Analisis Persaingan Net Present Value NPV

adalah dengan melakukan pembuatan bag log media tanam setiap lima hari sekali.

c. Analisis Persaingan

Sebagai salah satu kecamatan penghasil jamur tiram di Jawa Barat, di Kecamatan Pamijahan terdapat banyak petani jamur tiram yang menjadi pesaing bagi Usaha Jamur Mandiri. Akan tetapi, karena jumlah permintaan jamur tiram yang begitu besar setiap harinya, saat pembeli kekurangan pasokan jamur, para petani jamur biasanya saling merekomendasikan tempat budidaya jamur lainnya yang ada di daerah sekitar kepada para pembeli. Para petani jamur di Kecamatan Pamijahan, saling membantu satu sama lain dalam hal pemenuhan bahan baku dan saling berbagi ilmu dalam teknik pembudidayaan. Saat salah satu petani jamur kekurangan bag log, maka petani lainnya siap untuk membantu menyediakan. Jadi, persaingan antar produsen jamur tiram di Kecamatan Pamijahan tidak tampak.

d. Bauran Pemasaran Marketing Mix

Manajemen pemasaran dipecah atas beberapa kebijakan pemasaran yang disebut dengan bauran pemasaran. Bauran pemasaran ini memberikan gambaran atas kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Bauran pemasaran suatu produk terdiri dari komponen produk product, harga price, distribusi place, dan pomosi promotion.

1. Produk Product

Usaha Jamur Mandiri menghasilkan jamur tiram putih segar yang dipanen setiap hari dan dijual kepada pengumpul. Jamur tiram yang dijual hanyalah jamur tiram yang memiliki kondisi yang baik dan sudah lolos tahap penyortiran. Jamur tiram yang dijual adalah jamur tiram yang memiliki diameter tidak terlalu kecil dan tidak pula terlalu besar, yaitu kira-kira yang berdiameter 5 cm-14 cm. Jika jamur yang dijual terlalu kecil atau terlalu besar, maka harga jualnya akan rendah. Jamur yang dijual dikemas dalam plastik berukuran 5 kg, kemudian diikat dengan menggunakan tali. Proses pengemasan dilakukan dengan cara disusun rapi di dalam karung agar jamur tidak rusak saat dibawa oleh pembeli.

2. Harga Price

Harga jual yang diterima saat ini oleh Usaha Jamur Mandiri adalah harga yang berlaku di pasar, yaitu sebesar Rp. 8.000,00 per kg. Harga jual jamur tiram sebenarnya relatif stabil yaitu berkisar antara Rp. 7.000,00-Rp. 9.000,00 per kg. Harga jual di pedagang pengecer berkisar Rp. 10.000,00-Rp. 12.000,00 per kg.

3. Distribusi Place

Distribusi merupakan hal penting yang harus diperhatikan agar konsumen dapat memperoleh produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Usaha Jamur Mandiri adalah produsen jamur tiram putih segar yang melakukan transaksi penjualan kepada pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul bertindak sebagai pelantara yang menjual kembali jamur kepada pedagang pengecer. Kemudian para pengecer menjual kembali jamur tersebut kepada konsumen akhir. Saluran distribusi yang dilakukan oleh Usaha Jamur Mandiri dapat dilihat pada gambar 3. Gambar 3. Saluran Distribusi Usaha Jamur Mandiri

4. Promosi Promotion

Promosi merupakan salah satu dari kegiatan pemasaran yang memiliki peranan yang penting bagi suatu perusahaan. Tanpa promosi, target pasar tidak akan mengetahui keberadaan produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Upaya yang dilakukan oleh Usaha Jamur Mandiri untuk mempromosikan produknya adalah dengan melakukan hubungan baik dengan para petani jamur lainnya yang ada di sekitar Kecamatan Pamijahan dan Kecamatan Cibungbulang. Karena saat konsumen kekurangan pasokan jamur, petani merekomendasikan petani jamur lainnya kepada pembeli. Dari situlah para konsumen mulai mengetahui keberadaan usaha yang dilakukan oleh Usaha Jamur Mandiri. Selain itu, konsumen pun berperan dalam kegiatan promosi Usaha Jamur Mandiri. Konsumen mengetahui keberadaan Usaha Jamur Mandiri dari konsumen lain. Dengan kata lain, promosi yang dilakukan bersifat mulut ke mulut word of mouth. Usaha Jamur Mandiri Pedagang Pengumpul Pedagang pengecer Konsumen akhir

