Uji Sensitivitas Antibiotik HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Isolasi Bakteri Kandidat Probiotik

16 probiotik dengan aktivitas enzimatik amilolitik dan proteolitik menjadi nilai lebih karena bermanfaat dalam merombak makronutrien, selain itu kandidat probiotik terpilih diharapkan juga memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan patogen sebagai parameter utama dalam penelitian ini.

3.3 Uji Sensitivitas Antibiotik

Pada Gambar 3 berikut diperlihatkan contoh hasil uji sensitivitas kandidat probiotik pada media agar dengan metode streak plate pada media agar dengan penambahan antibiotik Streptomisin 50 μgmℓ. Keterangan: a bakteri resisten antibiotik; b bakteri sensitif antibiotik. Gambar 3 Uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotik Streptomisin 50 μgmℓ Pada Tabel 3 disajikan hasil uji sensitivitas 10 bakteri kandidat probiotik terpilih dan bakteri Sa5 terhadap antibiotik Penisilin-G dengan konsentrasi 50 μgmℓ, Streptomisin 50 μgmℓ, Kanamisin 50 μgmℓ, dan Rifampisin 25 μgmℓ. Tabel 3 Sensitivitas kandidat probiotik dan Sa5 terhadap beberapa jenis antibiotik Isolat PG50 Strep50 Kan50 Rif25 K2ic R S S S NB13a R S S S NB13b R S S S NB21b R S S S RN11a R S S S RN21c R S S S RN21f R S S S RN21g S S S S L1k S S S S L2m R S S S Sa5 R S S S Keterangan: R Resisten; S Sensitif; PG50 media agar ditambahkan antibiotik Penisilin-G dengan konsentrasi 50 μgmℓ; Strep50 media agar + Streptomisin 50 μgmℓ; Kan50 media agar + Kanamisin 50 μgmℓ; Rif25 media agar + Rifampisin 25 μgmℓ; Sa5 S. agalactiae tipe non-hemolitik. 17 Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa semua isolat sensitif terhadap antibiotik Strep50, Kan50 dan Rif25, sedangkan terhadap PG50, hampir semua isolat bersifat resisten kecuali RN21g dan L1k. Sifat resistensi terhadap antibiotik pada bakteri dapat disebabkan oleh dua jenis mekanisme yaitu mutasi kromosom dan akuisisi plasmid. Mutasi pada kromosom tidak dapat ditransfer pada bakteri lain, tetapi pada akuisisi plasmid mampu mentrasfer dengan cepat sifat resisten tersebut Lewin 1922 dalam Schnick 2001. Sifat resisten pada mikroorganisme juga diakibatkan oleh, 1 kemampuan menghasilkan enzim yang mampu mengaktivasi antibiotik; 2 adanya penambahan substansi kimia pada struktur lain oleh sel bakteri sehingga antibiotik tidak dapat masuk ke dalam ribosom; 3 perubahan struktur protein pada dinding sel; 4 berkurangnya permeabilitas dinding sel sehingga antibiotik tidak dapat masuk ke dalam sel Guilfoile 2007. Pada Tabel 4 diketahui bahwa pada konsentrasi 100 μgmℓ semua jenis isolat sensitif terhadap antibiotik jenis Penisilin-G, Streptomisin, Kanamisin, dan Rifampisin. Hal tersebut menurut Guilfoile 2007 berkaitan dengan kemampuan antibiotik dalam membunuh bakteri dengan mekanisme, antara lain 1 merusak kerja ribosom dalam mensintesis protein; 2 menghambat sintesis DNA sebagai sumber informasi genetik; 3 menghambat proses biokimia dalam sel; 4 menghambat sintensis komponen penyusun dinding sel; serta 5 mengganggu fungsi kerja membran sel. Dengan demikian, konsentrasi yang lebih pekat akan meningkatkan kemampuan antibiotik dalam merusak sistem dalam tubuh bakteri. Tabel 4 Sensitivitas kandidat probiotik dan Sa5 terhadap beberapa jenis antibiotik pada konsentrasi 100 μgmℓ Isolat PG100 Strep100 Kan100 Rif100 K2ic S S S S NB13a S S S S NB13b S S S S NB21b S S S S RN11a S S S S RN21c S S S S RN21f S S S S RN21g S S S S L1k S S S S L2m S S S S Sa5 S S S S Keterangan: R Resisten; S Sensitif; PG100 media agar ditambahkan antibiotik Penisilin- G dengan konsentrasi 100 μgmℓ; Strep100 media agar + Streptomisin 100 μgmℓ; Kan100 media agar + Kanamisin 100 μgmℓ; Rif100 media agar + Rifampisin 100 μgmℓ; Sa5 S. agalactiae tipe non- hemolitik. 18

3.4 Penyiapan Bakteri Resisten Antibiotik