan tersebut dari pamflet dan koran BeTe, serta karena memang rutinitas yang telah ada. Pola mendengarkan radio komunitas BeTe Radio dikategorikan menjadi rendah dan tinggi. Penentuan rendah dan tingginya pola mendengarkan ditentukan dengan jumlah skor variabel frekuensi mendengar, durasi mendengar, pilihan program, dan keikutsertaan dalam kegiatan. Hasil data survei pola mendengarkan radio komunitas disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Pola Mendengarkan Remaja Pendengar Bete Radio dalam jumlah dan persen Pola Mendengarkan Jumlah orang Persentase Rendah 21 70 Tinggi 9 30 Total 30 100 Sebagian besar responden memiliki tingkat pola mendengarkan radio komunitas BeTe Radio yang rendah, yaitu sebanyak 70 persen responden berada pada kategori pola mendengarkan rendah, dan hanya 30 persen responden dengan pola mendengarkan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa remaja RW 10 kurang tertarik untuk mendengarkan radio komunitas BeTe Radio, kenyataan ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kurang interaktifnya penyiar BeTe Radio, tingkat kedekatan pengelola atau penyiar yang rendah dengan pendengar, kurangnya durasi siaran BeTe Radio yang biasanya hanya berkisar 4 hingga 6 jam per hari, dan jadwal program siaran yang belum tersusun dengan baik.

