5
di kawasan Delta Mahakam Kabupaten Kutai Kartanegara dari beberapa manfaat yang diberikannya. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai
berikut: 1.
Mengidentifikasi tipe-tipe dan fungsi ekosistem dari luasan hutan mangrove yang semakin berkurang di kawasan Delta Mahakam Kabupaten Kutai
Kartanegara. 2.
Menghitung nilai ekonomi total total economic value yang dihasilkan hutan mangrove di kawasan hutan mangrove Kabupaten Kutai Kartanegara.
3. Mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap manfaat ekonomi yang
diperoleh
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: 1.
Sebagai informasi terkini mengenai kondisi hutan mangrove di kawasan Delta Mahakam Kabupaten Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur.
2. Sebagai bahan kajian dan studi pustaka bagi pihak-pihak yang berminat dalam
bidang ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan. 3.
Sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan peneliti dalam melakukan analisis masalah, khususnya dalam bidang ekonomi sumberdaya
alam dan lingkungan serta menerapkannya dalam kehidupan masyarakat.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Adapun objek dari penelitian ini adalah hutan mangrove yang berlokasi pada Kawasan Delta Mahakam Kabupaten Kutai Kartanegara, Propinsi Kalimatan
Timur dengan area pengambilan sampel pada tiga kecamatan meliputi Kecamatan Anggana, Kecamatan Muara Jawa, dan Kecamatan Muara Badak. Ruang lingkup
kegiatan penelitian yang dilakukan yaitu aspek valuasi total ekonomi hutan mangrove di kawasan tersebut dengan mempertimbangkan nilai guna use value
dan nilai non guna non-use value dengan mempertimbangkan nilai komoditi pada kawasan tersebut.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hutan Mangrove
Secara umum mangrove didefinisikan sebagai hutan yang terdapat di daerah-daerah yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh
oleh pasang surut air laut, tetapi tidak terpengaruh oleh iklim. Hutan mangrove terdapat pada tanah lumpur, pasir atau lumpur berpasir. Mangrove merupakan
suatu tipe vegetasi yang khas di zone pantai, floranya berhabitus semak hingga berhabitus pohon yang besar yang tingginya hingga 50-60 meter dan hanya
mempunyai satu stratum tajuk Istomo 1992. Hutan mangrove merupakan sumberdaya alam daerah tropis yang mempunyai ganda baik dari aspek sosial
ekonomi maupun ekologi. Berdasarkan peranan ekosistem hutan mangrove bagi kehidupan dapat diketahui dari banyaknya jenis hewan baik yang hidup
diperairan, di atas lahan maupun di tajuk-tajuk pohon mangrove atau manusia yang tergantung pada hutan mangrove tersebut Naamin 1991.
Menurut Nybakken 1992 bahwa hutan mangrove tumbuh pada pantai- pantai yang terlindung atau pantai-pantai yang datar, biasanya disepanjang sisi
pulau yang terlindung dari angin atau dibelakang terumbu karang di lepas pantai yang terlindung. Sementara itu, Bengen 2002 mendefinisikan hutan mangrove
sebagai komunitas vegetasi pantai tropis yang didomonasi oleh beberapa jenis pohon hutan mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang
surut pantai berlumpur. Hutan mangrove merupakan tipe hutan tropika yang khas tumbuh disepanjang pantai atau muara pantau yang dipengaruhi oleh pasang surut
air laut mangrove banyak ditemukan dipantai-pantai teluk yang dangkal, estuaria, delta dan daerah pantai yang terlindung. Mangrove tumbuh optimal di wilayah
pesisir yang memiliki muara sungai besar dan bersubtrat lumpur, sedangkan diwilayah pesisir yang tidak terdapat muara sungai, hutan mangrove
pertumbuhannya tidak optimal. Ini terbukti dari daerah penyebaran mangrove di Indonesia, yang umunya terdapat di Pantai Timur Sumatera, kalimantan, Pantai
Utara Jawa dan Irian Jaya.