4.2.3. Analisis Kelayakan Aspek Teknik dan Teknologi

4.2.3.1. Lokasi Budidaya Jamur Tiram Putih

Lokasi Usaha Jamur Mandiri terletak di Desa Gunung Picung, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Lokasi ini merupakan salah satu desa yang berada di kawasan kaki Gunung Salak yang merupakan daerah dataran tinggi dengan rata-rata curah hujan yang tinggi. Lokasi Usaha Jamur Mandiri dekat dengan lokasi pembelian bahan baku. Bahan baku utama seperti serbuk kayu, dedak, tepung jagung, kapur, dan tepung aren diperoleh dari tempat pemotongan kayu, penggilingan, toko grosir, dan toko bangunan yang berada dekat dengan lokasi Usaha Jamur Mandiri. Selain itu, harga beli dari serbuk dan dedak sudah termasuk ongkos kirim ke lokasi budidaya, sehingga untuk penyediaan bahan baku utama tersebut, pemilik Usaha Jamur Mandiri tidak memerlukan biaya tambahan. Hasil produksi dijual kepada para pengumpul yang datang langsung ke lokasi budidaya, sehingga Usaha Jamur Mandiri tidak memerlukan tambahan biaya transportasi untuk mengirim hasil produksi ke pasar. Pengaturan tata letak bangunan kumbung serta perlatan lainnya merupakan syarat penting dalam analisis teknik dan teknologi, karena dapat memengaruhi efisiensi dan efektifitas kerja dalam proses budidaya jamur tiram putih. Budidaya jamur tiram putih pada Usaha jamur Mandiri memiliki satu kumbung yang terdiri dari ruang penumbuhan growing, pengadukan, inkubasi, pembibitan, dan gudang. Terdapat dua gudang, gudang pertama untuk menyimpan bahan baku dan gudang kedua digunakan unuk menyimpan peralatan serta perlengkapan. Luas bangunan kumbung yang dimiliki Usaha Jamur Mandiri adalah 400 m 2 . Luas bangunan tersebut terdiri dari 25 m x11 m ruang penumbuhan, 6 m x 5 m ruang inkubasi, 5 m x 5 m ruang pembibitan inokulasi, 5 m x 5 m ruang pengadukan dan pengukusan, 6 m x 5 m gudang I, dan 3 m x 5 m gudang II. Masing-masing ruang tersebut ditempatkan sesuai dengan urutan proses produksi dan hanya disekat dengan menggunakan dinding bambu, sehingga memudahkan dalam proses pemindahan bahan baku serta bag log dari satu ruangan ke ruangan yang lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Terdapat sepuluh rak dalam ruang penumbuhan, masing-masing rak terdiri dari lima level, dan satu level dapat menampung seribu bag log. Rak tersebut diletakan memanjang. Terdapat dua baris rak, masing-masing baris terdiri dari lima rak. Peletakan rak tersebut memudahkan untuk penyiraman dan pemanenan jamur. Sketsa rak dapat dilihat pada Lampiran 3.

