Identifikasi Jenis dan Fungsi Ekosistem Hutan Mangrove Kawasan Delta

36 4. Nipah Nypa fruticans Nipah adalah sejenis palem palma yang tumbuh di lingkungan hutan bakau atau daerah pasang-surut dekat tepi laut. Batang pohon nipah menjalar di tanah, membentuk rimpang yang terendam oleh lumpur. Hanya roset daunnya yang muncul di atas tanah, sehingga nipah nampak seolah-olah tak berbatang. Akar serabutnya dapat mencapai panjang 13 m. Karena perakaran nipah ini hanya terletak dalam lumpur yang sifatnya labil maka rumpun-rumpun nipah dapat dihanyutkan oleh air sampai ke laut. Nipah tumbuh di bagian belakang hutan bakau, terutama di dekat aliran sungai yang memasok lumpur ke pesisir. Palma ini dapat tumbuh di wilayah yang berair agak tawar, sepanjang masih terpengaruh pasang-surut air laut yang mengantarkan buah-buahnya yang mengapung. Di tempat-tempat yang sesuai, tegakan nipah membentuk jalur lebar tak terputus di belakang lapisan hutan bakau, kurang lebih sejajar dengan garis pantai. Nipah mampu bertahan hidup di atas lahan yang agak kering atau yang kering sementara air surut. Daun nipah yang telah tua banyak dimanfaatkan secara tradisional untuk membuat atap rumah yang daya tahannya mencapai 3-5 tahun. Daun nipah yang masih muda mirip janur kelapa, dapat dianyam untuk membuat dinding rumah yang disebut kajang. Daun nipah juga dapat dianyam untuk membuat tikar, tas, topi dan aneka keranjang anyaman. Gambar 5.7 Jenis Mangrove Nipah nypa fruticans

