a. Net Present Value NPV
Nilai NPV yang diperoleh pada skenario A sebesar Rp. 31.249.250,00, pada skenario B Rp. 123.041.025,00, dan pada skenario C sebesar Rp.
76.000.577,00. Nilai masing-masing NPV ini menunjukan nilai yang positif. Nilai NPV ini merupakan hasil dari pengurangan nilai arus kas masuk atau penerimaan
dengan arus kas keluar yang telah didiskontokan. Tingkat suku bunga diskonto yang digunakan pada skenario A dan B disesuaikan dengan tingkat suku bunga
kredit mikro Bank BJB pada tahun 2011 yaitu sebesar 12. Sedangkan pada skenario C disesuaikan dengan tingkat suku bunga kredit mikro Bank BJB pada
tahun 2008 yaitu sebesar 14 Lampiran 13, 23, dan 31. Penggunaan tingkat diskonto yang berbeda didasarkan pada perbedaan
awal tahun analisis proyek. Pada skenario A dan B menggunakan awal tahun analisis proyek dimulai pada tahun 2012. Pada tahun tersebut Usaha Jamur Mandiri
telah melunasi biaya kredit dari pinjaman yang diperoleh pada tahun 2008, akan tetapi masih melakukan pembayaran cicilan pada pinjaman yang diperoleh pada
tahun 2011 dengan tingkat suku bunga 12. Sedangkan pada skenario C menggunakan awal tahun analisis proyek dimulai pada tahun 2008, dimana tingkat
suku bunga kredit dari pinjaman adalah 14. Nilai NPV pada pada proyek pengembangan skenario B dan C lebih
besar dibandingkan dengan nilai NPV pada kondisi tanpa proyek pengembangan skenario A. Hal ini disebabkan karena, peningkatan penerimaan dari penjualan
pada saat proyek pengembangan, lebih besar dibandingkan dengan peningkatan biaya-biaya yang dikeluarkan, sehingga keuntungan yang diperoleh lebih besar.
Nilai NPV pada kondisi tanpa proyek pengembangan maupun dengan proyek pengembangan menunjukan bahwa usaha ini layak, karena berdasarkan kriteria
investasi ini, usaha layak untuk dijalankan atau dikembangkan jika NPV0.
b. Internal Rate of ReturnIRR
Analisis ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Nilai IRR yang diperoleh pada skenario A
adalah 34,4, pada skenario B adalah 127,16, dan pada skenario C adalah 35,67. Nilai dari masing-masing IRR ini lebih besar jika dibandingkan dengan
tingkat diskonto yang digunakan yaitu 14 dan 12 . Hal ini menunjukan bahwa
berinvestasi pada Usaha Jamur Mandiri akan lebih menguntungkan dibandingkan jika dana yang dimiliki saat ini ditabung di bank. Sehingga, Usaha Jamur Mandiri
layak untuk dijalankan berdasarkan kriteria investasi ini Lampiran 14, 24, dan 32. Nilai IRR yang diperoleh pada skenario B terlihat sangat besar. Hal ini
terjadi karena rencana peningkatan produksi pada skenario B, menyebabkan peningkatan jumlah pendapatan yang besar. Akan tetapi pada cash flow, modal
investasi dan modal kerja yang dikeluarkan pada tahun 2008-2011 tidak dihitung. Sehingga, jumlah pendapatannya lebih besar dibandingkan dengan jumlah biaya
yang dibutuhkan. Nilai IRR pada kondisi dengan proyek pengembangan skenario B dan C
lebih besar dibandingkan pada kondisi tanpa pengembangan skenario A. Hal ini menunjukan bahwa Usaha Jamur Mandiri akan lebih menguntungkan jika
dilakukan proyek pengembangan. Hal ini pun dapat menjadi pertimbangan bagi pemilik usaha untuk merealisasikan rencana pengembangan usahanya.
c. Net Benefit Cost Ratio Net BC
Analisis kriteria ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh dari adanya tambahan biaya terhadap tanbahan manfaat yang diterima oleh suatu usaha.
Nilai Net BC diperoleh dari hasil bagi antara jumlah arus penerimaan bersih setelah didiskontokan yang bernilai positif dengan yang bernilai negatif.
Nilai Net BC pada skenario A adalah 1,68, pada skenario B 5,42, dan pada skenario C 2,40. Hal ini menunjukan bahwa setiap rupiah biaya yang
dikeluarkan untuk budidaya jamur tiram putih, akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp. 1,68 pada skenario A, Rp. 5,42 pada skenario B, dan Rp. 2,40 pada
skenario C. Ketiga nilai tersebut lebih dari satu, yang menunjukan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan dan dikembangkan menurut kiteria ini Lampiran 14, 24,
dan 32. Seperti halnya nilai IRR, nilai Net BC pada skenario B terlihat sangat
besar. Hal ini terjadi karena nilai NPV positif yang diperoleh jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai NPV negatif nya. Nilai NPV positif yang lebih besar
dari NPV negatif disebabkan karena rencana peningkatan produksi pada skenario B, menyebabkan peningkatan jumlah pendapatan yang besar. Akan tetapi pada cash
flow, modal investasi dan modal kerja yang dikeluarkan pada tahun 2008-2011
tidak dihitung. Sehingga, jumlah pendapatannya lebih besar dibandingkan dengan jumlah biaya yang dibutuhkan.
Nilai Net BC pada kondisi dengan proyek pengembangan skenario B dan C lebih besar dibandingkan dengan kondisi tanpa proyek pengembangan skenario
A. Hal ini menunjukan bahwa, jika Usaha Jamur Mandiri merealisasikan perencanaan pengembangannya, maka akan memberikan keuntungan yang lebih
besar.
d. Gross Benefit Cost Ratio Gross BC