5.2.2.1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan, perusahaan mempersiapkan kebutuhan teknis proyek, mengurus administrasi dan berdiskusi dengan klien, membuat jadwal
serta pembagian kerja sebagai pedoman dalam proses pelaksanaan proyek. Perusahaan terlebih dahulu mengadakan pertemuan dengan klien yaitu pihak
PJLKKHL. Pihak klien memberikan berita acara mengenai penjelasan pengerjaan proyek Anwijzing mengenai syarat administrasi, nilai kontrak proyek, dan output
hasil akhir dari pengerjaan proyek ini. Namun pada pertemuan tersebut, mahasiswa magang tidak terlibat langsung didalamnya, hanya pemilik perusahan
dengan klien yang bertemu. Untuk tahap persiapan ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan sejalan dengan proses perancangan yang telah ditetapkan perusahan
serta standar perancangan Booth 1983. Penyusunan jadwal dan pembagian kerja sangat penting pada tahap ini,
karena merupakan pedoman untuk mengerjakan proyek. Pembagian kerja juga merupakan salah satu metode yang digunakan tim untuk mengefisiensi waktu
dalam pengerjaan proyek, sehingga setiap anggota tim fokus terhadap pekerjaan masing-masing. Namun masing-masing anggota tim tetap saling berkomunikasi
agar tidak terjadi kesalahan dalam pengerjaan proyek.
5.2.2.2. Tahap Inventarisasi dan Analisis
Pada awal tahap inventarisasi dan analisis, perusahaan terlebih dahulu mencari referensi data sekunder serta menganalisis dan membuat konsep awal
untuk pengerjaan proyek. Selanjutnya tim proyek melakukan survei lapang dan melakukan analisis lebih lanjut menggunakan data primer yang didapat dan juga
aturan-aturan yang harus diterapkan pada pengerjaan proyek ini. Pada saat survei lapang, digunakan GPS sebagai alat untuk menentukan titik-titik lokasi yang
menjadi potensi maupun kendala pada tapak. Setelah proses analisis selesai, tim mendapatkan sintesis untuk pengerjaan proyek pada tahap selanjutnya. Untuk
tahap ini, pengerjaan proyek sejalan dengan tahapan perancangan perusahaan serta tahapan perancangan yang ditetapkan oleh Booth 1983.
1 Inventarisasi Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data sekunder terlebih dahulu
sebelum tim melakukan kegiatan survei lapang. Dari data sekunder berupa data deskriptif kondisi umum Pulau Peucang, tim melakukan analisis dan konsep awal
terhadap tapak. Pengumpulan data sekunder ini mempermudah tim pada saat kegiatan survei lapang, sehingga survei dapat selesai lebih cepat dari waktu yang
telah ditargetkan. Belum adanya base map tapak mengharuskan tim melakukan survei untuk mapping area tapak. Cara paling cepat dan mudah untuk membuat
mapping tapak ini yaitu dengan menggunakan GPS. Terdapat sedikit kendala karena perusahaan tidak memiliki alat GPS untuk pelaksanaan kegiatan survei
lapang, namun perusahaan mendapat bantuan alat GPS dari pihak balai TNUK, sehingga proses survei lapang dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, GPS juga
berguna untuk merekam posisilokasi penting secara geografis. Pada saat survei lapang dilakukan proses pengambilan data mengenai
batas tapak dan penentuan lokasi-lokasi yang sesuai untuk sarana dan prasara yang akan direncanakan dibangun pada tapak. Untuk veegetasi, perusahaan tidak
melakukan pengambilan data dan tidak melakukan identifikasi terhadap vegetasi yang terdapat pada tapak. Perusahaan hanya melakukan identifikasi terhadap
keberadaan terumbu karang pada tapak untuk menentukan lokasi peletakkan darmaga pada tapak. Output yang dihasilkan pada tahap ini berupa peta tata guna
lahan dan peta tutupan lahan. Namun, perusahaan diharapkan mempertimbangkan aspek-aspek penting dalam perancangan suatu kawasan konservasi seperti
vegetasi dan satwa yang merupakan elemen lanskap penting dan menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan konservasi.
2 Analisis Perusahaan telah melakukan analisis cepat quick analysis secara
deskriptif dari beberapa aspek. Selain melakukan analisis melalui standar peraturan teknis dan undang-undang serta kondisi lingkungan tapak, perusahaan
juga melakukan studi terhadap arsitektur lokal daerah setempat yaitu rumah Baduy. Penggunaan filosofi arsitektur lokal dalam proses kajian ini sangat
diperlukan untuk menyesuaikan pengembangan sarana dan prasarana serta material yang akan digunakan terhadap kondisi lingkungan sekitar tapak.
Namun, perlu dilakukannya analisis secara spasial yang menghasilkan produk berupa gambar site analysis mengenai kondisi kawasan, daerah-daerah
yang merupakan danger signal, dan jalur lalu lintas satwa. Untuk melakukan site analysis tersebut dibutuhkan data tambahan mengenai karakter lanskap Pulau
Peucang yaitu segala sesuatu elemen lanskap pembentuk Pulau Peucang mulai dari iklim, jenis tanah, aspek visual, home range dari satwa-satwa pada Pulau
Peucang, dan vegetasi apa saja yang terdapat pada tapak dan dapat digunakan sebagai material dalam pembangunan proyek ini nantinya. Pihak balai TNUK
perlu membuat pemetaan mengenai kondisi home range dan jalur lalu lintas satwa pada Pulau Peucang untuk keperluan proyek ini jika nantinya pembangunan
proyek ini akan dilaksanakan. Home range satwa animal behavior penting dalam kajian ini terutama untuk pemilihan lokasi fasilitas. Hal ini dikarenakan
satwa memiliki kepekaan terhadap penciuman dan pendengaran, dan jika pada home range satwa-satwa tersebut dibuat sebuah fasilitas maka dampak negatif
terhadap kehidupan satwa liar tersebut.
5.2.2.3. Tahap Desain Konsep dan Rencana Tata Ruang