Kerusakan Hutan Mangrove Total economic valuation of mangrove forest at Mahakam Delta Region Kabupaten Kutai Kartanegara of East Kalimantan
14
Tabel 2.1 Matriks hasil penelitian terdahulu
No. Judul Penelitian
PenilitiTahun Penelitian
Alat Analisis
Hasil Penelitian
1. Analisis
Ekonomi Pemanfaatan
Hutan Mangrove
Menjadi Tambak Tumpangsari
Studi Kasus: Desa Muara
Kecamatan Blanakan Kabupaten
Subang Yuana
Dwi Handayani 2004
TEV
NVP
BCA
Pengalihan fungsi hutan mangrove
menjadi tambak tumpangsari banyak disebabkan oleh meningkatnya tekanan
penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan hutan manrove
yang maksimal dengan mengkonversi hutan menjadi tambak yang dilakukan
masyarakat Desa Muara pada umumnya berbentuk tambak pola empang parit
dengan ditanami jenis ikan udang windu dan bandeng.
TEV hutan mangrove sebesar Rp.
2.087.495.135,41ha.
Analisis manfaat biaya hutan mangrove dengan
analisis ekonomi
maupun financial pada scenario III 40 tambak
udang dan 60 hutan mangrove merupakan pola yang optimal
2. Valuasi
Ekonomi Ekosistem Mangrove
Berbagai Pola
Tambak Tumpangsari Pada Status Lahan
Negara dan Lahan Milik Studi Kasus: di
Karawang – Jawa
Barat Ahmad
Budiyana 2005
TEV
BCA
NPV
Nilai manfaat total pemanfaatan hutan
mangrove pada status lahan negara adalah sebesear Rp. 11.377.794.020
per tahun, sedangkan pada status lahan milik TEV adalah sebesar Rp. 4.
402.170.910 per tahun.
Analisis manfaat biaya BCA hutan
mangrove pada scenario pemnafaatan I 20 tambak dan 80 hutan merupakan
pola tambak tumpangsari dengan nilai ekonomi tertinggi, baik pada status lahan
negara maupun status lahan milik.
3. Penilaian
Ekonomi Lingkungan Terhadap
Konversi Hutan
Mangrove Menjadi
Tambak dan
Pemukiman Studi
Kasus: di
Hutan Angke Kapuk Jakarta
Utara. Teguh
Suryono 2006
TEV
WTP
WTA
TEV hutan Angke Kapuk sebelum terjadi
konversi sebesae Rp.84.789.416.385,- per tahun. Pada areal penelitian TEV hutan
mangrove Angke Kapuk sebesar Rp. 4.184.566.038,- per tahun atau Rp.
73.418.3778,- per hatahun.
WTP Pantai Indah Kapuk untuk
perbaikan lingkungan dipengaruhi oleh faktor pekerjaan, pendidikan, pendapatan,
dan jumlah tanggungan.
WTA masyarakat petambak dipengaruhi faktor
pendidikan, pendapatan
dan jumlah tanggungan
4. Analisis
Ekonomi Alternative
Pengelolaan system
Mangrove Kecamatan Barru
Kabupaten Barru
Nurdiana Azis
2006
Consumer surplus
Optimal
pemanfaatan household
model
TEV
Multi criteria analysis
MCA
Hasil yang diperoleh bahwa utility adalah dari
hasil kepiting
sebesar Rp.
19.770.779,11 dengan konsumen surplus sebesar Rp.17.6664.774,08.
TEV hutan mangrove di Kecamatan
Barru sebesar Rp.1.241.763.891,75
Alternative pemanfaatan yang menjadi pilihan
prioritas, berdasarkan
keseimbangan antara indicator untuk criteria efisiensi dengan criteria ekologi,
antara criteria efisiensi dengan equity, abik pada tingkat suku bunga riil 4,12
maupun suku bunga riil 3,55 adalaha pertama alternative pemanfaatan V hutan
mangrove 100 dan tambak 0, prioritas
kedua adalah
alternative pemanfataan IV hutan mangrove 8,73 ha
dan tambak monokuture udang 0 ha, tambak
monoculture ikan
bandeng 104,05 ha, tambak polikultur 21,00 ha.
