disfungsi pharyngeal yang berat sedangkan jika terjadi ganguan pada hemisfer kiri terjadi pemanjangan waktu terhadap respon pre faringeal atau
gangguan pada fase oral. Pada penelitian ini tidak dijumpai perbedaan yang bermakna lateralisasi karna hanya menilai apakah terdapat gangguan
menelan karna gangguan pada hemisfer kiri atau kanan terjadi gangguan menelan tanpa menilai gangguan menelan pada fase – fase nya. Daniel K
1999 mengatakan bahhwa substansi neuroanatomikal yang memfasilitasi koordinasi lidah saat proses menelan belum sepenuhnya dimengerti, pada
penelitiannya ini dijumpai bahwa pada pasien dengan unilateral stroke lebih banyak dijumpai gangguan pada lidah pada pasien stroke yang mengenai
hemisfer kiri dibanding dengan pasien pada hemisfer kanan, karena presentral kortek lateral yang berfungsi untuk pergerakan lidah dan wajah dan
bagian kortek motorik seperti suplementary motor, primary motor, dan koneksi motor pada subkortek lebih sering dihubungkan dengan gangguan
koordinasi pada lidah dibandingkan dengan daerah kortek posterior. Adanya kecendrungan membedakan grup anterior dan posterior, pada sejumlah lesi
yang terletak pada bagian posterior selalu diidentifikasi pada pasien tanpa ada gangguan koordinasi lidah dibandingkan pada pasien dengan gangguan
koordinasi lidah pada proses menelan. Dengan demikian bagian kortek anterior lebih penting dibandingkan bagian posterior didalam memediasi
kontrol motorik pada lidah.
IV.2.2.3. Hubungan antara Subtipe Stroke dengan Pneumonia
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini menunjukan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara subtipe stroke dengan kejadian pneumonia, subtipe stroke yaitu
iskemik dengan hemoragik dengan p0,163 dan mempunyai korelasi yang positif dengan kekuatan hubungan sangat lemah r=0,161 dengan kejadian
pneumonia. Hal ini sesuai dengan penelitian Martino R dkk 2005 menyatakan bahwa insidensi pneumonia atau disfagia tidak berhubungan
dengan subtipe stroke iskemik atau hemoragik p 0,05. Pada penelitian Baroni dkk 2012 menyatakan tipe stroke iskemik dan stroke hemoragik tidak
berhubungan dengan ada atau tidaknya disfagia, hal ini disebabkan karena gangguan neurulogi yang terjadi pada pasien stroke hemoragik dan iskemik
ditentukan oleh lokasi dan luas lesi, pada penelitian ini mmengatakan adanya disfagia dan aspirasi akan meningkatkan terjadi pneumonia. Jumlah pasien
disfagia yang menderita pnemonia adalah
IV.2.2.4. Hubungan antara Subtipe Stroke dengan Mortalitas
Penelitian ini menunjukan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara subtipe stroke dengan kejadian mortalitas, subtipe stroke yaitu iskemik
dengan hemoragik dengan p0,06 dan mempunyai korelasi yang positif dengan kekuatan hubungan lemah r = 0,349 dengan kejadian pneumonia.
Hal ini sesuai dengan penelitian Martino R dkk 2005 menyatakan bahwa insidensi pneumonia dan stroke yang berat seperti menimbulkan kematian
tidak berhubungan dengan subtipe stroke iskemik atau hemoragik. Hal ini sesuai dengan penelitian Baroni dkk 2012 menyatakan tipe stroke iskemik
dan stroke hemoragik tidak berhubungan dengan ada atau tidaknya disfagia,
Universitas Sumatera Utara
hal ini disebabkan karena gangguan neurulogi yang terjadi pada pasien stroke hemoragik dan iskemik ditentukan oleh lokasi dan luas lesi, dan pada
penelitian ini menyatakan mortalitas ditemukan lebih tinggi pada pasien yang mengalami disfagia, yang dihubungkan dengan terjadinya aspirasi
pneumonia, pasien disfagia mempunyai resiko kematian 3 kali lebih tinggi dibandingkan pasien non disfagia.
IV.2.2.5. Hubungan antara Teritori Vaskular dengan Pneumonia