penggunaannya, dedak tidak digunakan dalam komposisi yang terlalu banyak pada media produksi, karena akan mudah terkontaminasi.
3. Kapur
Kapur yang biasa digunakan untuk budidaya jamur tiram adalah kapur pertanian atau kapur bangunan. Fungsi penggunaan kapur dalam media produksi
adalah sebagai penetral keasaman dengan mengontrol pH tetap stabil pada proses pengomposan. Selain itu, kapur dibutuhkan misellium jamur sebagai sumber
mineral. Di dalam ruang penumbuhan, kapur dimanfaatkan untuk menanggulangi hama dengan cara menabur rata di atas tanah dan mengecat pada bagian kaki-kaki
rak. 4.
Tepung Tapioka Tepung tapioka digunakan sebagai tambahan nutrisi bagi pertumbuhan
misellium jamur tiram. Tambahan tepung tapioka ini dalam komposisi media produksi hanya berkisar 3-5 saja. Apabila penggunaan tepung tapioka
berlebihan, maka media tanam akan mudah terkontaminasi.
2.3.4. Penutup Muka Pekerja
Dalam budidaya jamur tiram sebaiknya para pekerja difasilitasi penutup muka masker ketika melakukan aktivitas kerja. Hal ini dilakukan untuk
mencegah para pekerja yang alergi terhadap debu serbuk gergaji maupun spora yang bertebaran. Pekerja yang mengalami alergi akan mudah pusing, batuk-batuk
hingga demam tinggi. Gejala ini terjadi setelah 4-6 minggu kemudian setelah terjadi kontak dengan spora jamur. Banyaknya spora jamur terjadi pada pagi hari.
Pada saat itu para pekerja sedang memanen jamur. Alergi jamur bukan hanya diakibatkan oleh jamur tiram saja melainkan jamur yang lainnya seperti jamur
shitake Lentinula edodes dan jamur kancing Agaricus bisporus.
2.4. Studi Kelayakan Bisnis
2.4.1. Definisi Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Johan 2011, studi kelayakan adalah suatu studi untuk mengkaji secara komprehensif dan mendalam terhadap kelayakan sebuah usaha. Layak atau
tidak layak dijalankanya sebuah usaha merujuk pada hasil pembandingan semua faktor ekonomi yang akan dialokasikan ke dalam sebuah usaha atau bisnis baru
dengan hasil pengembaliannya yang akan diperoleh dalam jangka waktu tertentu.
2.4.2. Aspek Finansial
Menurut Kasmir dan Jakfar 2009, aspek finansial dilakukan untuk menilai biaya-biaya apa saja yang akan dikeluarkan dan seberapa besar
pendapatan yang akan diterima jika bisnis dijalankan. Analisis ini meliputi seberapa lama investasi yang ditanamkan akan kembali, dari mana saja sumber
pembiayaan bisnis tersebut, dan bagaimana tingkat suku bunga yang berlaku, sehingga apabila dihitung dengan formula penilaian investasi sangat
menguntungkan. Menurut Nurmalina et,al 2009, studi kelayakan bisnis pada dasarnya
bertujuan untuk menentukan kelayakan berdasarkan kritera investasi. Beberapa kriteria investasi tersebut diantaranya:
1. Net Present Value NPV
Net present value atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value dari biaya, atau jumlah present
value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan dalam perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang rupiah.
Suatu bisnis dikatakan layak jika NPV lebih besar dari nol NPV0 yang artinya bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. Sebaliknya, suatu bisnis
yang mempunyai NPV lebih kecil dari nol NPV0, maka bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan.
2. Net Benefit Cost Ratio Net BC
Net BC adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yanng bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang
menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut.
Suatu bisnis atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak bila Net BC lebih besar dari satu Net BC1 dan dikatakan tidak layak bila Net BC lebih
kecil dari satu Net BC1. 3.
Gross Benefit Cost Ratio Gross BC Gross BC merupakan kriteria kelayakan lain yang bisa digunakan dalam
analisis bisnis. Baik manfaat maupun biaya adalah nilai kotor gross. Dengan
menggunakan kriteria ini akan lebih menggambarkan pengaruh dari adanya tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima.