5.4.3 Fungsi Ekosistem Hutan Mangrove

Ekosistem mangrove merupakan sumberdaya alam yang memberikan banyak keuntungan bagi manusia, berjasa untuk produktivitasnya yang tinggi serta kemampuannya memelihara alam. Mangrove banyak memberikan fungsi 37 ekologis dan karena itulah mangrove menjadi salah satu produsen utama perikanan laut. Mangrove membantu dalam pengembangan dalam bidang sosial dan ekonomi masyarakat sekitar pantai dengan mensuplai benih untuk industri perikanan. Itulah fungsi dari hutan mangrove yang ada di India, fungsi-fungsi tersebut tidak jauh berbeda dengan fungsi yang ada di Indonesia baik secara fisika kimia, biologi, maupun secara ekonomis. Secara biologi fungsi dari pada hutan mangrove antara lain sebagai daerah asuhan nursery ground bagi biota yang hidup pada ekosisitem mengrove, fungsi yang lain sebagai daerah mencari makan feeding ground karena mangrove merupakan produsen primer yang mampu menghasilkan sejumlah besar detritus dari daun dan dahan pohon mangrove dimana dari sana tersedia banyak makanan bagi biota-biota yang mencari makan pada ekosistem mangrove tersebut, dan fungsi yang ketiga adalah sebagai daerah pemijahan spawning ground bagi ikan- ikan tertentu agar terlindungi dari ikan predator, sekaligus mencari lingkungan yang optimal untuk memisah dan membesarkan anaknya, selain itupun merupakan pemasok larva udang, ikan dan biota lainnya. Claridge dan Burnett 1993. Secara fisik mangrove berfungsi dalam peredam angin badai dan gelombang, pelindung dari abrasi, penahan lumpur, dan perangkap sedimen. Ekosistem mangrove mampu menghasilkan unsur hara organik dan anorganik yang mampu menyuburkan perairan laut. Selain itupun ekosisitem mangrove berperan dalam siklus karbon, nitrogen dan sulfur. Secara ekonomi mangrove mampu memberikan banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat, baik itu penyediaan benih bagi industri perikanan, selain itu kayu dari tumbuhan mangrove dapat dimanfaatkan untuk sebagai kayu bakar, bahan kertas, bahan konstruksi yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Saat ini ekosistem mangrove sedang dikembangkan sebagai wahana untuk sarana rekreasi atau tempat pariwisata yang dapat meningkatkan pendapatan negara. Hutan mangrove mempunyai manfaat ganda dan merupakan mata rantai yang sangat penting dalam memelihara keseimbangan biologi di suatu perairan. Selain itu hutan mangrove merupakan suatu kawasan yang mempunyai tingkat produktivitas tinggi. Tingginya produktivitas ini karena memperoleh bantuan energi berupa zat-zat makanan yang diangkut melalui gerakan pasang surut. Keadaan ini menjadikan hutan mangrove memegang peranan penting bagi kehidupan biota seperti ikan, udang, moluska dan lainya. Selain itu hutan mangrove juga berperan sebagai pendaur zat hara, penyedia makanan, tempat memijah, berlindung dan tempat tumbuh. Hutan mangrove sebagai pendaur zat hara, karena dapat memproduksi sejumlah besar bahan organik yang semula terdiri dari daun, ranting dan lainnya. Kemudian jatuh dan perlahan-lahan menjadi serasah dan akhirnya menjadi detritus. Proses ini berjalan lambat namun pasti dan terus menerus sehingga hasil proses pembusukan ini merupakan bahan suplai makanan biota air. Turner 1975 menyatakan bah wa disamping fungsi hutan mangrove sebagai „waste land‟ juga berfungsi sebagai kesatuan fungsi dari ekosistem estuari yang bersifat: 1. Sebagai daerah yang menyediakan habitat untuk ikan dan udang muda serta biota air lainnya dalam suatu daerah dangkal yang kaya akan makanan dengan predator yang sangat jarang. 38 2. Sebagai tumbuhan halofita, mangrove merupakan pusat penghisapan zat-zat hara dari dalam tanah, memberikan bahan organik pada ekosistem perairan. Merupakan proses yang penting dimana tumbuhan menjadi seimbang dengan tekanan garam di akar dan mengeluarkannya. 3. Hutan mangrove sebagai penghasil detritus atau bahan organik dalam jumlah yang besar dan bermanfaat bagi mikroba dan dapat langsung dimakan oleh biota yang lebih tinggi tingkat. Pentingnya „detritus food web‟ ini diakui oleh para ahli dan sangat berguna dilingkungannya. Detritus mangrove menunjang populasi ikan setelah terbawa arus sepanjang pantai. Luasan hutan mangrove yang semakin berkurang di kawasan Delta Mahakam Kabupaten Kutai Kartanegara menyebabkan fungsi hutan mangrove itu sendiri juga semakin berkurang. Adapun fungsi hutan mangrove yang semakin berkurang yang dikarenakan semakin berkurangnya luasan hutan mangrove yaitu: 1. Fungsi sebagai pelindung atau penahan dari abrasi, sehingga masyarakat masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan mangrove harus meningkatkan kewaspadaannya terhadap ancaman abrasi yang dapat mengakibatkan kerusakan dan kehancuran rumah yang ditempatinya. 2. Fungsi mangrove sebagai lapang pekerjaan mengalami penurunan yang berdampak terhadap berkurangnya jumlah hasil tangkapan para nelayan, serta menurunkan jumlah produksi ikan yang dihasilkan oleh para petambak. 3. Fungsi mangrove yang sebagai tempat tinggal untuk hewan endemik bekantan mengakibatkan hewan tersebut terancam kepunahan.

5.5 Nilai Ekonomi Total Hutan Mangrove Kawasan Delta Mahakam

Hutan mangrove kawasan Delta Mahakam memiliki potensi ekonomi sumberdaya alam yang besar. Potensi tersebut dapat dilihat dari besarnya nilai ekonomi total total economic value sumberdaya alam. Penelitian serta konservasi laut dan pesisir harus dilakukan secara lebih menyeluruh dan dinamik dibandingkan dengan pengelolaan bertahap karena besarnya keterbukaan ekosistem, sifat alam yang melekat, dan keterkaitan obyek-obyek yang melekat pada mangrove M. Cunha-Lignon et al 2008. Nilai ekonomi total sumberdaya alam merupakan penjumlahan dari nilai guna use value dan nilai non guna non-use value. Nilai guna terdiri dari nilai guna langsung direct use value, nilai guna tak langsung indirect use value dan nilai pilihan option value. Sedangkan nilai non guna terdiri dari nilai keberadaan existence value, dan nilai warisan bequest value. Nilai pilihan yang dievaluasi dalam penelitian ini dimasukkan ke dalam perhitungan nilai guna, hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi perhitungan ganda double counting di dalam menghitung nilai ekonomi total sumberdaya alam Hutan Mangrove Kawasan Delta Mahakam. 39

