gemifloksasin atau levofloksasin atau beta-laktam dengan macrolide. Alternatif lainnya ceftriakson dan dosisiklin sebagai pengganti macrolide.
- Fisioterapi chest therapy dengan spirometri, inhalasi ritmik dan menepuk – nepuk dada PERDOSSI, 2011 .
II.4.5.1. Faktor Yang Mempengaruhi Pneumonia Pada Penderita Stroke.
Chumber, dkk, 2010 melakukan penelitian dan menghasilkan tiga level sistem skor untuk memprediksi terjadinya pneumonia pada stroke akut.
Faktor–faktor yang dapat memprediksi terjadinya pneumonia pada penelitiannya meliputi adanya riwayat menderita pneumonia nilai 4, disfagia
nilai 4, nilai NIHSS yang tinggi pada saat masuk NHISS ≥ 2 nilai 3,
penurunan kesadaran nilai 3 dan usia lebih dari 70 tahun nilai 2. Kemudian membagi menjadi 3 level, yaitu : nilai 0 memiliki resiko rendah terjadinya
pneumonia pada fase akut 2,1, nilai 1-3 memilki resiko sedang 4,2 dan nilai
≥ 3 resiko tinggi 22,9 Chumbler HC, dkk, 2010 Penelitian Sellars, dkk, 2007 menghasilkan bahwa faktor – faktor berikut :
usia 65 tahun, disartria atau tidak dapat berbicara karena afasia, skor modified Rankin Scale
≥ 4, skor Abbreviated Mental Test 8 dan ketidak mampuan melakukan tes menelan air, jika ditemukan 2 atau lebih akan
mendapatkan pneumonia dengan sensitifitas 90,9 dan spesifisitas 75,6 Sellars, dkk, 2007
Penelitian Martino, dkk, 2005 menyatakan bahwa disfagia juga merupakan prediktor dari terjadinya pneumonia pada penderita stroke, dimana penderita
yang disfagia sangat rentan terjadinya aspirasi, sehingga resiko terjadinya pneumonia semakin besar Martino, dkk, 2005
Universitas Sumatera Utara
II.5. Screening Test Untuk Disfagia Disfagia sering terjadi pada penderita stroke, yang akan meningkatkan resiko
aspirasi dan pneumonia. Screening menelan merupakan langkah awal untuk mengidentifikasi resiko disfagia dan aspirasi. Deteksi awal dari disfagia
memungkinkan tindakan yang segera dalam penatalaksanaan, sehingga menurunkan morbiditas, masa rawatan dan biaya perawatan pasien Daniels
SK, 2012 Tes menelan air sebaiknya digunakan sebagai screening resiko terjadinya
aspirasi pada penderita stroke. Cara melakukannya sebagai berikut : - Penderita stroke yang akan dilakukan tes screening menelan harus bisa
duduk tegak dan sadar setidaknya selama 15 menit. Jika tidak maka tes tidak dapat dilakukan dan penderita tidak diperbolehkan makan minum dari mulut.
- Periksa apakah rongga mulut penderita bersih atau tidak. Jika kotor, maka segera bersihkan.
- Dudukkan penderita dan berikan satu sendok air sebanyak 3 kali. Letakkan jari di garis tengah dibawah laring dan rasakan saat penderita menelan.
Kemudian perhatikan apakah ada tanda – tanda ketidak mampuan menelan, batuk, tersedak atau perubahan kualitas suara suruh penderita menyebut
“aah” . Jika ada tanda – tanda tersebut maka penderita tidak diperbolehkan makan minum dari mulut.
- Selanjutnya penderita disuruh minum segelas air dan diamati tanda – tanda seperti sebelumnya. Jika ada tanda – tanda tersebut maka penderita tidak
diperbolehkan makan minum dari mulut. - Jika hal tersebut dapat dilakukan penderita stroke maka makanan minuman
dapat diberikan melalui mulut Daniels SK, 2012.`
Universitas Sumatera Utara
I.6 Kerangka Teori
II.7 Kerangka Konsep
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
III.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Departemen Neurologi FK – USU RSUP H.Adam
Malik Medan dari tanggal 2 April 2014 sd 2 Desember 2014.
