Taman Nasional Kajian Proses Desain Lanskap Wisata Alam Pulau Peucang Taman Nasional Ujung Kulon di PT. Idea Consultant

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lanskap

Menurut Simonds dan Starke 2006 Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu, yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia. Lanskap terdiri dari lanskap alami dan lanskap buatan. Lanskap alami terdiri dari hutan, sungai, kolam, rawa, bukit pasir, padang rumput, gunung, danau, laut, bukit, jurang, lembah dan padang pasir. Sedangkan lanskap buatan merupakan suatu lanskap alami yang telah dimodifikasi oleh manusia untuk menunjang aktivitas manusia tanpa merusak lanskap tersebut. Major feature fitur lanskap mayor merupakan bentukan-bentukan penampakan dan kekuatan lanskap alam yang dominan, sangat sedikit dapat diubah. Beberapa elemen lanskap alami yang tidak dapat diubah yaitu bentukan topografi seperti bentukan pegunungan, lembah, sungai dan pantai, penampakan presipitasi, embun, kabut dan sebagainya. Sedangkan minor feature fitur lanskap minor yaitu elemen lanskap yang dapat diubah yaitu bukit-bukit, semak belukar, dan parit, dimana seorang perencana dapat memodifikasinya Simonds dan Starke, 2006.

2.2. Taman Nasional

Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi Pasal 1 Butir 14 UU No. 5 Tahun 1990. Dalam Pasal 32 disebutkan bahwa kawasan taman nasional dikelola dengan sistem yang terdiri dari zona inti, zona pemanfaatan, dan zona lain sesuai dengan keperluannya. Zona inti adalah bagian dari kawasan taman nasional yang mutlak dilindungi dan tidak diperbolehkan adanya perubahan apapun oleh aktivitas manusia. Zona pemanfaatan adalan bagian dari kawasan taman nasional yang dijadikan pusat rekreasi dan kunjungan wisata. Zona lain adalah diluar zona tersebut, karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona tertentu seperti zona rimba, zona pemanfaatan tradisional, zona rehabilitasi dan sebagainya. Kemudian dalam Pasal 34 Ayat 1 dinyatakan bahwa, pengelolaan taman nasional dilakukan oleh pemerintah dengan penjelasannya, yaitu pada dasarnya pengelolaan kawasan pelestarian alam merupakan kewajiban dari pemerintah sebagai konsekuensi pengusahaan oleh negara atas sumber daya alam sebagaimana dimaksud dalam pasal 33 UUD 1945. Dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan atas zona pemanfaatan taman nasional pemerintah dapat memberikan hak pengusahaan kepada koperasi, badan usaha milik negara, perusahaan swasta, dan perorangan. Selanjutnya, dalam pasal 35 UU No. 5 tahun 1990 dinyatakan bahwa dalam keadaan tertentu dan sangat diperlukan untuk mempertahankan atau memulihkan kelestarian sumber daya alam hayati beserta ekosistemnya, pemerintah dapat menghentikan kegiatan pemanfaatan, dan menutup taman nasional sebagian atau seluruhnya untuk waktu tertentu. Yang dimaksud adalah karena bencana alam seperti gunung meletus, keluar gas beracun, bahaya kebakaran, dan kerusakan akibat pemanfaatan terus menerus yang dapat membahayakan pengunjung atau kehidupan flora dan faunanya Menurut Arief 2001, taman nasional adalah lanskap pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dan dikelola dengan sistem zonasi. Lanskap ini dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, menunjang budi daya, pariwisata, dan rekreasi. Ketetapan pembagian zonasi diberikan batasan atau kriteria berdasarkan kandungan jenis tumbuhan dengan kerapatan tertentu, ciri khas habitat beserta satwanya ataupun yang endemik. Kriteria batasan dalam penetapan zonasi taman nasional adalah sebagai berikut : 1. Zona Inti, yaitu mengandung jenis tumbuhan 200 jenis spesies1.000 hektar, mengandung jenis tumbuhan endemik, mengandung ekosistem khas, merupakan habitatdaerah jelajah satwa yang dilindungi, dan mengandung tumbuhan langkadilindungi. 2. Zona Rimba, yaitu mengandung jenis tumbuhan 200 spesies1.000 hektar, mengandung tegakan dan rapatan 100 batanghektar, dan merupakan habitatdaerah jelajah satwa liar. 3. Zona Pemanfaatan, yaitu mengandung objek wisata yang menarik dan memungkinkan dikembangkan sebagai pusat kunjungan. 4. Zona Pemanfaatan tradisional, yaitu lebih dari 25 kebutuhan pokok warga desa setempat tergantung pada lanskap taman nasional, berdekatan dengan wilayah desa, dan mempunyai ekosistem yang tidak asli. 5. Zona Rehabilitasi, yaitu kandungan tegakan 100 batanghektar, merupakan daerah tangkapan air potensial, merupakan koridor satwa liar, dan mempunyai ekosistem yang asli. Pembentukan zonasi dalam taman nasional tersebut tidak semua sesuai dengan kriteria, sehingga hanya beberapa saja yang memenuhi kriteria. Kelima manfaat dan fungsi zona tersebut merupakan zonasi yang tidak baku sehingga dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan lanskap taman nasional. Manfaat dan fungsi zonasi tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1. Zona Inti, yaitu zona secara khusus diperuntukkan bagi upaya perlindungan dan pelestarian, maka dalam zona ini tidak diperbolehkan adanya kegiatan pengunjung kecuali kegiatan penelitian. Kedudukan zona ini sama dengan cagar alam ata suaka margasatwa. 2. Zona Rimba, yaitu zona yang dapat dikunjungi dengan berbagai kegiatan rekreasi, tetapi dalam batas-batas tertentu. Kegiatan yang ada umumnya suatu pengelolaan habitat dan pembuatan jalan setapak atau paling sedikit wisata alam terbatas. 3. Zona Pemanfaatan Intensif, yaitu zona yang dialokasikan untuk menampung bentuk kegiatan rekreasi dan penyediaan sarana untuk pengelolaan, misalnya kantor dan stasiun penelitian, bumi perkemahan, tempat parkir, dan lain-lain. Zona ini mudah dicapai oleh pengunjung dan memiliki manfaat yang jelas bagi wilayah tersebut. Zona ini sama dengan hutan wisatataman wisata atau wana wisata.

2.3. Wisata Alam