plastik kemudian dipukulditumbuk sampai padat dengan botol atau menggunakan filler alat pemadat kemudian disimpan.
6. Sterilisasi
Sterilisasi dilakukan dengan mempergunakan alat sterilizer yang bertujuan menginaktifkan mikroba, bakteri, kapang, maupun khamir yang dapat
mengganggu pertumbuhan jamur yang ditanam. Sterilisasi dilakukan pada suhu 90
O
C-100
O
C selama 12 jam.
7. Inokulasi Pemberian Bibit
Inokulasi adalah kegiatan memasukan bibit jamur ke dalam media jamur yang telah disterilisasi. Bag log ditiriskan selama satu malam, kemudian diambil
dan ditanami bibit di atasnya dengan menggunakan sendok makan atau sendok bibit sekitar kurang lebih tiga sendok makan, kemudian diikat dengan karet dan
ditutup dengan kapas.
8. Inkubasi Masa Pertumbuhan Misellium
Inkubasi dilakukan dengan cara menyimpan bag log di ruang inkubasi dengan kondisi tertentu. Inkubasi dilakukan hingga seluruh media berwarna putih
merata, biasanya media akan tampak putih merata antara 40 hari–60 hari.
9. Panen
Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur mencapai tingkat yang optimal, pemanenan ini biasanya dilakukan lima hari setelah tumbuh calon jamur.
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk mempertahankan kesegarannya dan mempermudah pemasaran.
2.3. Sarana dan Prasarana Budidaya Jamur Tiram Putih
Menurut Martwijaya dan Nurjayadi 2010, sarana produksi yang diperlukan dalam budidaya jamur tiram putih antara lain lokasi dan lahan,
kumbung jamur, bahan baku pembuatan media tanam dan kelengkapan penutup muka.
2.3.1. Lokasi dan Lahan
Lokasi yang bersih sangat mendukung dalam keberhasilan budidaya jamur tiram. Penempatan posisi kumbung jamur lebih baik jauh dari tempat sampah
ataupun dari tempat peternakan. Hal ini dapat mencegah timbulnya hama dan berbagai penyakit pada jamur. Lokasi dalam pembuangan limbah bag log juga
harus diperhatikan. Limbah bag log dapat menjadi masalah apabila tidak ditangani dengan baik. Selain itu, faktor lain yang perlu diperhatikan dalam lokasi
pembangunan kumbung jamur adalah jarak antara lokasi bahan baku dengan lokasi pemasaran.
2.3.2. Kumbung Jamur Tiram Putih
Kumbung jamur merupakan tempat aktivitas budidaya jamur tiram, mulai dari proses pembuatan bag log, menumbuhkan misellium, hingga menumbuhkan
tubuh buah jamur tiram. Dalam skala rumah tangga, kumbung jamur dibuat sesuai dengan kebutuhan. Seperti pada ruang penumbuhan yang dibuat sesuai dengan
bag log yang ditampung. Begitu pula dengan pengadaan ruang yang lainnya. Secara umum kumbung jamur terdiri dari:
1. Gudang
Gudang merupakan tempat untuk menyimpan segala bahan-bahan yang dibutuhkan untuk segala aktivitas pembudidayaan jamur tiram. Bahan-bahan yang
disimpan meliputi karung, serbuk gergaji, kapur, dedak, tepung tapioka, biji- bijian, dan peralatan penunjang lainnya. Gudang bersifat bangunan penunjang.
Apabila budidaya jamur tiram masih dalam skala kecil, maka bangunan ini tidak terlalu penting dan bahan-bahan dapat disimpan diruang pengadukan.
2. Ruang Pengadukan Bahan dan Sterilisasi
Ruang pengadukan bahan dan sterilisasi ini sebagai tempat untuk pengadukan bahan, pengomposan dan pembuatan bag log. Ruang ini cukup
dilengkapi atap yang ditahan oleh tiang dan alas berlantai. Alat-alat sederhana yang dibutuhkan adalah sekop, cangkul, drum untuk sterilisasi, kompor, dan
penimbang karung. 3.
Ruang Pembibitan dan Inkubasi Ruang pembibitan merupakan ruang yang digunakan untuk memasukan
bibit produksi ke dalam bag log, sedangkan ruang inkubasi digunakan untuk menyimpan bag log yang telah diberi bibit. Biasanya ruang pembibitan dan ruang
inkubasi disatukan. Desain ruang pembibitan dan inkubasi lebih baik beratapkan asbes, berdinding tembok atau bilik yang dilapisi terpal plastik, dan alas berlantai.