Ekosistem mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang termasuk tertinggi di dunia, seluruhnya tercatat 89 jenis terdiri dari 35 jenis
berupa pohon, dan selebihnya berupa terna lima jenis, perdu sembilan jenis, epifit 29 jenis dan parasit dua jenis Nontjit 1987. Beberapa jenis pohon
mangrove yang umum dijumpai di wilayah pesisir Indonesia adalah bakau Rhizopora spp, Api-api Avicennia spp, Pedada Sonneratia spp, Tanjang
Bruguiera spp, Nyirih Xylocarpus spp, tengar Ceriops spp dan Buta-buta Exoecana spp, sementara ekosistem mangrove yang berbeda diseluruh dunia
tercatat sekitar 60 spesies dengan beberapa spesies pohon berasosiasi dengan ribuan spesies mamalia, burung, ikan dan invertebrta IUCN 1993.
Hutan mangrove termasuk ekosistem pantai atau komunitas bahari dangkal yang sangat menarik, yang terdapat pada perairan tropik dan subtropik. Penelitian
mengenai hutan mangrove lebih banyak dilakukan daripada ekosistem pantai lainnya. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang lebih spesifik jika
dibandingkan dengan ekosistem lainnya karena mempunyai vegetasi yang agak
7
seragam, serta mempunyai tajuk yang rata, tidak mempunyai lapisan tajuk dengan bentukan yang khas dan selalu hijau Irwan 1992.
Kementrian Negara Lingkungan Hidup 2008, menjelaskan bahwa tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri
tumbuhan yang hidup didarat dan dilaut. Umumnya mangrove mempunyai sistem yang menonjol yang disebut akar nafas pneumatofor. Sistem perakaran ini
merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob.
2.2 Bekantan
Bekantan Nasalis larvatus atau biasa disebut Monyet Belanda merupakan satwa endemik Pulau Kalimantan Indonesia, Brunei, dan Malaysia. Bekantan
merupakan sejenis kera yang mempunyai ciri khas hidung yang panjang dan besar dengan rambut berwarna coklat kemerahan.
Bekantan dalam bahasa latin disebut Nasalis larvatus, sedang dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan Long-Nosed Monkey atau Proboscis Monkey. Di
negara-negara lain disebut dengan beberapa nama seperti Kera Bekantan Malaysia, Bangkatan Brunei, Neusaap Belanda. Masyarakat Kalimantan
sendiri memberikan beberapa nama pada spesies kera berhidung panjang ini seperti Kera Belanda, Pika, Bahara Bentangan, Raseng dan Kahau.
Bekantan yang merupakan satu dari dua spesies Genus Nasalis ini sebenarnya terdiri atas dua subspesies yaitu Nasalis larvatus larvatus dan Nasalis
larvatus orientalis. Nasalis larvatus larvatus terdapat dihampir seluruh bagian
pulau Kalimantan sedangkan Nasalis larvatus orientalis terdapat di bagian timur laut dari Pulau Kalimantan. Binatang yang oleh IUCN Redlist dikategorikan
d alam status konservasi “terancam punah” endangered merupakan satwa
endemik pulau Kalimantan. Satwa ini dijadikan maskot fauna identitas Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan SK Gubernur Kalsel No. 29 Tahun 1990 tanggal
16 Januari 1990, selain itu merupakan maskot Dunia Fantasi Ancol.
Ciri-ciri dan habitat bekantan yaitu pada bekantan jantan memiliki hidung
panjang dan besar, namun fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, diduga hal ini disebabkan oleh seleksi alam. Bekantan betina
umumnya lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya. Karena hidungnya inilah, bekantan dikenal juga sebagai monyet Belanda. Ukuran
tubuh bekantan jantan lebih besar dibandingkan bekantan betina yaitu mencapai
75 cm dengan berat
24 kg sedangkan bekantan betina berukuran 60 cm dengan berat
12 kg. Spesies ini juga memiliki perut yang besar buncit. Perut buncit ini sebagai akibat dari kebiasaan mengkonsumsi makanannya yang selain
mengonsumsi buah-buahan dan biji-bijian mereka juga memakan dedaunan yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna.
