Peranan dan Fungsi Mangrove

13 Fungsi ekonomi mangrove sangat banyak kegunaannya bagi kepentingan manusia, baik produk langsung seperti: bahan akar, bahan bangunan, alat perangkap ikan, pupuk pertanian, bahan baku kertas, makanan, obat-obatan, minuman, dan tekstil maupun produk tidak langsung seperti tempat-tempat rekreasi dan bahan makanan dan produk yang dihasilkan sebagaian besar telah dimanfaatkan oleh masyarakat. Nilai pakai lain yang penting dari ekosistem adalah berbagai organisme akuatik yang beberapa diantaranya memiliki nilai komersial memilih habitat mangrove sebagai tempat hidupnya. 30 produksi perikanan laut tergantung pada kelestarian mangrove, karena hutan mangrove menjadi tempat perkembangbiakan jenis-jenis ikan yang tinggi nilai komersilnya Kementrian Negara Lingkungan Hidup 2008.

2.7 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian terdahulu yang releven mengenai valuasi ekonomi hutan mangrove sudah banyak dilakukan. Penelitian ini merujuk dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan secara umum tentang valuasi ekonomi mangrove pada beberapa daerah di Indonesia. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan pedoman dalam melakukan penelitian mengenai: “Valuasi Total Ekonomi Hutan Mangrove Di Kawasan Delta Mahakam Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur”. Beberapa penelitian terdahulu yang relevan menghitung hutan mangrove mangrove yang berubah fungsi lahan konversi menjadi tambak tumpang sari dan pemukiman, seperti penelitian dari Handayani 2004 tentang Analisis Ekonomi Pemanfaatan Hutan Mangrove Menjadi Tambak Tumpangsari Studi Kasus: Desa Muara Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang, Budiana 2005 dengan judul Valuasi Ekonomi Ekosistem Mangrove Berbagai Pola Tambak Tumpangsari Pada Status Lahan Negara dan Lahan Milik Studi Kasus: di Karawang - Jawa Barat, Suryono 2006 tentang Penilaian Ekonomi Lingkungan Terhadap Konversi Hutan Mangrove Menjadi Tambak dan Pemukiman Studi Kasus: di Hutan Angke Kapuk Jakarta Utara dan Azis 2006 dengan judul Analisis Ekonomi Alternative Pengelolaan system Mangrove Kecamatan Barru Kabupaten Barru. Alat analisis yang digunakan oleh Handayani 2004 dan Budiana 2005 pada penelitian yaitu TEV total economic value, NPV dan BCA benefit cost analysis . Penelitian yang dilakukan oleh Suryono2006 menggunakan alat analisis TEV, WTP willingnes to pay, dan WTA willingness to accept. Azis 22006 menggunakan alat analisis consumer surplus , Optimal pemanfaatan household model, TEV total economic value, dan Multi criteria analysis MCA. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah lebih terfokus untuk mengidentifikasi tipe-tipe dan fungsi, mengetahui nilai total ekonomi hutan mangrove, dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai manfaat ekonominya. Berikut adalah penelitian terdahulu tentang valuasi ekonomi hutan mangrove yang menjadi salah satu bahan rujukan dalam penelitian ini yaitu dalam Tabel 2.1 matriks penelitian dibawah ini: 14 Tabel 2.1 Matriks hasil penelitian terdahulu No. Judul Penelitian PenilitiTahun Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Ekonomi Pemanfaatan Hutan Mangrove Menjadi Tambak Tumpangsari Studi Kasus: Desa Muara Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Yuana Dwi Handayani 2004  TEV  NVP  BCA  Pengalihan fungsi hutan mangrove menjadi tambak tumpangsari banyak disebabkan oleh meningkatnya tekanan penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan hutan manrove yang maksimal dengan mengkonversi hutan menjadi tambak yang dilakukan masyarakat Desa Muara pada umumnya berbentuk tambak pola empang parit dengan ditanami jenis ikan udang windu dan bandeng.  TEV hutan mangrove sebesar Rp. 2.087.495.135,41ha.  Analisis manfaat biaya hutan mangrove dengan analisis ekonomi maupun financial pada scenario III 40 tambak udang dan 60 hutan mangrove merupakan pola yang optimal 2. Valuasi Ekonomi Ekosistem Mangrove Berbagai Pola Tambak Tumpangsari Pada Status Lahan Negara dan Lahan Milik Studi Kasus: di Karawang – Jawa Barat Ahmad Budiyana 2005  TEV  BCA  NPV  Nilai manfaat total pemanfaatan hutan mangrove pada status lahan negara adalah sebesear Rp. 11.377.794.020 per tahun, sedangkan pada status lahan milik TEV adalah sebesar Rp. 4. 402.170.910 per tahun.  Analisis manfaat biaya BCA hutan mangrove pada scenario pemnafaatan I 20 tambak dan 80 hutan merupakan pola tambak tumpangsari dengan nilai ekonomi tertinggi, baik pada status lahan negara maupun status lahan milik. 3. Penilaian Ekonomi Lingkungan Terhadap Konversi Hutan Mangrove Menjadi Tambak dan Pemukiman Studi Kasus: di Hutan Angke Kapuk Jakarta Utara. Teguh Suryono 2006  TEV  WTP  WTA  TEV hutan Angke Kapuk sebelum terjadi konversi sebesae Rp.84.789.416.385,- per tahun. Pada areal penelitian TEV hutan mangrove Angke Kapuk sebesar Rp. 4.184.566.038,- per tahun atau Rp. 73.418.3778,- per hatahun.  WTP Pantai Indah Kapuk untuk perbaikan lingkungan dipengaruhi oleh faktor pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan jumlah tanggungan.  WTA masyarakat petambak dipengaruhi faktor pendidikan, pendapatan dan jumlah tanggungan 4. Analisis Ekonomi Alternative Pengelolaan system Mangrove Kecamatan Barru Kabupaten Barru Nurdiana Azis 2006  Consumer surplus  Optimal pemanfaatan household model  TEV  Multi criteria analysis MCA  Hasil yang diperoleh bahwa utility adalah dari hasil kepiting sebesar Rp. 19.770.779,11 dengan konsumen surplus sebesar Rp.17.6664.774,08.  TEV hutan mangrove di Kecamatan Barru sebesar Rp.1.241.763.891,75  Alternative pemanfaatan yang menjadi pilihan prioritas, berdasarkan keseimbangan antara indicator untuk criteria efisiensi dengan criteria ekologi, antara criteria efisiensi dengan equity, abik pada tingkat suku bunga riil 4,12 maupun suku bunga riil 3,55 adalaha pertama alternative pemanfaatan V hutan mangrove 100 dan tambak 0, prioritas kedua adalah alternative pemanfataan IV hutan mangrove 8,73 ha dan tambak monokuture udang 0 ha, tambak monoculture ikan bandeng 104,05 ha, tambak polikultur 21,00 ha. Alternatf pemanfaatan III, II,I tidak menjadi pilihan dalam alternative pengelolaan karena menunjukkan nilai yang sangat tidak efisien