5.5.1 Nilai Guna Use Value

Nilai guna pada penelitian ini terdiri dari nilai guna langsung, nilai guna tidak langsung dan nilai pilihan. Nilai guna langsung merupakan nilai sumberdaya alam Hutan Mangrove Kawasan Delta Mahakam yang terdiri dari pemanfaatan kayu, buah, dan atap nipah. Sedangkan nilai guna tak langsung terdiri dari penahan abrasi, feeding ground, spawning ground dan nursery ground. Nilai pilihan terdiri dari nilai sewa rumah, sewa tambak dan nilai rekreasi.

1. Nilai Guna Langsung Direct Use Value

Nilai guna langsung merupakan nilai yang langsung dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar dari Hutan Mangrove Kawasan Delta Mahakam. Nilai ini antara lain berupa pemanfaatan kayu,buah, daun, udang, kepiting, dan ikan yang diambil dari hutan mangrove di kawasan ini. Buah mangrove dari jenis Rhizopora sp di jual oleh masyarakat kepada perusahaan yang beroperasi di daerah sekitar untuk memenuhi kebutuhan CSR mereka berupa penghijauan hutan mangrove. Perusahaan yang melakukan pembelian buah mangrove ini antara lain berasal dari perusahaan Total EP. Nilai guna langsung lainnya yang dirasakan masyarakat sekitar adalah daun nipah yang dimanfaatkan menjadi atap rumah. Kayu mangrove juga dimanfaatkan antara lain untuk pembuatan bangunan rumah. Nilai produktivitas hutan mangrove kawasan Delta Mahakam tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 5.2 dibawah ini: Tabel 5.2 Nilai produksi hutan mangrove Kawasan Delta Mahakam tahun 2012 Komoditi Jumlah Produksi Harga Rp Jumlah Luas Lahan Ha Nilai Produksi Rphatahun Kayu 500 m 3 1 000 000 150 000 75 000 000 000 Buah 1 500 000 buah 100 150 000 22 500 000 000 Atap nipah Kepiting Udang Ikan belanak Ikan mujair Ikan bandeng 500 000 unit 133 180 kg 68 030 kg 24 240 kg 14 720 kg 18 400 ton 40.000 40 000 50 000 25 000 30 000 25 000 150 000 - - - - - 300 000 000 000 5 327 200 000 3 401 500 000 606 000 000 441 600 000 460 000 000 Total 407 746 300 000 Sumber : Data Primer diolah 2012, dan Dinas Perikanan Kutai Kartanegara 2011 Kayu dari mangrove jenis Rizhopora spp yang dimanfaatkan untuk pembuatan bangunan rumah. Harga kayu mangrove bakau Rizhopora spp tersebut adalah Rp. 1 000 000m 3 dengan jumlah produksi sebanyak 500m 3 dari luasan hutan mangrove sebesar 150 000 ha. Nilai produksi kayu mangrove bakau dalam satu tahun adalah sebesar Rp. 75 000 000 000. Buah mangrove yang djual masyarakat kepada perusahaan yaitu jenis mangrove rizhopora. Adapun jumlah buah mangrove yang djual tersebut yaitu sebanyak 1 500 000 buah tiap tahunnya dari luasan delta Mahakam sebesar 150 000ha. Masyarakat menjual buah tersebut dengan harga Rp.100buah, sehingga total nilai produksi buah mangrove dalam tiap tahun adalah sebesar Rp. 22 500 000 000. 40 Masyarakat setempat memanfaatkan mangrove jenis nipah untuk pembuatan atap rumah mereka. Harga nipah yang dijual adalah Rp.40 000unit dengan jumlah produksi nipah sebanyak Rp. 500 000 unit. Total nilai produksitahunnya dari pembuatan atap nipah oleh masyarakat sebesar Rp. 20 000 000. Jumlah produksi kepiting yang ada disekitar kawasan Delta Mahakam yaitu 133 180 kg dengan harga jual pasar Rp. 40 000kg. total nilai produksitahunnya dari kepiting di kawasan Delta Mahakam sebesar Rp. 5 327 200 000. Di kawasan delta Mahakam dapat juga dijumpai biota laut lainnya yaitu udang dengan jumlah produksi 68 030 kg. Harga udang yang dijual yaitu Rp. 50 000kg, sehingga total nilai produksi udang yaitu sebesar Rp. 3 401 500 000tahun. Jenis ikan yang sering ditangkap dan dijumpai sekitar kawasan Delta Mahakam yaitu ikan belanak, ikan mujair, dan ikan bandeng. Jumlah produksi ikan belanak yaitu 24 240 kg dengan harga jualnya Rp. 25 000kg. Total produksi ikan belanak yaitu sebesar Rp. 606 000 000tahun. Jumlah produksi ikan mujair sebanyak 14 720 kgtahun dengan harga jual Rp. 30 000kg, sehingga total nilai produksi ikan mujair yaitu sebesar Rp. 441 600 000tahun. Harga jual unttuk ikan bandeng yaitu Rp 25 000kg dengan jumlah 18 400 kgtahun, sehingga total nilai produksi ikan bandeng sebesar Rp. 460 000 000tahun. Total keseluruhan dari nilai guna langsung yaitu sebesar Rp. 407 746 300 000.

