Manfaat Langsung Direct Use Value

23 digunakan untuk memperkirakan nilai non guna non use value atau nilai guna pasif passive use value. Langsung meminta kepada individu atau masyarakat dan menyatakan kesediaan mereka untuk membayar jasa lingkungan yang spesifik berdasarkan skenario hipotetik. Menurut FAO 2000, penilaian berdasarkan preferensi Contingent Valuation adalah sebuah metode yang digunakan untuk melihat atau mengukur seberapa besar nilai suatu barang berdasarkan estimasi seseorang. CVM juga dapat diumpamakan sebagai suatu pendekatan untuk mengukur seberapa besar keinginan membayar Willingness to Pay, WTP dari responden terhadap keberadaan hutan mangrove dan bekantan yang ada di kawasan Delta Mahakam Kabupaten Kutai Kartanegara. CVM adalah metode valuasi teknik survey untuk menanyakan masyarakat tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditas yang tidak memiliki pasar seperti barang lingkungan Yakin 1997, jika pasarnya betul-betul tersedia atau ada cara-cara pembayaran seperti pajak diterapkan. Prinsip yang mendasar metode ini adalah bahwa bagi orang yang mempunyai preferensi yang benar tetap tersembunyi terhadap seluruh jenis barang lingkungan, kemudian diasumsikan bahwa orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mentranformasikan preferensi tersebut ke dalam bentuk nilai uang. Dalam hal ini diasumsikan bahwa orang tersebut akan bertindak nantinya seperti yang dikatakan ketika situasi hipotesis yang disodorkan kepadanya akan menjadi kenyataan pada masa yang akan datang. Asumsi dasar dari CVM adalah sebagai berikut: 1 individu-individu memahami benar pilihan-pilihan yang ditawarkan pada mereka dan bahwa mereka cukup mengerti atau tahu kondisi lingkungan yang akan dinilai, dan 2 apa yang dikatakan individu adalah sungguh-sungguh apa yang mereka lakukan jika pasar untuk barang lingkungan itu benar-benar terjadi. Keuntungan dari CVM yaitu sangat fleksibel karena dapat digunakan untuk memperkirakan semua nilai ekonomi. Namun, yang terbaik adalah dapat nilai untuk barang dan jasa yang mudah didentifikasi dan dipahami oleh pengguna dan yang yang dikonsumsi dalam unit diskrit misalnya pengguna hari rekreasi, bahkan jika tidak ada perilaku yang dapat diamati yang tersedia untuk menyimpulkan nilai-nilai lain yang berarti. CVM adalah metode yang paling banyak diterima untuk mengestimasi nilai ekonomi total total economic value, termasuk semua jenis nilai non guna non use value atau nilai guna pasif passive use value. CVM juga dapat memperkirakan nilai guna use value, serta nilai keberadaan existence value, nilai pilihanoption value dan nilai pewarisan bequest value. Menurut Fauzi 2004, pada metode pengukuran dengan teknik ini, responden diberi nilai rupiah kemudian diberi pertanyaan setuju atau tidak. Dalam operasionalnya untuk melakukan pendekatan CVM dilakukan beberapa tahapan kegiatan atau proses. Tahapan tersebut yaitu: 1. Membuat Hipotesis Pasar. Pada awal proses kegiatan CVM, terlebih dahulu membuat pasar hipotesis terhadap sumberdaya yang akan dievaluasi. Responden sebelumnya telah menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai persepsi terhadap jasa lingkungan hutan mangrove. Untuk membentuk pasar hipotesis ini yaitu reponden diminta 24 untuk mendengarkan pernyataan yang berisi kondisi hutan mangrove di kawasan Delta Mahakam Kabupaten Kutai kartanegara saat ini. Sekarang ini hutan mangrove yang setiap tahunnya mengalami penurunan luasan lahan,terjadinya konversi lahan hutan mangrove yang menjadi tambak dan pemukiman. Selanjutnya, responden diberi informasi tentang kondisi yang lebih jika tidak terjadinya hutan mangrove yang semakin berkurang tersebut. Berdasarkan pernyataan tersebut akan diperoleh prilaku responden dalam situasi hipotesis bukan dalam situasi riil. 2. Mendapatkan Nilai Penawaran Besarnya Nilai WTP Apabila alat survei telah dibuat, maka survei tersebut dapat dilakukan dengan wawancara langsung. Teknik yang digunakan dalam mendapatkan nilai penawaran pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode referendum atau discrete choice dischotomous choice. Responden diberi suatu nilai rupiah kemudian diberi pertanyaan setuju atau tidak. Metode ini lebih memudahkan responden dalam memahami maksud dan tujuan dari penelitian disbanding dengan metode yang lain. Metode ini juga memudahkan dalam mengklasifikasikan responden yang memiliki kecenderungan untuk membayar perbaikan lingkungan dengan responden yang tidak memiliki kecenderungan untuk membayar perbaikan lingkungan. 3. Menghitung Dugaan Rataan WTP Setelah survei dilaksanakan, tahapan berikutnya adalah memperkirakan dugaan nilai rataan dari WTP dari setiap responden. Nilai ini dihitung berdasarkan nilai penawaran yang diperoleh pada tahap dua. Perhitungan ini didasarkan pada nilai mean rataan dan nilai median nilai tengah. Apabila ada nilai yang sangat jauh dari menyimpang dari rata-rata, biasanya tidak dimasukkan ke dalam perhitungan. WTPi dapat diduga dengan menggunakan nilai tengah dari kelas atau interval kelas WTPi. Berdasarkan jawaban responden dapat diketahui bahwa WTPi yang benar berada antara jawaban yang dipilih batas bawah kelas WTP dengan WTP berikutnya batas atas kelas WTP. Dugaan rataan WTP dihitung dengan rumus: ��� = �� �� � �=1 Dimana : EWTP = Dugaan rataan WTP Wi = Nilai WTP ke-I batas bawah kelas Pfi = Frekuensi relatif n = Jumlah responden i = Responden ke-I yang bersedia membayar 4. Menentukan WTP Agregat atau WTP Total Penjumlahan Data Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai tengah penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. WTP agregat atau WTP total dapat digunakan untuk menduga WTP populasi secara keseluruhan. Setelah menduga nilai tengah WTP maka dapat diduga nilai WTP dari rumah tangga dengan menggunakan rumus :