Kriteria ini memberikan pedoman bahwa bisnis layak untuk dijalankan apabila Gross BC lebih besar dari satu Gross BC1 dan bisnis tidak layak
untuk dijalankan jika Gross BC lebih kecil dari satu Gross BC1. 4.
Internal Rate of Return IRR Internal Rate of Return IRR menunjukan seberapa besar pengembalian
bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. IRR adalah tingkat discount rate DR yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Besaran yang dihasilkan dari
perhitungan ini adalah dalam satuan persentase . Dalam praktek, perhitungan IRR dilakukan dengan interpolasi diantara
discount rate yang lebih rendah yang menghasilkan NPV positif dengan discount rate yang lebih tinggi yang menghasilkan NPV negatif. Sebuah usaha
dikatakan layak apabila IRR lebih besar dari opportunity cost of capital DR. 5.
Pay Back Period PBP Metode ini mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Usaha atau
bisnis yang PBP nya lebih cepat, maka bisnis tersebut termasuk bisnis yang kemungkinan besar layak untuk dijalankan.
6. Profitability Ratio PR
Profitability Ratio PR menunjukan perbandingan antara penerimaan benefit dengan biaya modal yang digunakan. Rasio ini dipakai sebagai
perhitungan rentabilitas dari suatu investasi. Bila PR lebih besar dari satu PR1, maka bisnis layak untuk
dilaksanakan dipilih. Bila PR kurang dari satu PR1, maka bisnis tidak layak untuk dilaksanakan ditolak.
2.4.3. Aspek Pasar dan Pemasaran
Pasar merupakan tempat berkumpul para penjual yang menawarkan barang ataupun jasa kepada para pembeli yang mempunyai kemampuan dan keinginan
untuk memiliki barang dan jasa tersebut, hingga terjadinya kesepakatan transaksi atau transfer atas kepemilikan barang atau kenikmatan jasa Johan, 2011.
a. Permintaan dan Penawaran
Menurut Husein Umar 2009, permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan konsumen yang mempunyai kemampuan membeli pada
berbagai tingkat harga. Permintaan yang didasarkan oleh kekuatan tenaga beli disebut permintaan efektif, sedangkan permintaan yang didukung oleh kebutuhan
saja disebut sebagai permintaan potensial. Hukum permintaan mengatakan bahwa, bila harga suatu barang meningkat, maka kuantitas barang yang diminta akan
bekurang. Sebaliknya, jika harga suatu barang menurun, maka kuantitas barang yang diminta akan meningkat.
Penawaran diartikan sebagai kuantitas barang yang ditawarkan di pasar pada berbagai tingkat harga. Dalam fungsi ini, bila harga meningkat maka penjual
ingin meningkatkan jumlah barang yang dijualnya. Sampai di mana penjual ingin menawarkan barangnya pada berbagai tingkat harga ditentukan oleh berbagai
faktor, di antaranya: harga barang itu sendiri, harga barang lain, ongkos produksi, tingkat teknologi, dan tujuan-tujuan perusahaan.
Pemasaran meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha, yang bertujuan merencanakan, menentukan harga,
hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang atau jasa yang memuaskan kebutuhan pembeli, baik yang aktual maupun yang potensial.
Tiga kegiatan besar dalam aspek pemasaran adalah: 1.
Penentuan segmen, target, dan posisi produk pada pasarnya. 2.
Kajian untuk mengetahui hal-hal utama dari konsumen potensial, seperti perihal sikap, perilaku, serta kepuasan mereka atas produk-produk sejenis.
3. Menetukan strategi, kebijakan, dan program pemasaran.
Menurut Umar 2009, bentuk pasar dapat dilihat dari sisi produsen atau penjual dan dari sisi konsumen. Dari sisi produsen pasar dapat dibedakan atas:
1. Pasar Persaingan Sempurna
Pada jenis pasar persaingan sempurna, aktivitas persaingan tidaklah tampak karena tidak terbatasnya jumlah produsen sehingga pangsa pasarnya
menjadi terkotak-kotak atau kecil-kecil dan konsumen dapat membeli atau menjual berapa saja tanpa ada batas, asal bersedia membeli atau menjual pada
harga pasar.