4.2.3.2. Budidaya Jamur Tiram Putih di Lokasi Penelitian

Pembudidayaan jamur tiram di lokasi penelitian relatif mudah, karena faktor alam yang mendukung. Suhu rata-rata di Desa gunung Picung berkisar antara 24 O C-28 O C dengan tingkat kelembaban yang tinggi. Salah satu hal penting yang perlu dipehatikan dalam budidaya jamur tiram putih adalah tempat produksi jamur tiram, yang disebut dengan kumbung. Kumbung dibuat sesuai dengan kapasitas produksi. Usaha Jamur Mandiri memiliki satu buah kumbung yang memiliki luas total 400 m 2, yang terdiri dari ruang penumbuhan, ruang inkubasi, ruang pembibitan, ruang pengadukan bahan baku, ruang sterilisasi, dan gudang. Kumbung yang dimiliki oleh Usaha Jamur Mandiri terbuat dari bambu dan dan berdinding bilik, sehingga kelembaban dan suhu udara dapat tetap terjaga. Budidaya jamur tiram dapat dilakukan dengan peralatan dan perlengkapan yang sederhana seperti cangkul, sekop, bambu, dan alat sterilisasi drum yang dilapisi plastik meteran tahan panas di bagian dalamnya. Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan bag log terdiri dari serbuk gergaji, dedak, kapur, tepung aren, tepung jagung, dan ditambahkan beras untuk menambah nutrisi pada media tanam. Bahan-bahan yang digunakan harus dalam keadaan yang baik, misalnya saja serbuk gergaji. Serbuk gergaji yang digunakan tidak boleh berasal dari kayu yang mengandung bahan pengawet atau yang bertekstur terlalu keras, tidak boleh berjamur, dan harus kering. Jika bahan yang digunakan kurang baik, maka hal tersebut dapat menghambat pertumbuhan jamur tiram. Keberhasilan budidaya jamur tiram putih sangat ditentukan oleh proses pembudidayaan dan pemeliharaan. Proses pembudidayaan yang dilakukan pada Usaha Jamur Mandiri terdiri dari proses pesiapan dan pengadukan bahan-bahan, pembungkusan, pengukusan media sterilisasi, pembibitan, inkubasi, penumbuhan, serta pemanenan.

1. Tahap Persiapan dan Pengadukan Bahan

Tahap persiapan merupakan kegiatan menyiapkan semua bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat bag log. Pada tahap ini, semua bahan yang dibutuhkan ditakar sesuai dengan komposisi. Proporsi masing-masing bahan tidak boleh melebihi atau kurang dari komposisi karena akan menghambat pertumbuhan jamur dan akan mengakibatkan kegagalan. Tahap pengadukan merupakan kegiatan mencampur semua bahan yang sudah disiapkan dan ditakar. Pada tahap ini serbuk kayu yang sudah disiapkan dicampur dengan bahan-bahan lainnya seperti kapur, tepung maizena, tepung jagung, beras, dan dicampur dengan air sebanyak 40-50. Jika air yang dicampurkan terlalu banyak, maka akan menambah lama waku sterilisasi dan bag log pun akan mudah membusuk. Setelah semua bahan dicampur, kemudian diaduk rata hingga bahan bisa dikepal akan tetapi tidak berair. Bahan-bahan yang dicampur tidak boleh ada yang menggumpal, karena akan menghambat pertumbuhan jamur. Setelah diaduk rata, bahan-bahan tidak langsung dibungkus plastik, akan tetapi difermentasi terlebih dahulu selama satu malam, barulah setelah itu di bungkus plastik bag log .

2. Tahap Pembungkusan

Bahan-bahan yang sudah diaduk dan difermentasi selanjutnya dimasukan ke dalam kantong plastik untuk pembuatan bag log. Setelah bahan dimasukan ke dalam plastik, kemudian dipadatkan dengan menggunakan bambu agar terbentuk bag log yang baik dan padat. Jika bag log tidak padat, maka akan menyebabkan bag log cepat membusuk dan menghambat pertumbuhan jamur. Setelah dipadatkan, barulah ujung plastik diikat dengan menggunakan karet.

