36 spesies, perbedaan induk, kondisi nutrisi, aktivitas fisik, dan umur. Dengan
demikian dapat diduga sampel yang teramati memang memiliki kondisi yang berbeda. Selain itu, menurunnya kadar hematokrit setelah injeksi patogen diduga
akibat nafsu makan ikan yang menurun karena infeksi S. agalactiae tersebut. Dugaan ini diperkuat oleh Wedemeyer dan Yasutake 1977 yang menyatakan
bahwa, menurunnya kadar hematokrit dapat dijadikan petunjuk mengenai rendahnya kandungan protein pakan, defisiensi vitamin atau ikan mendapat
infeksi sehingga nafsu makan menurun. Kadar hematokrit kembali normal dan mengalami peningkatan pada pengamatan H10, serta tidak berbeda nyata
P0,05 antar perlakuan Gambar 18.
3.7.4.4 Kadar Hemoglobin
Kadar hemoglobin ikan nila selama uji antagonistik in vivo tidak terlalu bervariasi Gambar 19. Sebelum perlakuan injeksi sampling pada H-6, kadar
hemoglobin adalah 4,7 g dan berdasarkan analisis statistik tidak berbeda nyata P0,05 pada semua perlakuan. Pada sampling H-2, setelah injeksi probiotik,
kadar hemoglobin pada perlakuan A meningkat secara signifikan menjadi 10,0 g berbeda nyata P0,05 terhadap perlakuan B, C, D, dan E yang turun
menjadi 4,0 g Lampiran 10.
Keterangan: A simulasi pencegahan; B injeksi bersama; C simulasi pengobatan; D kontrol negatif; E kontrol positif; Huruf superscript yang berbeda
menunjukkan hasil yang berbeda nyata P0,05.
Gambar 19 Kadar hemoglobin selama uji antagonistik in vivo Setelah uji tantang pada H0 dilakukan 3 kali sampling pada H2, H6 dan
H10 Gambar 19. Pada H2 kadar hemoglobin berkisar antara 2,3 hingga 3,9 g dan berdasarkan analisis statistik tidak berbeda nyata P0,05 antar perlakuan.
37 Kadar hemoglobin tertinggi pada H6 adalah perlakuan D, yakni 5,7 g yang
berbeda nyata P0,05 terhadap perlakuan A, B, C, dan E masing-masing 2,7; 3,7; 3,2; dan 2,8 g. Berdasarkan analisis statistik kadar hemoglobin untuk
perlakuan A, B, C, dan E tidak berbeda nyata P0,05. Pada sampling terakhir H10, kadar hemoglobin berkisar antara 4,6 hingga 7,9 g. Berdasarkan analisis
statistik, tidak terdapat perbedaan nyata P0,05 pada setiap perlakuan Lampiran 10.
Hemoglobin adalah protein dalam eritrosit yang tersusun atas protein globin tidak berwarna dan pigmen heme. Hemoglobin berfungsi untuk mengikat
oksigen kemudian digunakan dalam proses katabolisme untuk menghasilkan energi. Kemampuan darah untuk mengangkut oksigen bergantung pada kadar
hemoglobin dalam darah Lagler et al. 1977. Pada Gambar 19, hasil pengamatan H-2 menunjukkan kadar hemoglobin perlakuan A meningkat secara
signifikan P0,05 dibandingkan perlakuan lain. Peningkatan kadar hemoglobin pascainjeksi kandidat probiotik pada perlakuan A tersebut diduga berkaitan
dengan meningkatnya aktivitas fisik dari ikan. Seperti dinyatakan Dellman dan Brown 1989 bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sel darah merah
adalah spesies, perbedaan induk, kondisi nutrisi, aktivitas fisik, dan umur. Sedangkan setelah injeksi patogen pengamatan H2, kadar hemoglobin pada
setiap perlakuan terutama perlakuan A mengalami penurunan dan mendekati kadar hemoglobin perlakuan lainnya, sehingga kadar hemoglobin antar
perlakuan tidak berbeda nyata P0,05. Rendahnya kadar hemoglobin diduga disebabkan karena jumlah eritrosit juga mengalami penurunan. Secara fisiologis,
hemoglobin menentukan
tingkat ketahanan
tubuh ikan
dikarenakan hubungannya yang erat dengan adanya daya ikat terhadap oksigen oleh darah.
Kadar hemoglobin dalam darah berkorelasi kuat dengan nilai hematokrit. Semakin rendah jumlah sel-sel darah merah, maka akan semakin rendah pula
kadar hemoglobin dalam darah Lagler et al. 1977. Pendapat ini didukung oleh Snieszko et al. 1960 yang menyatakan bahwa apabila ikan terserang penyakit
atau kehilangan nafsu makan, maka nilai hematokrit akan menjadi lebih rendah. Kadar hematokrit darah dibawah 30 menunjukkan terjadinya defisiensi eritrosit.
Berkurangnya jumlah eritrosit, hemoglobin dan hematokrit juga disebabkan karena terjadinya anemia pada ikan. Blaxhall 1971 menyatakan penurunan
kadar hemoglobin merupakan indikator anemia. Anemia berdampak pada terhambatnya
pertumbuhan ikan,
karena rendahnya
jumlah eritrosit
38 menyebabkan suplai makanan ke sel, jaringan dan organ akan berkurang
sehingga proses metabolisme ikan menjadi terhambat Roberts 1978.
3.8 Identifikasi Isolat Bakteri