III.2 Subjek Penelitian Subjek penelitian diambil dari populasi pasien di rumah sakit. Penentuan
subjek penelitian dilakukan menurut metode sampling konsekutif
III.2.1 Populasi Sasaran Semua penderita stroke akut yang ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan
CT Scan kepala
III.2.2 Populasi Terjangkau
Semua penderita stroke akut yang dirawat di ruang rawat inap neurologi FK USU RSUP H. Adam Malik Medan.
III.2.3 Besar Sampel
=
Za = derivate baku alfa berdasarkan nilai yang telah ditentukan
α = 0,05 Za = 1,96 Zβ = derivate baku beta = 0,842
P
1
= 0,21 Q
1
= 0,79 P
1
- P
2
= 0,2
Universitas Sumatera Utara
P
2
=0,01 P = proporsi total = P
1
+P
2
2 Q = 1 – P
1 =
N
1
= 37,21 = 38 Dibutuhkan minimal 50 kasus. sampel.
.
III.2.4 Kriteria Inklusi III.2.4.1 Kriteria Inklusi pasien disfagia
1. Penderita stroke akut yang dirawat diruang rawat inap RSUP H. Adam Malik dan telah dilakukan pemeriksaan klinis dan CT – Scan kepala
2. Memberikan persetujuan ikut dalam penelitian. 3. Mengerti bahasa indonesia
III.2.5 Kriteria Eksklusi 1. Penderita stroke akut yang pada saat masuk telah menderita pneumonia
2. Penderita stroke akut yang pada saat masuk telah menderita infeksi lainnya TB paru, bronkiektasis terinfeksi, jamur paru, abses paru, sarkoidosis
III.3 Batasan Operasional
Universitas Sumatera Utara
Stroke adalah suatu episode disfungsi neurologi akut disebabkan oleh
iskemik atau perdarahan berlangsung 24 jam atau meninggal, tapi tidak memiliki bukti yang cukup untuk diklasifikasikan Sacco dkk, 2013.
Fase akut stroke adalah jangka waktu antara awal mula serangan
stroke berlangsung sampai 1 minggu Misbach, 1999
Pneumonia adalah sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan
oleh mikroorganisme bakteri, virus, jamur, parasit. Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. Pneumonia
ditegakkan berdasarkan foto torak. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003.
Disfagia adalah suatu gangguan menelan yang berkaitan dengan
kesulitan dalam memindahkan makanan cairan dari mulut ke lambung Heart and Stroke Foundation of Ontario, 2006
Teritori vaskular adalah suatu area dari jaringan yang menerima darah
dari pembuluh darah tunggal atau satu kelompok pembuluh darah Vega J, 2008. Klassifikasi Bamford 1992 membagi stroke iskemik berdasarkan
gambaran klinis saja yang dibagi atas 4 kelompok yaitu: TACI, PACI, LACI, POCI yang dapat dijadikan pegangan adalah pada TACI diagnosa ditentukan
dengan trias : hemiparesis, disfasia atau gangguan fungsi luhur lainya, dan homonymous hemianopsia. Pada PACI ditemukan jika ada dua dari gambaran
klinis pada TACI atau defisit sensorik atau motorik sebagian misalnya hanya mengenai tangan saja dan LACI dikatakan jika ditemukan gangguan motorik
murni, sensorik murni atau ataksia hemiparesis sedangkan pada POCI ditemukan adanya gangguan batang otak, serebellum, atau hanya ditemukan
homonymous hemianopsia saja Misbach, J.2009
Universitas Sumatera Utara
Distribusi anatomi adalah klassifikasi berdasarkan kortek dan
subkortek. Pada kortek dibagi menjadi kortek dominan dan non dominan sedangkan pada subkortek dibagi menjadi basal ganglia, kapsula interna dan
brainstem..Sundar U, 2008
Sub tipe stroke adalah klasifikasi stroke dapat dibagi dua kategori
utama, yaitu stroke perdarahan dan stroke iskemik, dua kategori ini merupakan kondisi yang berlawanan, pada stroke hemoragik mengandung
darah yang banyak, sedangkan stroke iskemik terjadinya gangguan ketersediaan darah Gofir,2009
Mortalitas adalah sebuah akibat fatal, atau dalam satu kata kematian,
berasal dari kata mortal yang berasal dari bahasa latin “mors” artinya kematian Sundar U,2008
III.4 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan metode pengambilan
data secara potong lintang.