2. Nilai Guna Tidak Langsung Indirect Use Value

Nilai guna tidak langsung diperoleh dari suatu ekosistem secara tidak langsung, seperti: penahan abrasi pantai, pemijahan udang dan penyediaan pakan serta hasil tangkapan lautnon tambak kepiting, udang berdasarkan harga pasar.Nilai guna tak langsung yang di hitung dalam penelitian ini berupa penahan abrasi, feading ground, spawning ground dan nursery ground. Manfaat tidak langsung dari hutan mangrove adalah manfaat fisik dan manfaat biologis. Manfaat fisik merupakan manfaat hutan mangrove sebagai penahan abrasi. Pembuatan penahan abrasi yaitu sebesar Rp. 2 600 000 per meter, sedangkan panjang pantai yang dibangun penahan abrasi hanya 10 000 meter. Nilai pembuatan penahan abrasi pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp. 26 000 000 000 Tabel 5.3. Tabel 5.3 Nilai penahan abrasi hutan mangrove Delta Mahakam tahun 2012 Nilai Guna Tidak Langsung Jumlah Produksi Harga Rp Nilai Produksitahun Rp  Penahan abrasi 10000m 2 600.000m 26 000 000 000 Total 26 000 000 000 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kukar Disamping manfaat fisik yang berupa penahan abrasi, manfaat tidak langsung lainnya dari ekosistem hutan mangrove adalah manfaat biologi. Bentuk manfaat biologi dari hutan mangrove adalah feeding ground daerah mencari makan, spawning ground daerah pemijahan dan nursery ground daerah asuhan untuk berbagai macam biota perairan di sekitar hutan mangrove kawasan Delta Mahakam seperti ikan, udang, dan kepiting yang masih muda divaluasi melalui pendeketan biaya pengganti dari penyedia pakan udang alami. Manfaat 41 hutan mangrove sebagai pentedia pakan alami didekati dengan menggunakan persamaan regresi luasan hutan mangrove dan produksi udang seperti yang dilakukan oleh Naamin 1984, yaitu: Y = 16.286 + 0.0003536X Dimana : Y = Produksi Udang kgthn X = Luas hutan mangrove ha Setiap 1 kg udang membutuhkan pakan sebanyak 2 kg pakan udang alami. Harga pakan udang alami Rp. 9 350kg dari data PT. Cj Feed Indonesia. Berdasarkan perhitungan, diperoleh nilai manfaat hutan mangrove sebagai penyedia pakan udang alami feading ground sebesar Rp. 1 296 396.2 per tahun lampiran 4. Nilai pada nursery ground terdapat jenis ikan haruan, kepiting dan udang dengan nilai sebesar Rp. 4 717 440 000, sedangkan untuk nilai spawning ground sebesar Rp. 6 415 200 000 Tabel 5.4. Total keseluruhan nilai guna langsung dari nilai penahan abrasi, feeding ground, spawning ground, dan nursery ground adalah Rp. 407 746 300 000 Tabel 5.4 Nilai nursery dan spawning ground hutan mangrove Delta Mahakam tahun 2012 Nilai Guna Tidak Langsung Jumlah Produksi Harga Rp Jumlah bulan Nilai Produksitahun Rp  Nursery ground  Spawning ground a.kepiting=3744kgbln b.udang = 3120kgbln c.haruan = 2496kgbln a.kepiting =6600kgbln b.udang =4840kgbln c.haruan = 2200kgbln 40000 50000 35000 40000 50000 35000 12 12 12 12 12 12 1 797 120 000 1 872 000 000 1 048 320 000 3 168 000 000 2 323 200 000 924 000 000 Total 11 132 640 000 Sumber: Data Primer yang Diolah 2012