3. Tahap Sterilisasi

Bahan-bahan yang sudah selesai dimasukan kedalam plastik bag log, selanjutnya disterilsasi dengan cara dikukus dalam drum yang dilapisi plastik tahan panas di bagian dalamnya. Proses sterilisasi ini membutuhkan waktu delapan jam dengan suhu berkisar antara 90 O C-100 O C. Proses ini dilakukan dengan tujuan untuk mematikan atau membunuh bakteri patogen yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur atau pun bibit jamur. Bahan bakar yang digunakan pada proses ini adalah bahan bakar gas. Bahan bakar gas ini dipilih karena dapat menghasilkan panas yang merata saat proses pengukusan, sehigga dapat mengurangi tingkat kegagalan pada budidaya jamur tiram putih Setelah delapan jam dikukus, selanjutnya bag log didinginkan selama satu malam, sampai mencapai suhu 35 O C-40 O C. Apabila bibit dimasukan ke dalam bag log yang masih panas, maka bibit akan mati dan tidak tumbuh.

4. Tahap Pembibitan Inokulasi

Setelah bag log didinginkan selanjutnya dilakukan proses pembibitan. Pembibitan ini dilakukan dengan memasukan bibit yang sudah dibeli dan sudah memutih kedalam bag log dengan menggunakan spatula atau sendok bibit. Sebelum spatula digunakan untuk pembibitan, spatula tersebut harus disterilisasi dengan alkohol dan dipanaskan. Ujung plastik bag log dipasang cincin bambu, ditutup kertas, dan diikat karet. Tujuan penutupan ujung bag log dengan kertas adalah agar tidak terlalu banyak oksigen yang masuk ke dalam media yang dapat menghambat pertumbuhan jamur. Keberhasilan proses pembibitan ini sangat tergantung dari kebersihan dari para pekerja, alat-alat yang digunakan, serta tempat pembibitan. Karena proses pembibitan ini sangat rentan terkontaminasi. Oleh karena itu, sebelum proses pembibitan ini, semua alat-alat, tempat, dan pekerja harus disterilisasi dengan menggunakan alkohol. Semua alat dan tempat disemprot dengan alkohol, dan pekerja harus mencuci tangannya dengan alkohol.

5. Tahap Inkubasi

Setelah media diberi bibit, selanjutnya media tersebut diinkubasi sampai misselium tumbuh dalam media. Tahap inkubasi ini memerlukan waktu tujuh hari sampai bisa dipindahkan ke ruang penumbuhan. Ciri-ciri misselium tumbuh pada bag log adalah memutihnya media karena dipenuhi oleh misselium. Ruang untuk inkubasi harus diperhatikan suhu dan kelembabannya. Suhu pada ruangan ini harus stabil, tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah. Suhu ruangan yang dibutuhkan untuk proses inkubasi ini adalah berkisar antara 24 O C-26 O C.

6. Tahap Penumbuhan Growing

Setelah misselium tumbuh dalam bag log, selajutnya bag log dipindahkan ke dalam ruang penumbuhan. Bag log disusun sedemikian rupa pada rak dengan posisi tegak. Jarak antar bag log harus diperhatikan, agar tidak tumpang tindih yang akan menghambat jamur untuk tumbuh serta meyulitkan untuk melakukan pemanenan. Jika misselium mulai tumbuh buah dan menembus kertas, maka kertas harus dibuka agar tidak menghambat pertumbuhan jamur. Pembukaan kertas ini akan memberikan oksigen yang cukup untuk jamur, sehingga dapat tumbuh dengan baik. Waktu dari masa tumbuh tubuh buah sampai ke panen pertama adalah sekitar 3-4 hari. Ruang penumbuhan yang digunakan merupakan ruang yang terbuat dari bilik bambu, beralaskan tanah, dan terdapat sepuluh rak. Kelembaban udara di ruangan ini haruslah dijaga yaitu berikisar antara 85-90 dan suhu antara 18 O C- 22 O C. Jika musim kemarau, penyiraman jamur dan ruangan dilakukan lebih sering, agar kelembaban udaranya tetap terjaga. Selain suhu dan kelembapan, faktor lain yang harus diperhatikan adalah pencahayaan dan ventilasi ruangan. Karena cahaya yang langsung mengenai media tanam dan sirkulasi udara yang kurang baik akan menghambat pertumbuhan jamur. Oleh karena itu, ruang penumbuhan jamur harus tetap teduh dan memiiliki ventilasi udara yang baik.