III.5 Pelaksanaan Penelitian III.5.1 Instrumen
Computed Tomography Scan CT Scan kepala : CT Scan yang digunakan adalah X- Ray CT System, merk Hitachi seri W 450.
Foto Toraks : menggunakan X –Ray Hitachi tipe P-O-105H-B dan tipe PM 155VCIIU51
III.5.2 Pengambilan Sampel
Universitas Sumatera Utara
Semua penderita stroke akut, sadar yang mengalami disfagia dan tidak
disfagia dilakukan screening tes menelan, masuk ke ruang rawat inap neurologi RSUP. H. Adam Malik Medan telah ditegakkan dengan anamnesa,
pemeriksaan neurologi dan pemeriksaan CT Scan kepala yang di ambil secara konsekutif dan yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak ada kriteria
eksklusi, kemudian dilakukan foto thorak dan kultur. Kemudian diamati jika muncul tanda – tanda pneumonia diamati hari ke 7 dan yang menentukan
pneumonia adalah dokter paru.
Universitas Sumatera Utara
III.5.3 Kerangka Operasional
III.5.4 Variabel yang diamati
Variabel bebas : Teritori vaskular, subtipe stroke
Variabel terikat : Pneumonia, mortalitas
Universitas Sumatera Utara
III.5.5 Analisa Statistik Data hasil penelitian akan dianalisa secara statistik dengan bantuan program
computer Windows SPSS Statistical Product and Science Service. Analisa dan penyajian data dilakukan sebagai berikut :
III.5.5.1. Untuk melihat gambaran karakteristik demografi stroke akut yang dirawat di ruangan rawat inap Neurologi RSUP. H. Adam Malik
Medan analisis deskriptif III.5.5.2. Untuk mengetahui hubungan teritori vaskular dengan kejadian
pneumonia dan mortalitas pada penderita stroke akut yang dirawat di ruangan rawat inap Neurologi RSUP. H. Adam Malik Medan uji
chi square III.5.5.3. Untuk mengetahui hubungan subtipe stroke dengan kejadian
pneumonia dan mortalitas pada penderita stroke akut yang dirawat di ruangan rawat inap Neurologi RSUP. H. Adam Malik Medan uji
chi square III.5.5.4. Untuk mengetahui hubungan volume lesi dengan kejadian
pneumonia pada penderita stroke akut dengan disfagia yang dirawat di ruangan rawat inap Neurologi RSUP. H. Adam Malik Medan uji
Spearman III.5.5.5. Untuk melihat hubungan distribusi anatomi pada penderita stroke
akut yang dirawat di ruangan rawat inap Neurologi RSUP. H. Adam Malik Medan uji chi square
Universitas Sumatera Utara
III..5.5.6.Untuk melihat hubungan gambaran hemiparesis pada penderita stroke akut yang dirawat di ruangan rawat inap Neurologi RSUP. H.
Adam Malik Medan uji chi square
BAB IV IV.1. HASIL PENELITIAN
IV.1.1. Karakteristik Subjek Penelitian