5.2 Penilaian Format Siaran

Penilaian format siaran merupakan variabel yang akan dilihat dari pandangan pendengar terhadap radio komunitas BeTe Radio. Penilaian format siaran terdiri dari dua variabel penelitian, yaitu penilaian pendengar atas proksimitas penyiar radio dan penilaian penyajian informasi dalam siaran. Dalam penelitian ini, akan dilihat apakah penilaian pendengar atas proksimitas penyiar radio komunitas BeTe Radio mempunyai hubungan dalam mempengaruhi tingkat pola mendengarkan radio. Begitu juga dengan variabel penilaian penyajian informasi dalam siaran, penelitian ini melihat apakah interaktif atau tidak interakatifnya penyiar radio komunitas dalam menyiarkan isi siaran radio mempunyai hubungan dalam mempengaruhi tingkat pola mendengarkan radio atau tidak. Data penjabaran penilaian format siaran berdasarkan pandangan pendengar radio komunitas BeTe Radio di RW 10 disajikan dalam Tabel 8. Tabel 8. Penilaian Remaja Pendengar Bete Radio Terhadap Format Siaran Bete Radio dalam jumlah dan persen Format Penyiaran Jumlah orang Persentase Penilaian Pendengar atas Proksimitas Penyiar Radio Tidak Dekat 22 73,3 Dekat 8 26,7 Penilaian Penyajian Informasi dalam Siaran Tidak Interaktif 16 53,3 Interaktif 14 46,7 Terdapat 73,3 persen responden pendengar radio komunitas BeTe Radio tidak mempunyai hubungan yang dekat baik dengan pengelola atau pun penyiar BeTe Radio, dan 26,7 persen responden memiliki hubungan yang dekat dengan pengelola atau penyiar BeTe Radio. Hal ini menunjukkan bahwa kedekatan fisik antara warga RW 10 dengan studio BeTe Radio, belum tentu menunjukkan adanya kedekatan antara pendengar BeTe Radio di RW 10 dengan pengelola atau penyiar BeTe Radio. Penyajian informasi dikategorikan menjadi interaktif dan tidak interaktif. Pandangan responden terhadap penyajian informasi yang tidak interaktif sebesar 53,3 persen, dan 46,7 persen untuk responden yang menilai penyajian informasi BeTe Radio adalah interaktif. Perbedaan yang tidak terlalu signifikan antara interaktif dan tidak interaktif disebabkan karena ingatan responden terhadap penyiar radio yang pernah mereka dengar, sedangkan penyiar yang ada di radio komunitas BeTe Radio sering melakukan pergantian. Tidak tetapnya penyiar radio komunitas ini menyebabkan perbedaan tingkat interaktif antar penyiar, sehingga pendengar yang menyatakan penyiar BeTe Radio tidak interaktif, belum tentu merupakan penyiar yang sama dengan penyiar yang dianggap interaktif oleh pendengar lainnya. 5.3 Hubungan Karakteristik Pendengar dengan Pola Mendengarkan Radio 5.3.1 Hubungan Jenis Kelamin dengan Pola Mendengarkan Radio Terdapat empat variabel karakteristik individu yang diuji hubungannya dengan variabel pola mendengarkan radio komunitas. Keempat variabel tersebut mencakup variabel kategori usia remaja, variabel jenis kelamin, variabel keterdedahan media, dan variabel jenis kegiatan utama. Hubungan karakteristik pendengar dengan pola mendengarkan radio di uji dengan menggunakan uji Crosstab Chi-Square. Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah jenis kelamin yang berbeda diikuti dengan tingkat pola mendengarkan radio komunitas yang berbeda juga. Adapun data hubungan jenis kelamin dengan pola mendengarkan radio secara ringkas disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Hubungan Jenis Kelamin dengan Pola Mendengarkan Radio Jenis Kelamin Pola Mendengarkan Total Rendah Tinggi Laki-Laki 9 6 15 Perempuan 12 3 15 Total 21 9 30 Ket: p-value Chi-Square = 0,232 Sebanyak sembilan orang responden laki-laki memiliki tingkat pola mendengarkan radio yang rendah, dan enam orang responden laki-laki memiliki tingkat pola mendengarkan radio yang tinggi. Pada responden perempuan, terdapat 12 orang yang memiliki tingkat pola mendengarkan radio rendah, dan tiga orang perempuan yang memiliki tingkat pola mendengarkan radio tinggi. Karena p-value 0.232 0.05 maka terima H0 dan disimpulkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara jenis kelamin dan pola mendengarkan, yang artinya jenis kelamin yang berbeda tidak mempengaruhi tingkat pola mendengarkan radio komunitas yang berbeda pula. Hubungan yang tidak signifikan antara jenis kelamin dengan pola mendengarkan radio disebabkan oleh tidak adanya kesibukan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan dalam kesehariannya, laki-laki dan perempuan yang berusia 17 tahun kebawah dimana sebagian besar adalah pelajar. Oleh karena mereka menghabiskan waktu dari pagi sampai sore di sekolah, mereka tidak mempunyai waktu luang untuk mendengarkan radio. Selain itu pada waktu sore hingga malam hari, para remaja lebih senang memanfaatkan waktu luangnya untuk menonton televisi dibanding mendengarkan radio. Begitu pula dengan mereka yang tergolong remaja akhir 18-21 tahun, dimana kesibukan laki-laki dan perempuan cenderung tidak jauh berbeda dan kebanyakan dari mereka mempunyai kesibukan yang sama. Hal ini dikarenakan pendengar radio komunitas secara khusus memang difokuskan pada tingkat remaja. Pada umumnya, pola hidup remaja tidak terlalu terlihat berbeda antara laki-laki dan perempuan. Berkumpul bersama, belajar, membantu orang tua, jalan-jalan, dan sebagainya menjadi kegiatan rutin yang biasa dilakukan oleh remaja setiap harinya. Sama halnya dengan remaja di RW ini, kesibukan utama yang terlihat adalah karangtaruna, dimana para remaja laki-laki dan perempuan secara bersama merancang dan mengolah kegiatan yang ditujukan untuk peningkatan kepedulian remaja pada daerah tempat tinggalnya sendiri. Radio komunitas BeTe Radio tidak mempunyai program khusus yang ditujukan bagi laki-laki dan perempuan. Program siaran radio komunitas BeTe Radio bersifat umum yang didalamnya terdapat muatan informasi umum, hiburan, pendidikan, dan pengetahuan serta informasi khusus mengenai komunitas. Tidak adanya hubungan signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam mendengarkan radio komunitas dicontohkan melalui program request bebas. Laki-laki dan perempuan sama-sama berpartisipasi dalam permintaan lagu, sekaligus menyampaikan salam untuk para pendengar lainnya. Begitu pun dengan program Berita Tegal Gundil, baik laki-laki dan perempuan dapat mendengarkan berita dikarenakan berita yang disampaikan bersifat umum mengenai Kelurahan Tegal Gundil.