Bekantan Nasalis larvatus hidup secara berkelompok. Masing-masing kelompok dipimpin oleh seekor Bekantan jantan yang besar dan kuat. Biasanya
dalam satu kelompok berjumlah sekitar 10 sampai 30 ekor. Satwa yang dilindungi ini lebih banyak menghabiskan waktu di atas pohon.
Bekantan tidak menggunakan pohon yang sama sebagai tempat tidur dalam hari yang berurutan
untuk menghindari predator. Jarak antar pohon tempat tidur yang satu dengan
8
lainnya rata-rata 192 m 65 –502 m. Menurut Matsuda et al. 2008, predator bagi
bekantan dewasa adalah buaya sumpit Tomistoma schlegeli, macan dahan Neofelis diardi
dan buaya muara Crocodylus porosus; sedangkan bagi individu bayi atau muda adalah elang hitam Ictinaetus malayensis, elang ular Spilornis cheela, elang
kelelawar Macheiramphus alcinus, sanca darah Python curtus and biawak Varanus sp
. Walaupun demikian Bekantan juga mampu berenang dan menyelam
dengan baik, terkadang terlihat berenang menyeberang sungai atau bahkan berenang dari satu pulau ke pulau lain.
Seekor Bekantan betina mempunyai masa kehamilan sekitar166 hari atau 5- 6 bulan dan hanya melahirkan 1 satu ekor anak dalam sekali masa kehamilan.
Anak Bekantan ini akan bersama induknya hingga menginjak dewasa berumur 4- 5 tahun.
Habitat Bekantan masih dapat dijumpai di beberapa lokasi antara lain di Suaka Margasatwa SM Pleihari Tanah Laut, SM Pleihari Martapura, Cagar
Alam CA Pulau Kaget, CA Gunung Kentawan, CA Selat Sebuku dan Teluk Kelumpang. Juga terdapat di pinggiran Sungai Barito, Sungai Negara, Sungai
Paminggir, Sungai Tapin, Pulau Bakut dan Pulau Kembang.
Bekantan oleh IUCN Redlist sejak tahun 2000 dimasukkan dalam status konservasi kategori Endangered Terancam Kepunahan setelah sebelumnya
masuk kategori “Rentan” Vulnerable; VU. Selain itu Bekantan juga terdaftar pada CITES sebagai Apendix I tidak boleh diperdagangkan secara internasional.
Pada tahun 1987 diperkirakan terdapat sekitar 260 000 Bekantan di Pulau Kalimantan saja tetapi pada tahun 2008 diperkirakan jumlah itu menurun drastis
dan hanya tersisa sekitar 25 000
MacKinnon 1987
.
Hal ini disebabkan oleh banyaknya habitat yang mulai beralih fungsi dan
kebakaran hutan.
2.3 Luas dan Penyebaran Hutan Mangrove
Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan
berkembang pada daerah pasang surut patai berlumpur. Komunitas vegetasi ini umumnya tumbuh pada daerah intertidal dan supratidal yang cukup mendapat
aliran air, dan terlindung dari gelombang besar dan arus pasang-surut yang kuat. Karena itu hutan mangrove banyak ditemukan di pantai-pantai yang terlindung
Bengen 2001. Hutan mangrove terdiri dari dua bagian, bagian daratan dan bagian perairan. Bagian perairan juga terdiri dari dua bagian yakni tawar dan laut.
Hutan mangrove tumbuh dibagian tropis dunia, terbentang dari utara ke selatan, dari florida, dibagian utara turun ke pantai Argentins di Amerika Selatan.
Mangrove juga terdapat di sepanjang timur pantai Afrika dan terpencar sampai ke anal benua India hingga Ryukyu di Jepang. Lebih jauh ke selatan, ekosistem
mangrove terdapat di New Zealand dan membentuk kawasan Indo-Malaya Kementrian Negara Lingkungan Hidup 2008.
Di Indonesia, perkembangan mangrove terjadi di daerah pantai yang terlindung dan muara-muara sungai, dengan variasi lebar beberapa meter sampai
ratusan meter lebih. Indonesia yang terdiri atas 13 6677 pulau memiliki garis pantai sepanjang lebih kurang 81 000 Km, sebagian besar ditumbuhi ekosistem
mangrove.