3. Nilai Pilihan Option Value

Nilai pilihan dalam penelitian ini mengacu pada nilai penggunaan lainnya dari hutan mangrove, seperti nilai sewa rumah, nilai sewa tambak dan nilai ekonomi rekreasi. Perhitungan nilai ekonomi rekreasi menggunakan WTP dengan pilihan bersedia atau tidak bersedianya responden membayar. a. Nilai sewa rumah dan sewa tambak Tabel 5.5. Nilai pilihan sewa rumah dan tambak kawasan Delta Mahakam tahun 2012 Nilai Pilihan Nilai Rptahun Jumlah unit Total Rp Sewa rumah Sewa Tambak 3 600 000 6 000 000 100 5 000 360 000 000 30 000 000 000 Total 30 360 000 000 Sumber: Data Primer Diolah 2012 42 Pada Tabel 5.5 dapat terlihat umlah rumah penduduk yang tinggal di kawasan Delta Mahakam Kabupaten Kutai kartanegara sebenarnya ada banyak akan tetapi rumah yang disewakan kepada orang lain hanya sebanyak 100 unit rumah saja. Harga sewa dari rumah tersebut yaitu Rp. 300 000bulan. Total nilai untuk sewa rumah di kawasan Delta Mahakam adalah sebesar Rp. 360 000 000. Jumlah tambak yang disewakan di kawasan Delta Mahakam Kabupaten Kutai kartanegara hanya sebanyak 5000 unit. Harga sewa tambak adalah sebesar Rp. 6 000 000 per tahun. Total dari sewa tambak yang ada yaitu sebesar 30 000 000 000. Total keselurahan dari sewa rumah dan sewa tambak yaitu Rp. 30 360 000 000tahun. b. Nilai Ekonomi Rekreasi Nilai rekreasi merupakan nilai sumberdaya alam yang dapat dipasarkan market valuation berdasarkan survei untuk melihat tingkat kesediaan responden untuk membayar terhadap suatu objek atau lokasi tertentu yang memiliki akses terbuka tanpa harus membayar untuk akses terhadap objek dan lokasi tersebut. Nilai rekreasi pada penelitian ini dilakukan untuk menentukan nilai ekonomi terhadap daerah wisata alam terbuka di Kawasan Delta Mahakam, yang umumnya digunakan oleh responden sebagai lokasi untuk memancing, bekerja, penelitian, dan jalan-jalan. Kesediaan membayar tersebut diungkapkan secara langsung oleh responden baik secara lisan maupun tertulis. Analisis kesediaan membayar dari responden untuk nilai rekreasi hutan mangrove di Kawasan Delta Mahakam didapat melalui sebuah skenario, sehingga di setiap responden yang sedang mengunjungi lokasi tersebut bersedia membayar. Tabel 5.6 Nilai WTP rekreasi kawasan Delta Mahakam WTP Rp Frekuensi Responden Nilai WTP Rpbulan 5000 11 55 000 10000 16 160 000 15000 11 165 000 20000 15 300 000 Total 53 680 000 Nilai Median WTP 12 500 Nilai Median WTPtahun 150 000 Nilai Total WTPtahun 5 211 600 000 Sumber: Data Primer diolah 2012; Keterangan: Jumlah kunjungan wisatawan = 34 744 jiwa Dinas Pariwsata Kutai Kartanegara 2012 Hasil analisis menunjukkan bahwa 53 responden yang menjadi sampel skenario bersedia membayar dengan jumlah sumbangan yang bervariasi antara Rp. 5 000 sampai dengan Rp. 20 000 per tiap waktu kunjung. Kesedian membayar respoden merupakan penawaran langsung yang ditetapkan oleh responden baik secara lisan maupun tulisan tanpa ada paksaan, dan alasan penentuan penawaran tersebut berdasarkan tingkat pendapatan dan kemampuan ekonomi responden itu sendiri. Nilai rekreasi Kawasan Delta Mahakam dapat dilihat pada Tabel 5.6.