5.3.2 Hubungan Kategori Usia Remaja dengan Pola Mendengarkan Radio

Hubungan kategori usia remaja dengan pola mendengarkan radio secara ringkas disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Hubungan Kategori Usia Remaja dengan Pola Mendengarkan Radio Kategori Usia Remaja Pola Mendengarkan Total Rendah Tinggi Remaja Awal 10 10 Remaja Menengah 8 2 10 Remaja Akhir 3 7 10 Total 21 9 30 Ket: p-value Chi-Square = 0,002 Seluruh responden yang tergolong dalam usia remaja awal memiliki pola mendengarkan rendah. Pada golongan remaja menengah terdapat delapan orang yang memiliki pola mendengarkan rendah, dan dua orang dengan tingkat pola mendengarkan tinggi. Sedangkan untuk golongan remaja akhir, hanya terdapat tiga orang yang memiliki pola mendengarkan rendah, sisanya sebanyak tujuh orang memiliki pola mendengarkan tinggi. Karena p-value 0.002 0.05 maka tolak H0 dan disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan pola mendengarkan, yang artinya tiap golongan usia yang berbeda mempengaruhi tingkat pola mendengarkan radio komunitas yang berbeda pula. Remaja awal yang umumnya terdiri dari pelajar SMP Sekolah Menengah Pertama, belum memiliki ketertarikan untuk mendengarkan radio komunitas, umumnya mereka hanya sebatas mengetahui adanya radio komunitas BeTe Radio di Kelurahan Tegal Gundil, namun belum sepenuhnya menjadi pendengar setia atau aktif. Hal ini dikarenakan selain belum munculnya kesadaran keingintahuan mengenai informasi terkait Kelurahan Tegal Gundil, radio komunitas BeTe Radio juga tidak menyediakan program khusus untuk segmen pelajar SMP atau sederajat. Program-program yang bersifat informasi mengenai Kelurahan Tegal Gundil yang disiarkan menjadikan para pelajar SMP kurang tertarik untuk mendengarkan radio komunitas ini, sedangkan program-program yang bersifat umum seperti hiburan, request lagu, dan curhat kurang berjalan efektif, untuk kumpulan lagu yang dimiliki radio komunitas ini sendiri juga dinilai kurang update oleh para responden yang tergolong remaja awal. Begitu pun untuk remaja menengah yang sebagian besar juga memiliki pola mendengarkan yang rendah, remaja menengah yang umumnya pelajar SMA Sekolah Menengah Atas tidak jauh berbeda penyebabnya dengan remaja awal atau pelajar SMP, namun ada beberapa responden yang terkadang mengikuti kegiatan radio komunitas BeTe Radio, seperti kumpul karangtaruna dan panitia acara remaja di Kelurahan Tegal Gundil. Keikutsertaan dalam beberapa kegiatan ini secara tidak langsung diakui oleh beberapa responden remaja menengah mempengaruhi mereka dalam peningkatan aspek frekuensi dan durasi mendengar mereka terhadap radio komunitas BeTe Radio. Responden yang tergolong remaja akhir, sebanyak 70 memiliki pola mendengarkan yang tinggi. Selain dari kesibukan mereka yang tidak lagi berkutat dalam kegiatan persekolahan, responden remaja akhir lebih banyak menghabiskan waktu mereka dirumah dan berkumpul di “Perpustakaan KALAM”. Walaupun bukan bagian dari pengelola radio, para remaja akhir ini sering berpartisipasi dalam kegiatan yang diadakan oleh komunitas BeTe Radio, seperti bekerja sambilan di “Perpustakaan KALAM” yang didalamnya terdapat perpustakaan dan kafe kecil yang ditujukan untuk masyarakat umum. Responden yang tergolong remaja akhir ini juga memiliki tingkat frekuensi dan durasi mendengar yang lebih besar dibanding responden yang tergolong remaja awal dan menengah, selain di sebabkan oleh beberapa hal yang telah disebutkan di atas, kebanyakan dari responden remaja akhir mempunyai tingkat kepedulian terhadap Kelurahan Tegal Gundil yang lebih tinggi dibanding golongan usia lainnya. Hal tersebut dapat terlihat dari antusiasme responden remaja akhir dalam mengikuti kegiatan-kegiatan kepemudaan yang diadakan oleh pemerintah setempat, serta aktif dalam kegiatan karangtaruna.

