Definisi Epidemiologi Fisiologi proses menelan

II.3.1. Definisi

Disfagia didefinisikan adalah suatu kesulitan menelan, makanan tertahan di mulut, batuk setelah menelan dan merupakan komplikasi stroke yang sering. Disfagia yang dijumpai pada pasien stroke dihubungkan dengan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas seperti malnutrisi, dehidrasi dan infeksi paru Steinhagen V dkk, 2008.

II.3.2. Epidemiologi

Insidensi tahunan: 5-11 kasus per 1.000 orang dewasa; 15,0 -45 perlu di rawat dirumah sakit 1-4 kasus, dan 5,0-10 diobati di ICU. Insidensi paling tinggi pada pasien yang sangat muda dan usia lanjut. Mortalitas 5,0 -12 pada pasien yang dirawat di rumah sakit; 25,0 - 50 pada pasien ICU Jeremy, 2007. Di United States, insidensi untuk penyakit ini mencapai 12 kasus tiap 1.000 orang dewasa. Kematian untuk pasien rawat jalan kurang dari 1,0, tetapi kematian pada pasien yang dirawat di rumah sakit cukup tinggi yaitu sekitar 14,0 Alberta Medical Association, 2002. Di negara berkembang sekitar 10,0-20,0 pasien yang memerlukan perawatan di rumah sakit dan angka kematian diantara pasien tersebut lebih tinggi, yaitu sekitar 30,0-40,0 Sajinadiyasa, 2011.

II.3.3. Fisiologi proses menelan

Keberhasilan dalam proses menelan membutuhkan proses dan dinamik yang kompleks, yang melibatkan 5 pasang saraf dan 26 pasang otot- otot yang mengkordinasi dalam proses menelan. Kontrol menelan adalah multi dimensional, terdiri dari tiga level yakni: pada level pertama adalah Universitas Sumatera Utara brainstem merupakan pusat generator untuk kontrol menelan, pada level kedua adalah kontrol struktur dari subcortikal yaitu basal ganglia, hipotalamus, amygdala, dan mid brain, pada level ketiga adalah kontrol pusat menelan di kortikal suprabulbar. Tahapan menelan secara normal terbagi atas 4 fase yaitu: 1.Fase persiapan oral Untuk mengetahui petunjuk makanan, menelan, lingkungan, visual dan penciuman. Saat makanan masuk ke mulut, bibir dan lidah dapat merasakan dan rasa makanan tersebut di transmisikan ke brainstem. 2.Fase oral Makanan yang dikunyah bersatu dengan air liur bergerak pada rahang berkordinasi dengan pergerakan lidah dan pipi dan palatum, tulang hyoid, makanan disiapkan bentuk yang dapat dimasukan dengan mudah untuk proses menelan, lidah berfungsi mendorong makanan ke faring. Kesulitan atau kelemahan pada fase oral dapat terjadi akibat kelemahan otot atau gangguan saraf, gangguan pada fase oral ini bisa juga disebabkan penyakit gigi, penggunaan gigi palsu yang kurang tepat, gigi molar yang sudah copot, dan bisa juga disebabkan kelemahan lidah atau rahang, yang berkontribusi terhadap gangguan pada fase oral. 3.Fase faringeal Faring terdiri dari nasofaring dan orofaring. Fase ini mempunyai dua tujuan yakni berfungsi sebagai penghantar udara dan membawa makanan atau Universitas Sumatera Utara cairan dari mulut ke oseofagus. Faring terdiri dari otot otot konstriktor faring terdiri bagian superior, medial, dan anterior. Otot menelan faring didukung oleh nervus trigeminalis v, nervus fasialis VII, nervus glossofaringeal IX, nervus vagus X, nervus accesorius XI, nervus hypoglosus XII 4.Fase esofagal Setelah makanan memasuki oseofagus, peristaltik usus akan bergerak menurunkan makanan ke dalam perut yang melalui spingter bawah esofagus.Langdon C,2010 Gambar 5: Tahapan Menelan Dikutip dari : Langdon C. Dysphagia and infection respiratory in acute ischemic stroke. 2012. Sir Charles Gairdner Hospital and Curtin University of Technology Australia. Available from www.intechopen .com.

II.3.4. Hubungan Disfagia dengan Distribusi Lokasi Anatomi