2. Pasar Monopoli
Pasar monopoli adalah sebuah bentuk pasar yang dikuasai oleh satu penjual saja. Dalam hal ini tidak ada barang subtitusi terhadap barang yang dijual oleh
penjual tunggal tersebut, serta adanya hambatan untuk masuknya pesaing dari luar.
3. Pasar Oligopoli
Pasar oligopoli merupakan perluasan dari pasar monopoli. Dalam menentukan tingkat harga dan kuantitas produksi, karena pengaruh dari pesaing
sangat terasa, tindakan atau aktivitas pesaing perlu dimasukan dalam perhitungan. 4.
Pasar Persaingan Monopolistik Pasar persaingan ini merupakan bentuk campuran antara persaingan
sempurna dan monopoli. Dikatakan mirip pasar persaingan sempurna karena ada kebebasan bagi perusahaan untuk keluar masuk pasar. Selain itu, barang yang
dijualpun tidak homogen. Karena barang yang heterogen itu dimiliki oleh beberapa perusahaan besar saja, pasar ini mirip dengan monopoli.
Sedangkan dari sisi konsumen, pasar dapat dibedakan atas empat bentuk, yaitu: 1.
Pasar konsumen Pasar ini merupakan pasar untuk barang dan jasa yang dibeli atau
disewakan oleh perorangan atau keluarga dalam rangka penggunaan pribadi. 2.
Pasar Industri Pasar ini adalah pasar untuk barang dan jasa yang dibeli atau disewa oleh
perorangan atau organisasi untuk digunakan pada produksi barang atau jasa lain, baik untuk dijual atau disewakan dipakai untuk proses lebih lanjut.
3. Pasar Penjual Kembali Reseller
Merupakan suatu pasar yang terdiri dari perorangan atau organisasi yang biasa disebut para pedagang menengah yang terdiri dari dealer, distributor,
grossier, agent, dan retailer. Kesemua reseller ini melakukan penjualan kembali dalam rangka mendapatkan keuntungan.
4. Pasar Pemerintah
Merupakan pasar yang terdiri dari unit-unit pemerintah yang membeli atau menyewa barang atau jasa untuk menjalankan tugas-tugas pemerintah.
Manajemen pemasaran akan dipecah atas beberapa kebijakan pemasaran yang disebut dengan bauran pemasaran marketing mix. Bauran pemasaran untuk
produk barang terdiri dari empat komponen, yaitu produk product, harga price, distribusi place, dan promosi promotion. Sedangkan bauran pemasaran untuk
jasa terdiri dari produk product, harga price, distribusi place, promosi promotion, orang people, bukti fisik physical evidence, dan proses jasa itu
sendiri process.
2.4.4. Aspek Teknik dan Teknologi
Menurut Johan 2011, analisis aspek teknik dan teknologi bertujuan untuk menentukan bentuk teknologi yang akan dipakai dengan desain produk
yang akan dipasarkan dan kebutuhan investasi baik itu mesin, lokasi, kendaraan, maupun yang lainnya. Pada dasarnya aspek ini dapat dibagi ke dalam tiga bagian
utama, yaitu : a.
Penentuan produk yang akan diproduksi dan bagaimana memproduksinya b.
Lokasi produksi yang akan digunakan dan lay out c.
Hambatan-hambatan yang perlu diperhatikan dalam menjalankan produksi.
2.4.5. Aspek Manajemen dan Hukum
Menurut Kasmir dan Jakfar 2009, yang dinilai dalam aspek manajemen adalah para pengelola usaha dan struktur organisasi yang ada. Proyek yang
dijalankan akan berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang yang profesional. Mulai dari merencanakan, melaksanakan, sampai dengan mengendalikannya
apabila terjadi penyimpangan. Demikian pula dengan struktur organisasi yang dipilih harus sesuai dengan bentuk dan tujuan perusahaan.
Menurut Nurmalina et.al 2009, aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan dikaitkan dengan kekuatan hukum dan
konsekuensinya dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa jaminan, berbagai akta, sertifikat,
dan ijin.
2.4.6. Aspek Lingkungan Hidup
Menurut Nurmalina et.al 2009, aspek lingkungan mempelajari bagaimana pengaruh bisnis terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis
menciptakan lingkungan semakin baik atau semakin rusak.
2.5. Definisi Trend dan Peramalan Forecasting