7. Tahap Pemanenan

Panen pertama dilakukan 3-4 hari setelah tubuh buah jamur tumbuh. Jamur yang dipanen adalah jamur yang sudah tumbuh optimal yaitu yng memiliki diameter tudung berkisar 5 cm-14 cm. Kegiatan pemanenan biasanya dilakukan pagi hari, sehingga jamur masih tetap segar saat pembeli datang. Setiap bag log bisa menghasilkan rata-rata 0,3 kg jamur tiram, mulai dari panen pertama hingga bag log tidak bisa berproduksi lagi. Pemanenan jamur harus hati-hati, jamur harus dicabut satu rumpun hingga ke akar. Panen tidak dilakukan dengan hanya memotong jamur yang besar saja, karena dalam satu rumpun jamur tidak memiliki tingkat pertumbuhan yang sama. Apabila saat panen hanya mengambil jamur yang besar saja, jamur kecil yang tertinggal akan layu dan mati. Setelah rumpun jamur diambil, bagian atas log harus dibersihkan dari akar-akar jamur yang tertinggal, karena hal tersebut akan menghambat pertumbuhan jamur yang berikutnya. Jamur hasil panen dipotong bagian akar nya dan disortir dengan memisahkan jamur tiram putih yang baik dengan yang rusak. Setelah itu, jamur didiamkan sekitar sepuluh menit sebelum dikemas dan ditimbang. Hal ini dilakukan agar jamur tidak menguap di dalam plastik kemasan yang dapat menyebabkan jamur menjadi layu, karena jamur yang baru saja dipanen masih tinggi kadar airnya. Setelah didiamkan, barulah jamur dikemas ke dalam plastik ukuran 5 kg, kemudian ditimbang.

4.2.3.3. Ketersediaan Tenaga Kerja

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan tenaga kerja yang terampil dengan upah yang terjangkau. Desa Gunung Picung merupakan salah satu kawasan pertanian di Kecamatan Pamijahan. Penduduknya sebagian besar bermatapencarian sebagai petani dan sudah akrab dengan kegiatan pertanian. Oleh karena itu, untuk memperoleh tenaga kerja yang terampil tidaklah sulit. Kegiatan budidaya jamur tiram pada Usaha Jamur Mandiri memiliki dua orang karyawan dengan upah per hari Rp. 23.000,00 per orang dengan waktu kerja mulai dari pukul enam pagi hingga pukul tiga sore.

4.2.4. Analisis Kelayakan Aspek Manajemen dan Hukum

Manajemen sangat dibutuhkan dalam menjalankan suatu usaha, tanpa manajemen yang baik, sulit untuk suatu usaha dapat berkembang. Aspek manajemen yang dikaji mencakup empat fungsi manajerial yaitu Planning, organizing, actuating, dan controlling. Planning merupakan perencanaan yang akan dilakukan oleh pemilik dalam mengembangkan usahanya. Bapak Wardi selaku pemilik Usaha Jamur Mandiri telah melakukan perencanaan untuk mengembangkan usahanya terkait dengan potensi pasar yang baik. Seperti perencanaan investasi yang akan dilakukan, biaya operasional dan biaya tetap yang akan dikeluarkan, serta pendapatan yang akan diproleh. Selain itu, Bapak Wardi telah berencana untuk membuat ijin usaha, apabila usaha budidaya jamur tiram putih yang saat ini dijalankan sudah memiliki skala usaha yang lebih besar. Organizing dan actuating merupakan pembagian tugas, peran, serta kegiatan yang dilakukan oleh pemilik dalam menjalankan usaha budidaya jamur tiram putih. Struktur organisasi pada Usaha Jamur Mandiri sangat sederhana. Pemilik usaha bertindak juga sebagi manajer yang bertanggung jawab terhadap jalannya kegiatan usaha serta menanggung kerugian yang dialami. Terdapat dua orang karyawan yang dipekerjakan. Kedua karyawan tersebut bertugas menjalankan kegiatan operasional perusahaan, mulai dari tahap persiapan dan pengadukan bahan hingga pemanenan. Controlling merupakan kegiatan yang dilakukan pemilik usaha dalam mengendalikan usahanya. Bapak Wardi setiap hari memantau kinerja dari karyawannya, mulai dari proses persiapan dan pengadukan bahan, pembungkusan media, pembibitan, inkubasi, penumbuhan, pemanenan, pengemasan, penimbangan, termasuk pengontrolan suhu dan kelembaban kumbung untuk budidaya jamur tiram putih. Berdasarkan aspek hukum, Usaha Jamur Mandiri merupakan usaha perorangan, karena usaha ini dimiliki sendiri oleh Bapak Wardi dan sumber modal hanya berasal dari modal sendiri serta pinjaman dari bank. Bapak Wardi selaku pemilik bertanggung jawab penuh untuk membiayai usaha dan menanggung segala risiko usahanya. Usaha Jamur Mandiri saat ini belum memiliki surat ijin pendirian usaha. Akan tetapi, pemilik usaha sudah merencanakan untuk memiliki surat ijin apabila usahanya telah memiliki skala yang lebih besar dari saat ini.