Alternatf pemanfaatan III, II,I tidak menjadi
pilihan dalam
alternative pengelolaan karena menunjukkan nilai
yang sangat tidak efisien
3 KERANGKA PEMIKIRAN
Pemanfaatan hutan mangrove yang ada sekarang ini dirasakan belum optimal dan lestari Abdullah 1994. Usaha pemanfaatan hutan mangrove
seharusnya menghitung manfaat dan biaya dari kegiatan usaha, termasuk didalamnya menghitung nilai ekonomi dari sumberdaya hutan mangrove.
Pendekatan tersebut akan menggambarkan suatu pilihan alternatif yang rasional dalam pemanfaatan sumberdaya mangrove yang sesuai dengan ketentuan Perum
Perhutani.
Permasalahan yang terjadi dari keberadaan hutan mangrove di kawasan Delta Mahakam Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur yaitu: 1
Luasan hutan mangrove yang semakin berkurang setiap tahunnya; 2 Kerusakan hutan mangrove yang disebabkan oleh aktifitas masyarakat yang bertempat
tinggal di sekitarnya yang mengeksploitasi hutan mangrove secara berlebihan dan akhirnya terjadi degradasi lingkungan dan 3 Terjadi konversi lahan hutan
mangrove menjadi tambak dan pemukiman.
Permasalahan-permasalahan yang terjadi pada hutan mangrove tersebut mengakibatkan perlu adanya tindakan pelestarian hutan mangrove sehingga dapat
dipertahankan karena nilai ekonomi hutan mangrove bernilai tinggi, untuk itu perlu dilakukannya perhitungan dan penelitian tentang valuasi ekonomi hutan
mangrove yang berada di kawasan Delta Mahakam Kabupaten Kutai Kartanegara. Penghitungan valuasi ekonomi hutan mangrove didekati dengan melakukan
identifikasi dan kuantifikasi manfaat hutan mangrove. Menurut Pearce dan Moran 1994, nilai ekonomi hutan mangrove secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu nilai guna use value dan nilai bukan guna non use value. Nilai guna terdiri dari nilai guna langsung direct use value, nilai guna tidak
langsung indirect use value dan nilai pilihan option value. Nilai bukan guna dalam penelitian ini yang dihitung adalah nilai keberadaan existence value dan
nilai warisan bequest value.
Nilai guna langsung yang dihitung dalam penelitian ini terdiri dari manfaat hasil kayu, buah, atap nipah, ikan, udang dan kepiting. Nilai guna tidak langsung
terdiri dari penahanan abrasi, feeding, spawning, dan nursery ground. Nilai pilihan terdiri dari nilai sewa rumah,nilai sewa tambak dan nilai rekreasi. Nilai
keberadaan terdiri dari keberadaan nilai hutan mangrove. Nilai warisan terdiri dari nilai endemik habitat bekantan. Berdasarkan nilai dari manfaat-manfaat tersebut
diperoleh nilai total ekonomi hutan mangrove.
Hasil perhitungan valuasi total ekonomi hutan mangrove untuk kawasan Delta Mahakam Kabupaten Kutai Kartanegara saat ini diharapkan dapat menjadi
bahan pertimbangan dan landasan pikir untuk menghasilkan suatu rekomendasi yang berhubungan dengan nilai ekonomi hutan mangrove pada kawasan tersebut.
Dengan melihat adanya permasalahan-permasalahan yang terjadi pada hutan mangrove di kawasan tersebut maka diharapkan pemerintah daerah setempat
untuk lebih memperhatikan kondisi hutan mangrove yang akhir-akhir ini luasannya semakin berkurang akibat terjadinya kerusakan dan degradasi
lingkungan serta konversi lahan hutan mangrove menjadi tambak dan pemukiman.
Nilai ekonomi total hutan mangrove dengan analisis ekonomi akan dijadikan sebagai input dalam pemilihan alternatif pola pemanfaatan hutan