5.3.3 Hubungan Keterdedahan Media dengan Pola Mendengarkan Radio

Data hubungan keterdedahan media dengan pola mendengarkan radio secara ringkas disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Hubungan Keterdedahan Media dengan Pola Mendengarkan Radio Keterdedahan Media Pola Mendengarkan Total Rendah Tinggi Televisi 5 8 13 Televisi dan Surat Kabar 8 1 9 Televisi dan Majalah 8 8 Total 21 9 30 Ket: p-value Chi-Square = 0,004 Kategori responden yang hanya terdedah media televisi dengan tingkat pola mendengarkan rendah sebanyak lima orang, sedangkan delapan orang untuk tingkat pola mendengarkan tinggi. Untuk keterdedahan media televisi dan surat kabar, tingkat pola mendengarkan rendah sebanyak delapan orang, dan hanya satu orang yang memiliki tingkat pola mendengarkan tinggi. Sedangkan untuk seluruh responden dengan kategori keterdedahan media televisi dan majalah memiliki tingkat pola mendengarkan yang rendah, yaitu sebanyak delapan orang. Karena p-value 0.004 0.05 maka tolak H0 dan disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keterdedahan media dan pola mendengarkan, yang artinya tiap kategori keterdedahan media yang berbeda mempengaruhi tingkat pola mendengarkan radio komunitas yang berbeda pula. Hubungan yang signifikan antara keterdedahan media dan pola mendengarkan, sangat terlihat pada Tabel diatas, dimana responden yang terdedah media televisi dan surat kabar sebanyak 88,88 dari total keseluruhan sembilan responden, memiliki tingkat pola mendengarkan yang rendah. Begitu pun dengan responden yang terdedah media televisi dan majalah, sebanyak 100 dari total keseluruhan delapan responden, memiliki tingkat pola mendengarkan yang rendah. Pada umumnya responden dalam pencarian kebutuhannya akan informasi, pendidikan, dan hiburan akan terbagi-bagi waktu dan perhatiannya dalam menggunakan media massa. Oleh karenanya semakin banyak media massa yang digunakan atau dijadikan pilihan, maka akan berpengaruh pada pola mendengarkan seseorang. Hal ini lah yang menjadi salah satu faktor terdapatnya hubungan signifikan antara keterdedahan media dengan pola mendengarkan dalam penelitian ini. Selain itu para responden yang terdedah media massa surat kabar dan majalah mengaku bahwa berita yang ada pada kedua media cetak itu lebih update dan dapat dibaca berulang-ulang, lain halnya dengan sifat media massa radio yang tidak bisa diulangi siarannya sesuai keinginan pendengar. Berbeda hal nya dengan responden yang hanya terdedah media massa televisi, sebanyak 100 dari total keseluruhan delapan orang responden memiliki pola mendengarkan yang tinggi, kebanyakan dari responden memilih menggunakan media televisi hanya untuk beberapa program acara yang diinginkan saja dan untuk mengisi waktu luang mereka. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan informasi dan hiburan saat mereka melakukan aktifitas, seperti menjaga warung, mengerjakan pekerjaan rumah PR, berkumpul bersama teman-teman, mereka lebih memilih menggunakan media siaran radio, radio dinilai dapat didengarkan walaupun sedang mengerjakan pekerjaan sehari-hari.

