34 terhadap perlakuan A dan B. Sedangkan pada H10 jumlah leukosit naik pada
setiap perlakuan kecuali perlakuan D. Secara statistik jumlah leukosit perlakuan A 12,14x10
5
selmm
3
dan B 21,71x10
5
selmm
3
berbeda nyata P0,05, namun total leukosit kedua perlakuan tersebut tidak berbeda nyata P0,05
dengan perlakuan C, D dan E. Analisis statistik jumlah leukosit selama uji antagonistik in vivo dapat dilihat pada Lampiran 8.
Anderson 1993, menyatakan leukosit merupakan salah satu komponen darah yang berfungsi sebagai pertahanan non-spesifik yang akan melokalisasi
dan mengeliminir patogen melalui mekanisme fagositosis. Jumlah leukosit pada pengamatan H-6, H-2 dan H2 tidak berbeda nyata P0,05 pada semua
perlakuan. Akan tetapi pada pengamatan H2 dan H6, tren menunjukkan penurunan jumlah leukosit dan peningkatan terjadi pada H10 hampir pada semua
perlakuan kecuali kontrol negatif yang tidak mengalami perubahan signifikan. Peningkatan jumlah leukosit ini terkait dengan kinerja sistem imun ikan dalam
mereduksi serangan patogen. Semakin meningkatnya serangan patogen maka akan semakin meningkat pula produksi leukosit dalam darah. Hal ini didukung
oleh Martin et al. 2004 yang menyatakan bahwa respons ikan terhadap stresor bergantung pada jenis stres yang dialami oleh ikan tersebut, dimana peningkatan
jumlah sel darah putih, penurunan kadar hematokrit dan peningkatan neutrofil bergantung pada jenis stres yang dialami.
3.7.4.3 Kadar Hematokrit
Kadar hematokrit ikan nila sebelum perlakuan injeksi H-6 sebesar 16,57 dan berdasarkan analisis statistik tidak berbeda nyata P0,05 pada
semua perlakuan. Pada sampling H-2, kadar hematokrit pada perlakuan A naik menjadi 25,16 setelah injeksi probiotik, sedangkan pada perlakuan B, C, D,
dan E masing-masing sama yakni 22,71. Berdasarkan alalisis statistik tidak ada perbedaan nyata P0,05 pada semua perlakuan Lampiran 9.
Setelah uji tantang pada H0 dilakukan 3 kali sampling pada H2, H6 dan H10 Gambar 18. Pada H2 kadar hematokrit mulai beragam dibandingkan
sampling sebelumnya. Kadar hematokrit perlakuan A 11,99, B 16,34 dan D 15,19 tidak berbeda nyata P0,05. Perlakuan C dengan kadar hematokrit
paling tinggi 21,51 berbeda nyata P0,05 terhadap perlakuan E 10,26, namun kadar hematokrit kedua perlakuan tersebut tidak berbeda nyata P0,05
terhadap perlakuan lain Lampiran 9.
35
Keterangan: A simulasi pencegahan; B injeksi bersama; C simulasi pengobatan; D kontrol negatif; E kontrol positif; Huruf superscript yang berbeda
menunjukkan hasil yang berbeda nyata P0,05.
Gambar 18 Kadar hematokrit selama uji antagonistik in vivo Kadar hematokrit pada sampling H6 juga bervariasi, perlakuan A
12,66 dan C 11,64 tidak berbeda nyata P0,05 terhadap perlakuan B dan E. Perlakuan B 17,52 tidak berbeda nyata P0,05 terhadap perlakuan E
15,93. Sedangkan perlakuan D dengan kadar hematokrit paling tinggi 26,24 berbeda nyata P0,05 terhadap perlakuan A, B, C, dan E. Pada
sampling H10 kadar hematokrit naik pada semua perlakuan yang berkisar antara 22,49 hingga 33,87. Berdasarkan analisis statistik, kadar hematokrit tidak
berbeda nyata P0,05 pada setiap perlakuan Lampiran 9. Hematokrit adalah perbandingan antara padatan sel-sel darah eritrosit
dalam darah yang dinyatakan dalam persen Angka et al. 1985. Menurut Bond 1979 kisaran kadar hematokrit darah ikan adalah sebesar 20-30. Tidak terjadi
perubahan signifikan antar perlakuan pascainjeksi kandidat probiotik perlakuan A pengamatan H-2. Pasca uji tantang pengamatan H2, kadar hematokrit
cenderung mengalami penurunan. Menurunnya kadar hematokrit diduga karena menurunnya jumlah eritrosit dalam darah. Dengan kata lain, penurunan jumlah
eritrosit akan diikuti oleh penurunan kadar hematokrit. Menurut Fujaya 2004, kadar hemoglobin berkorelasi kuat dengan kadar hematokrit dan eritrosit.
Hasil analisis statistik menunjukkan perbedaan nyata P0,05 terjadi antara perlakuan C dan E, sedangkan perlakuan lain tidak berbeda nyata. Pada
pengamatan H2 tersebut perlakuan C dan E masih dalam kondisi yang sama, yakni hanya diinjeksi dengan patogen pada H0. Menurut Dellman dan Brown
1989, faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sel darah merah adalah
36 spesies, perbedaan induk, kondisi nutrisi, aktivitas fisik, dan umur. Dengan
demikian dapat diduga sampel yang teramati memang memiliki kondisi yang berbeda. Selain itu, menurunnya kadar hematokrit setelah injeksi patogen diduga
akibat nafsu makan ikan yang menurun karena infeksi S. agalactiae tersebut. Dugaan ini diperkuat oleh Wedemeyer dan Yasutake 1977 yang menyatakan
bahwa, menurunnya kadar hematokrit dapat dijadikan petunjuk mengenai rendahnya kandungan protein pakan, defisiensi vitamin atau ikan mendapat
infeksi sehingga nafsu makan menurun. Kadar hematokrit kembali normal dan mengalami peningkatan pada pengamatan H10, serta tidak berbeda nyata
P0,05 antar perlakuan Gambar 18.
3.7.4.4 Kadar Hemoglobin