4.2.5. Analisis Aspek Lingkungan

Pengelolaan limbah yang dihasilkan oleh suatu kegiatan bisnis, merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam menjalankan suatu bisnis. Perlu strategi dalam mengelola limbah, apabila hal tersebut tidak dilakukan, maka bisnis yang dijalankan akan merusak dan merugikan lingkungan sekitar. Kegiatan budidaya jamur tiram putih pada Usaha Jamur Mandiri tidak menghasilkan limbah yang berbahaya. Bahan yang digunakan merupakan bahan- bahan organik yang aman dan tidak membahayakan, seperti serbuk gergaji, dedak, tepung, dan beras. Limbah yang dihasilkan dalam kegiatan budidaya jamur tiram putih adalah bag log yang sudah tidak bisa berproduksi lagi. Limbah tersebut dimanfaatkan oleh pemilik untuk menimbun lahan dataran rendah yag berada disekitar area kumbung, sedangkan plastik bag log nya dibakar.

4.2.6. Analisis Kelayakan Aspek Finansial

Aspek finansial berfungsi untuk menilai biaya-biaya apa saja yang akan dikeluarkan, seberapa besar pendapatan yang akan diperoleh perusahaan, jika usaha budidaya jamur tiram putih ini dijalankan pada kondisi tanpa proyek pengembangan dan pada kondisi dengan proyek pengembangan. Adapun asumsi- asumsi yang digunakan dalam menentukan kriteria kelayakan antara lain : a. Analisis Kelayakan Usaha dibedakan ke dalam tiga skenario. b. Skenario A : Kondisi tanpa proyek pengembangan dengan tahun analisis 2012-2018, harga yang digunakan adalah harga setelah terjadi inflasi dan diskon faktor yang digunakan adalah 12 . c. Skenario B : Kondisi dengan proyek pengembangan dengan tahun analisis 2012-2018, harga yang digunakan adalah harga setelah terjadi inflasi dan diskon faktor yang digunakan adalah 12 . d. Skenario C : Kondisi dengan proyek pengembangan dengan tahun analisis 2008-2018. Pada tahun 2008-2011 menggunakan harga tahun dasar 2008 dan tahun 2012-2018 menggunakan harga setelah terjadi inflasi, serta diskon faktor yang digunakan adalah 14. e. Tingkat inflasi yang digunakan berdasarkan rataan sasaran inflasi dari tahun 2008-2012 sebesar 6 5+1 Sumber : www.bi.go.id, 2012. f. Nilai investasi awal tahun analisis pada skenario A, merupakan nilai investasi pada tahun 2008 yang telah mengalami penyusutan. g. Nilai investasi awal tahun analisis pada kenario B, merupakan nilai investasi yang dibutuhkan untuk pengembangan, ditambah dengan nilai penyusutan investasi yang dibeli pada tahun 2008. h. Hari kerja diasumsikan 350 haritahun. i. Periode pembuatan bag log pada Usaha Jamur Mandiri dilakukan setiap 5 hari sekali. Jadi, dalam satu tahun membuat bag log sebanyak 70 kali. j. Pembuatan bag log pada studi kelayakan tanpa proyek pengembangan diasumsikan sama yaitu 400 bag log per satu kali periode pembuatan. Jadi, dalam satu tahun menghasilkan 28000 bag log. k. Pembuatan bag log pada studi kelayakan dengan proyek pengembangan diasumsikan sama yaitu 715 bag log per satu periode pembuatan. Jadi, dalam satu tahun menghasilkan 50.000 bag log. Hal ini disesuaikan dengan kapasitas maksimum ruang penumbuhan growing yang dimiliki oleh Usaha Jamur Mandiri. l. Produktifitas rata-rata jamur tiram putih di Usaha Jamur Mandiri