5.3.4 Hubungan Jenis Kegiatan Utama dengan Pola Mendengarkan Radio

Data hubungan kepemilikan media dengan pola mendengarkan radio secara ringkas disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Hubungan Jenis Kegiatan Utama dengan Pola Mendengarkan Radio Jenis Kegiatan Utama Pola Mendengarkan Total Rendah Tinggi Pelajar 13 2 15 Bekerja Kantoran 2 2 Membantu Pekerjaan Orang Tua 5 1 6 Pengangguran 1 6 7 Total 21 9 30 Ket: p-value Chi-Square = 0,003 Kategori pelajar memiliki jumlah terbesar yang memiliki tingkat pola mendengarkan rendah dibandingkan dengan kategori pekerjaan lainnya, yaitu sebanyak 13 orang, dimana yang memiliki tingkat pola mendengarkan tinggi hanya dua orang. Untuk kategori bekerja kantoran yang berjumlah dua orang, seluruhnya berada pada taraf pola mendengarkan yang rendah. Kemudian untuk kategori membantu pekerjaan orang tua, terdapat lima orang dengan pola mendengarkan rendah, dan satu orang untuk pola mendengarkan tinggi. Kategori terakhir, yaitu pengangguran, hanya satu orang responden yang memiliki pola mendengarkan rendah dari total keseluruhan pada kategori ini sebanyak tujuh orang. Karena p-value 0.003 0.05 maka tolak H0 dan disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kegiatan utama dan pola mendengarkan radio, yang artinya tiap kategori jenis kegiatan utama yang berbeda mempengaruhi tingkat pola mendengarkan radio komunitas yang berbeda pula. Remaja awal dan menengah yang sebagian besar adalah pelajar, seperti hal nya yang telah dijelaskan pada sub bab hubungan usia dengan pola mendengarkan radio, mereka belum mempunyai ketertarikan terhadap radio komunitas BeTe Radio, mereka lebih memilih mendengarkan radio-radio swasta yang lebih sering memutarkan lagu- lagu yang terbaru tanah air dan luar negeri, serta membawakan berita-berita terkini mengenai remaja, seperti fashion, gosip artis dalam dan luar negeri, dan life style remaja terkini. Untuk responden yang bekerja kantoran, mereka mengaku tidak mempunyai waktu untuk mendengarkan radio selama jam kerja, yaitu dari jam 7.30 hingga 16.00, dan saat mereka kembali kerumah, mereka lebih senang memakai waktu luang untuk beristirahat dan menonton acara televisi kesukaan mereka, dan hanya sesekali mendengarkan radio komunitas BeTe Radio. Untuk variabel kategori jenis kegiatan utama responden membantu pekerjaan orang tua, hampir semua responden memiliki pola mendengarkan radio yang rendah. Kategori membantu pekerjaan orang tua disini termasuk didalamya seperti membantu orang tua dalam berjualan makanan di warung makan, pengrajin kerajinan sulam pita, dan menjaga warung. Selanjutnya, untuk responden yang membantu orang tua dalam berjualan makanan, responden mengaku selama dia melakukan aktifitas pekerjaan tersebut, media siaran televisi selalu disajikan untuk para konsumen di warung makan tersebut, sehingga kecil kemungkinan untuk sang responden mendengarkan radio. Begitu pun untuk responden yang membantu orang tuanya dalam membuat kerajinan sulam pita, pengrajin sulam pita yang sebagian besar terdiri dari kalangan ibu-ibu ini, lebih senang memutar lagu-lagu sunda, dangdut, dan pop ketimbang mendengarkan radio dalam tiap kegiatan membuat kerajinan tersebut, sehingga responden yang tergolong dalam usia remaja menengah dan akhir yang menjadi pengrajin juga mengikuti keinginan ibu-ibu untuk mendengarkan lagu- lagu tersebut. Lain halnya dengan kategori pengangguran, kebanyakan dari mereka sedang mencari pekerjaan, namun dalam kesehariannya tidak ada kegiatan rutin yang dilakukan. Mereka mengaku lebih senang melakukan waktu luangnya dengan mendengarkan radio komunitas untuk mendapatkan hiburan, serta menambah wawasan, terutama berita-berita terkait Kelurahan Tegal Gundil dan informasi-informasi kegiatan kepemudaan. 