Ukuran ventilasi udara lebih baik sedikit dan berukuran kecil. Alat-alat yang perlu ada dalam ruang pembibitan dan inkubasi mecakup: sudip panjang besi panjang
yang bagian ujungnya pipih untuk pembibitan, bunsen apilampu minyak, dan rak-rak kayu.
4. Ruang Penumbuhan Jamur growing
Ruang ini jadikan tempat untuk menyimpan bag log yang berisi penuh misellium. Bag log disusun di atas rak-rak bambu. Peletakan bag log di atas
bambu dapat dilakukan dengan posisi tegak vertikal atau tidur horizontal. Posisi bag log disesuaikan dengan desain pembuatan rak. Ruang penumbuhan
dibuat dengan kondisi ventilasi udara cukup banyak, atap berupa genteng atau rumbia, dinding berupa bilik kayu, dan alas ruang lebih baik tanah. Alat utama
yang harus ada dalam ruang penumbuhan adalah rak-rak bambu dan sprayer untuk penyiraman atau pengabutan.
2.3.3. Bahan Baku
Bahan baku yang sering digunakan dalam budidaya jamur tiram terutama dalam pembuatan media produksi di antaranya adalah :
1. Serbuk gergaji
Hampir semua jenis kayu dapat dijadikan sebagai sumber media utama dalam pertumbuhan jamur tiram. Jenis kayu yang sering digunakan adalah kayu
sengon. Beberapa sumber kayu yang tidak dapat dipakai adalah kayu yang mengandung resin, karena kayu yang mengandung resin dapat membunuh
pertumbuhan misellium jamur tiram. Salah satu kelompok penghasil senyawa resin yaitu kelompok pohon berdaun jarum, contohnya adalah pinus. Serbuk
gergaji yang mengadung bahan kimia juga tidak dapat dijadikan bahan baku karena dapat membunuh misellium jamur tiram. Kayu yang bertekstur sangat
keras juga tidak dianjurkan karena mengakibatkan pertumbuhan misellium menjadi lama.
2. Dedak atau Bekatul
Dedak dimanfaatkan sebagai campuran media produksi jamur tiram. Dedak kaya akan karbohidrat, karbon, nitrogen, dan Vitamin B yang dapat
mempercepat pertumbuhan misellium jamur tiram. Kualitas dedak yang bagus memiliki tekstur yang baru, tidak berbau apek, dan lembut. Dalam
penggunaannya, dedak tidak digunakan dalam komposisi yang terlalu banyak pada media produksi, karena akan mudah terkontaminasi.
3. Kapur
Kapur yang biasa digunakan untuk budidaya jamur tiram adalah kapur pertanian atau kapur bangunan. Fungsi penggunaan kapur dalam media produksi
adalah sebagai penetral keasaman dengan mengontrol pH tetap stabil pada proses pengomposan. Selain itu, kapur dibutuhkan misellium jamur sebagai sumber
mineral. Di dalam ruang penumbuhan, kapur dimanfaatkan untuk menanggulangi hama dengan cara menabur rata di atas tanah dan mengecat pada bagian kaki-kaki
rak. 4.
Tepung Tapioka Tepung tapioka digunakan sebagai tambahan nutrisi bagi pertumbuhan
misellium jamur tiram. Tambahan tepung tapioka ini dalam komposisi media produksi hanya berkisar 3-5 saja. Apabila penggunaan tepung tapioka
berlebihan, maka media tanam akan mudah terkontaminasi.
2.3.4. Penutup Muka Pekerja
Dalam budidaya jamur tiram sebaiknya para pekerja difasilitasi penutup muka masker ketika melakukan aktivitas kerja. Hal ini dilakukan untuk
mencegah para pekerja yang alergi terhadap debu serbuk gergaji maupun spora yang bertebaran. Pekerja yang mengalami alergi akan mudah pusing, batuk-batuk
hingga demam tinggi. Gejala ini terjadi setelah 4-6 minggu kemudian setelah terjadi kontak dengan spora jamur. Banyaknya spora jamur terjadi pada pagi hari.
Pada saat itu para pekerja sedang memanen jamur. Alergi jamur bukan hanya diakibatkan oleh jamur tiram saja melainkan jamur yang lainnya seperti jamur
shitake Lentinula edodes dan jamur kancing Agaricus bisporus.
2.4. Studi Kelayakan Bisnis