adalah 0,3 kg per bag log. Jadi, setiap tahun diasumsikan hasil produksi jamur 7.560 kg kondisi tanpa proyek pengembangan dan 13.500 kg kondisi dengan proyek pengembangan m. Tingkat kegagalan pembuatan bag log mencapai 10, hal ini berdasarkan pengalaman Usaha Jamur Mandiri dalam melakukan budidaya jamur tiram putih. n. Harga jual yang digunakan adalah harga tetap, yaitu rata-rata harga jual selama dua tahun terakhir sebesar Rp. 8.000,00 per kg. o. Penjualan diasumsikan sama setiap tahunnya yaitu Rp. 60.480.000,00 kondisi tanpa pengembangan dan Rp. 108.000.000,00 kondisi dengan pengembangan. p. Usaha Jamur Mandiri memperoleh pinjaman sebesar Rp. 40.000.000,00 dari Bank BJB pada tahun 2008 dengan periode pembayaran kredit selama tiga tahun dan tingkat suku bunga 14 per tahun. Pada tahun 2011 memperoleh kembali pinjaman sebesar Rp. 28.000.000,00 dengan periode pembayaran kredit selama tiga tahun dan tingkat suku bunga 12 per tahun. q. Biaya pemeliharaan kumbung diasumsikan 10 per tahun dari nilai kumbung. r. Perhitungan penyusutan nilai asset menggunakan metode garis lurus. s. Skenario sensitivitas menggunakan parameter inflasi mulai dari 5-30 dengan metode Switching Value. t. Pajak yang dikenakan terhadap usaha budidaya jamur tiram putih Usaha Jamur Mandiri merupakan pajak penghasilan yang dikenakan berdasarkan tarif pajak menurut UU RI No. 17 tahun 2007 tentang Tarif Umum PPh wajib pajak badan usaha dan perorangan. • Rugi : Tidak dikenakan pajak. • Pendapatan 50 juta : Dikenakan pajak 10. • Pendapatan 50 juta -100 juta : 50 juta dikenakan pajak 10, ditambah selisih setelah dikurang 50 juta dikenakan pajak 15.Pendapatan. • Pendapatan 100 juta : 50 juta dikenakan pajak 10, ditambah 50 juta dikenakan pajak 15 ditambah selisih pendapatan setelah dikurang 10 juta dikenakan pajak 30.

1. Kebutuhan dan Sumber Dana

Modal yang dibutuhkan oleh Usaha Jamur Mandiri dalam membudidayakan jamur tiram putih terdiri dari modal investasi dan modal kerja. Modal investasi merupakan modal yang digunakan untuk membeli kebutuhan investasi pada awal usaha akan dijalankan. Sedangkan modal kerja mencakup biaya produksi, pemeliharaan, pembayaran pajak, dan yang lainnya. Modal ini menggambarkan pengeluaran yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk, yang harus dikeluarkan pada setiap periode poduksi. Total rencana kebutuhan modal pada awal pendirian usaha adalah sebesar Rp. 96.481.000,00 yang terdiri dari modal investasi sebesar Rp. 73.410.500,00 dan modal kerja sebesar Rp. 23.070.500,00. Modal kerja tersebut merupakan hasil perhitungan biaya-biaya operasional yang dikeluarkan selama satu tahun Lampiran 29. Sumber modal yang digunakan oleh Usaha Jamur Mandiri pada awal dijalankannya usaha berasal dari modal sendiri sebesar Rp. 56.481.500,00 dan modal pinjaman dari Bank BJB sebesar Rp. 40.000.000,00 dengan periode pengembalian tiga tahun dan tingkat suku bunga 14. Setelah pinjaman pertama dilunasi pada tahun 2011, Usaha Jamur Mandiri memperoleh pinjaman kembali dari Bank BJB sebesar Rp. 28.000.000,00 dengan periode pengembalian tiga tahun dan tingkat suku bunga yang lebih rendah yaitu 12.