5.4 Hubungan Penilaian Format Siaran dengan Pola Mendengarkan Radio 5.4.1 Hubungan Penilaian Penyajian Informasi dalam Siaran dengan Pola Mendengarkan Radio Data hubungan penilaian penyajian informasi dalam siaran dengan pola mendengarkan radio secara ringkas disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Hubungan Penilaian Penyajian Informasi dalam Siaran dengan Pola Mendengarkan Radio Penilaian Penyajian Informasi dalam Siaran Pola Mendengarkan Total Rendah Tinggi Tidak Interaktif 14 2 16 Interaktif 7 7 14 Total 21 9 30 Ket: nilai signifikansi = 0,025 Responden yang menilai penyajian informasi radio komunitas BeTe Radio tidak interaktif diketahui memiliki pola mendengarkan yang rendah sebanyak 14 orang, sedangkan untuk pola mendengarkan yang tinggi sebanyak dua orang. Untuk responden yang menilai penyajian informasi radio komunitas BeTe Radio interaktif, diketahui sebanyak tujuh orang memiliki pola mendengarkan yang rendah, begitupun responden yang memiliki pola mendengarkan yang tinggi juga sebanyak tujuh orang. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 0,0250,05 menunjukan ada hubungan signifikan antara penyajian informasi BeTe Radio dengan pola mendengarkan radio. Hubungan antara penyajian informasi siaran radio dengan pola mendengarkan radio komunitas jelas terlihat pada sebaran penyajian informasi tidak interaktif, dimana semakin tidak interaktif, maka akan berpengaruh pada pola mendengarkan radio yang rendah. sebanyak 14 orang responden yang menilai radio komunitas BeTe Radio tidak interaktif memiliki durasi dan frekuensi mendengarkan radio tersebut menjadi rendah, dengan demikian secara tidak langsung mereka tidak mengetahui pemberitahuan kegiatan acara yang disiarkan melalui radio komunitas, sehingga umumnya mereka tidak mengikuti kegiatan yang diadakan oleh radio komunitas, seperti bermain futsal antar pemuda RW Kelurahan Tegal Gundil, dan semacamnya. Namun lainnya hal dengan kegiatan yang bersifat rutinitas seperti kumpul karangtaruna RW tiap minggunya, dan kumpul karangtaruna antar RW Kelurahan Tegal Gundil tiap bulannya. Responden yang menilai penyajian informasi dalam siaran radio komunitas BeTe Radio sudah cukup interaktif, menunjukkan jumlah yang sama dalam memiliki pola mendengarkan radio komunitas. Tidak semua yang menilai interaktifnya penyiaran radio komunitas BeTe Radio memiliki pola mendengarkan yang tinggi, artinya tidak semua reponden yang menilai penyajian informasi BeTe Radio interaktif memiliki tingkat partisipasi mengikuti kegiatan yang disiarkan radio komunitas, durasi mendengar, serta frekuensi mendengar yang tinggi. Beberapa faktor yang mengakibatkan hal ini terjadi ialah, pertama, beberapa responden hanya menilai berdasarkan ingatan saat mereka sedang mendengarkan BeTe Radio. Kedua, adanya beberapa penyiar BeTe Radio yang responden kenal dalam ranah pertemanan sehari- hari, dan menilai berdasarkan pergaulan sehari-hari antara responden dengan penyiar tersebut, bukan berdasarkan saat penyiar radio tersebut sedang melakukan siaran.

