Hutan Mangrove Total economic valuation of mangrove forest at Mahakam Delta Region Kabupaten Kutai Kartanegara of East Kalimantan

10 Bivalvia, dan beberapa genus ikan, dan epifauna, yang hidupnya mengembara seperti Molusca Hilmi 1998. Peranan dan kegunaan hutan mangrove adalah melalui pembagian fungsi hutan mangrove, yaitu: 1 Fungsi produksi, terutama untuk perikanan, kehutanan, perkebunan, pertanian, industri dan tambang serta pemukiman; 2 fungsi lindung, terutama untuk pengaturan iklim, pelindung fisik dan sumber hara; dan 3 fungsi suaka alam, terutama sebagai sumber plasma nutfah, nursery ground dan feeding ground bagi biota laut Hilmi 1998. Ekosistem hutan mangrove mempunyai peranan dan fungsi penting yang mendukung kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Dahuri 1996, menyatakan bahwa secara garis besar ekosistem hutan mangrove mempunyai dua fungsi utama yaitu fungsi ekologis dan fungsi sosial ekonomi. Mangrove yang tumbuh disekitar perkotaan atau pusat pemukiman dapat berfungsi: pertama, sebagai penyerap bahan pencemar, khususnya bahan-bahan organik; kedua, hutan mangrove sebagai energi bagi lingkungan perairan sekitarnya. Ketersediaan berbagai jenis makanan yang terdapat pada ekosistem hutan mangrove telah menjadikannya sebagai sumber energi dari tingkat tropik yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Ketiga, hutan mangrove merupakan pesuplai bahan organik bagi lingkungan perairan. Di dalam ekosistem hutan mangrove terjadi mekanisme hubungan yang memberikan sumbangan berupa bahan organik bagi perairan sekitarnya. Fungsi hutan mangrove yang paling menonjol dan tidak tergantikan oleh ekosistem lain adalah kedudukan hutan mangrove sebagai mata rantai yang menghubungkan kehidupan ekosistem laut dan daratan, kemampuan hutan mangrove untuk menstimulir dan meminimasi terjadinya pencemaran logam berat. Pengelolaan untuk ketahanan dan pemantauan kawasan hutan mangrove sangat penting. Hutan mangrove juga memiliki beberapa ungsi, yaitu a sebagai pengontrol banjir, perlindungan dari kerusakan akibat badai, banjir dan gelombang, b sebagai tempat rekerasi dan wisata, c menghasilkan produk barang-barang sperti ikan tangkap, kerang dan produk-produk hutan. Mangrove memilki sifat ekologi yang berbeda-beda pada berbagai tingkatan, yaitu sebagai tempat ekosistem dan landscape Schaeffer-Novelli et al 2005.

2.5 Kerusakan Hutan Mangrove

Keberadaan usaha pelestarian hutan, bukan hanya bergantung pada ada tidaknya partisipasi pemerintah dan masyarakat, tetapi sangat bergantung pada tinggi rendahnya tingkat partisipasi tersebut. Hal itu bergantung pada pengetahuan dan persepsi masyarakat tentang manfaat dan keuntungan yang dapat diperoleh dari hutan. Oleh karena itu, dalam usaha pengelolaan hutan mangrove aspek pengetahuan, persepsi terhadap hutan mangrove, dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove, perlu dikaji sebagai dasar penentuan arah kebijakan pengelolaan hutan mangrove Ritohardoyo 2011. Saat ini banyak terjadi kerusakan kawasan mangrove yang diakibatkan oleh faktor manusia, baik secara sengaja ataupun tidak sengaja. Kerusakan dapat terjadi secara sengaja oleh manusia, misalnya pengambilan kayu-kayu bakar, bahan bangunan, ataupun asesoris rumah tangga karena bentuknya yang antik. 11 Selain karena hal-hal tersebut diatas, kerusakan kawasan mangrove juga disebabkan oleh faktor-faktor fisik yang sengaja dilakukan oleh manusia. Faktor- faktor fisik tersebut antara lain aliran sungai yang dibendung, perubahan drainase, konversi atau perubahan status peruntukan, dan pengambilan batu atau karang pantai, ataupun karena terjadi abrasi pantai serta kerusakan ekosistem mangrove. Kerusakan kawasan mangrove secara garis besar antara lain, sebagai berikut Kementrian Negara Lingkungan Hidup 2008: 1. Perubahan sifat-sifat fisika dan kimia, meliputi suhu air, nutrisi, salinitas, hidrologi, sedimentasi, kekeruhan, substansi beracun, dan erosi tanah. 2. Perubahan sifat-sifat biologi, meliputi terjadinya perubahan spesies dominan, densitas, populasi, serta struktur tumbuhan dan hewan. 3. Perubahan keseimbangan ekologi, baik pada ekosistem mangrove itu sendiri maupun pada daerah pantai yang bersebelahan. Kondisi hutan mangrove di Indonesia sangat memerlukan pengelolaan. Hal ini mengingat penyusutan selama 11 tahun. Pada tahun 1981 luas hutan mangrove yaitu 2 496 158 ha atau sekitar 46.96 persen, sehingga pada tahun 1992 tercatat tinggal seluas 5 209 543 ha Nugroho dan Dahuri 2004. Pada mulanya Delta Mahakam adalah kawasan yang masih terjaga keasliannya dan merupakan habitat yang ditumbuhi vegetasi mangrove. Seiring perjalananwaktu, penduduk lokal mulai membuka hutan mangrove untuk dijadikan tambak, hal ini terjadi pada tahun 80-an. Tambak yang diusahakan masih sangat tradisional dengan luas bervariasi. Ketika pertumbuhan penduduk dan kebutuhannya mulai meningkat dan hasil tambak yang ada memberikan harapan sebagai sumber penghasilan yang dapat diandalkan maka mulai makin banyak masyarakat yang membuka tambak di kawasan ini. Sebagai akibatnya, luasan hutan mangrove di kawasan ini makin menurun. Pembukaan hutan mangrove mulai meningkat pada tahun 1996 dan terus mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada tahun 1997 ketika terjadi resesi ekonomi di Indonesia yang berdampak pada harga udang yang tinggi akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Pembukaan lahan mencapai puncaknya pada tahun 2001 dengan begitu luasnya hutan mangrove yang dikonversi menjadi tambak-tambak udang Bappeda Kabupaten Kutai Kartanegara 2010.

2.6 Nilai Ekonomi Hutan Mangrove

Nilai merupakan persepsi terhadap suatu objek pada tempat dan waktu tertentu. Sedangkan persepsi merupakan pandangan individu atau kelompok terhadap suatu objek sesuai dengan tingkat pengetahuan, pemahaman, harapan dan norma. Oleh karena itu, nilai hutan mangrove sangat beragam, tergantung dari persepsi masing-masing individu atau masyarakat. Menurut Muif, 1991 menyatakan nilai adalah suatu patokan harga yang dapat mengukur berapa besar nilai ekonomi sumberdaya alam tersebut berdasarkan fungsi, kegunaan, potensi, dan daya dukungnya terhadap pembangunan sesuai waktu dan daerah dimana sumberdaya tersebut berada, serta besarnya permintaan dan penawaran dalam mekanisme ekonomi pasar berjalan.