2. Penilaian Investasi

Hasil perhitungan kelayakan finansial pada Usaha Jamur Mandiri pada ketiga skerio menunjukan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan dan akan lebih menguntungkan jika dilakukan pengembangan. Kriteria-kriteria investasi tanpa proyek pengembangan skenario A seperti NPV, IRR, Net BC, Gross BC, PR, dan PBP lebih kecil jika dibandingkan dengan adanya proyek pengembangan usaha Skenario B dan C. Nilai-nilai kriteria investasi selengkapnya dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Nilai-nilai Kriteria Penilaian Invetasi Usaha Jamur Mandiri Kriteria Investasi Skenario A Skenario B Skenario C NPV Rp. 31.249.250 Rp. 123.041.025 Rp. 76.000.577 IRR 34,4 127,16 35,67 Net BC 1,68 5,42 2,40 Gross BC 1,15 1,34 1,21 PR 2,47 3,84 3,45 PBP 5 tahun 11 bulan 23 hari 2tahun 10 bulan 24 hari 5 tahun 6 bulan 16 hari

a. Net Present Value NPV

Nilai NPV yang diperoleh pada skenario A sebesar Rp. 31.249.250,00, pada skenario B Rp. 123.041.025,00, dan pada skenario C sebesar Rp. 76.000.577,00. Nilai masing-masing NPV ini menunjukan nilai yang positif. Nilai NPV ini merupakan hasil dari pengurangan nilai arus kas masuk atau penerimaan dengan arus kas keluar yang telah didiskontokan. Tingkat suku bunga diskonto yang digunakan pada skenario A dan B disesuaikan dengan tingkat suku bunga kredit mikro Bank BJB pada tahun 2011 yaitu sebesar 12. Sedangkan pada skenario C disesuaikan dengan tingkat suku bunga kredit mikro Bank BJB pada tahun 2008 yaitu sebesar 14 Lampiran 13, 23, dan 31. Penggunaan tingkat diskonto yang berbeda didasarkan pada perbedaan awal tahun analisis proyek. Pada skenario A dan B menggunakan awal tahun analisis proyek dimulai pada tahun 2012. Pada tahun tersebut Usaha Jamur Mandiri telah melunasi biaya kredit dari pinjaman yang diperoleh pada tahun 2008, akan tetapi masih melakukan pembayaran cicilan pada pinjaman yang diperoleh pada tahun 2011 dengan tingkat suku bunga 12. Sedangkan pada skenario C menggunakan awal tahun analisis proyek dimulai pada tahun 2008, dimana tingkat suku bunga kredit dari pinjaman adalah 14. Nilai NPV pada pada proyek pengembangan skenario B dan C lebih besar dibandingkan dengan nilai NPV pada kondisi tanpa proyek pengembangan skenario A. Hal ini disebabkan karena, peningkatan penerimaan dari penjualan pada saat proyek pengembangan, lebih besar dibandingkan dengan peningkatan biaya-biaya yang dikeluarkan, sehingga keuntungan yang diperoleh lebih besar. Nilai NPV pada kondisi tanpa proyek pengembangan maupun dengan proyek pengembangan menunjukan bahwa usaha ini layak, karena berdasarkan kriteria investasi ini, usaha layak untuk dijalankan atau dikembangkan jika NPV0.

b. Internal Rate of ReturnIRR