5.4.2 Hubungan Penilaian Pendengar atas Proksimitas Penyiar Radio dengan Pola Mendengarkan Radio

Data hubungan penilaian pendengar atas proksimitas penyiar radio secara ringkas disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Hubungan Penilaian Pendengar atas Proksimitas Penyiar Radio dengan Pola Mendengarkan Radio Penilaian Pendengar atas Proksimitas Penyiar Radio Pola Mendengarkan Total Rendah Tinggi Rendah Tidak Dekat 15 7 22 Tinggi Dekat 6 2 8 Total 21 9 30 Ket: nilai signifikansi = 0,730 Tingkat kedekatan antara responden dengan pengelola atau penyiar radio komunitas BeTe Radio lebih cenderung pada tingkat kedekatan yang rendah atau dengan kata lain tidak dekat. Dari total 22 orang responden dengan tingkat kedekatan yang rendah, sebanyak 15 orang memiliki pola mendengarkan radio yang rendah, dan tujuh orang memiliki pola mendengarkan yang tinggi. Sedangkan dari total delapan orang responden dengan tingkat kedekatan yang tinggi, sebanyak enam orang memiliki pola mendengarkan radio yang rendah, dan dua orang memiliki pola mendengarkan yang tinggi. Nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 0,7300,05 menunjukan tidak ada hubungan signifikan antara penyajian informasi BeTe Radio dengan pola mendengarkan radio. Jumlah responden dengan tingkat kedekatan yang rendah lebih banyak dibandingkan dengan responden dengan tingkat kedekatan yang tinggi, hal ini disebabkan tidak tentunya penyiar dari BeTe Radio, BeTe Radio mempunyai prinsip bahwa siapapun warga yang ingin siaran, baik itu warga Kelurahan Tegal Gundil ataupun diluar warga Kelurahan Tegal Gundil dapat melakukan siaran di radio komunitas ini, bahkan beberapa pelajar SMP dan SMA pernah menjadi penyiar walaupun hanya beberapa kali siaran. Selain itu, juga ada pergantian kepengurusan BeTe Radio tiap tahunnya, sehingga responden yang mengenal kepengurusan lama belum tentu mengenal kepengurusan yang baru. Tidak terlihat adanya perbedaan yang siginifikan pada Tabel 6, dimana kedekatan yang dekat dan tidak dekat sama-sama memiliki jumlah responden yang dominan dengan pola mendengarkan rendah, menunjukkan belum tentu dengan semakin tinggi kedekatan pendengar dengan pengelola atau penyiar BeTe Radio, menjadikan pendengar lebih sering mendengarkan radio komunitas BeTe Radio. Hal ini disebabkan beberapa faktor, seperti yang diakui beberapa responden, walaupun mereka mengenal penyiar BeTe Radio, namun mereka akui bahwa pembawaan siaran masih kurang interaktif, dan juga seperti yang telah dijelaskan dalam pembahasan variabel penelitian lainnya, responden menilai informasi yang disiarkan BeTe Radio kurang menarik, dan lagu-lagunya yang kurang update.

BAB VI PERILAKU REMAJA SERTA HARAPAN DALAM

Dokumen yang terkait

Strategi Dakwah Islam Radio Komunitas Santri (studi kasus pondok pesantren Ummul Quro Al-Islami) Bogor Jawa Barat

3 27 134

Persepsi Petani Terhadap Siaran Pertanian DiRadio Fiska Fm Bogor : (Kasus Petani di Desa Sukamulya Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat)

0 3 73

Evaluasi Keberhasilan Kelompok Belajar Paket A (Studi Kasus di Kelurahan Babakan, Kecamatan Bogor Utara, Kotamadya Bogor, Jawa Barat)

0 21 129

Analisis Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Dalam Membeli Susu Formula (Studi Kasus di Kelurahan Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Utara, Kotamadya Bogor)

0 9 5

Sikap, Preferensi, dan Loyalitas Konsumen Terhadap Susu Formula (Studi Kasus di Kelurahan Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Utara, Kotamadya Bogor, Propinsi Jawa Barat)

0 7 4

Perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah (Kasus masyarakat Kelurahan Gunung Batu, Kecamatan bogor Barat, Kota Bogor dan Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 12 117

Motivasi dan Perilaku Menonton serta Penilaian Khalayak Terhadap Program Acara Televisi Lokal (Kasus Pemirsa Megaswara TV di RW 01 Kelurahan Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor dan RW 17 Kelurahan Tegal Gundil Kecamatan Bogor Utara, Kota Bo

0 3 204

Motivasi dan Kepuasan Remaja Terhadap Televisi Lokal (Kasus Pemirsa Megaswara TV di Kelurahan Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 3 149

Partisipasi, Keterdedahan, dan Kepuasan Pendengar Radio Komunitas R-One Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor

0 16 80

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu-Ibu Terhadap Pencegahan Kanker Serviks Di Kelurahan Tegal Gundil Kota Bogor.

0 0 27