4. Zona Pemanfaatan tradisional, yaitu lebih dari 25 kebutuhan pokok warga desa setempat tergantung pada lanskap taman nasional, berdekatan dengan
wilayah desa, dan mempunyai ekosistem yang tidak asli. 5. Zona Rehabilitasi, yaitu kandungan tegakan 100 batanghektar, merupakan
daerah tangkapan air potensial, merupakan koridor satwa liar, dan mempunyai ekosistem yang asli.
Pembentukan zonasi dalam taman nasional tersebut tidak semua sesuai dengan kriteria, sehingga hanya beberapa saja yang memenuhi kriteria. Kelima
manfaat dan fungsi zona tersebut merupakan zonasi yang tidak baku sehingga dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan lanskap taman nasional. Manfaat
dan fungsi zonasi tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1. Zona Inti, yaitu zona secara khusus diperuntukkan bagi upaya perlindungan
dan pelestarian, maka dalam zona ini tidak diperbolehkan adanya kegiatan pengunjung kecuali kegiatan penelitian. Kedudukan zona ini sama dengan
cagar alam ata suaka margasatwa. 2. Zona Rimba, yaitu zona yang dapat dikunjungi dengan berbagai kegiatan
rekreasi, tetapi dalam batas-batas tertentu. Kegiatan yang ada umumnya suatu pengelolaan habitat dan pembuatan jalan setapak atau paling sedikit wisata
alam terbatas. 3. Zona Pemanfaatan Intensif, yaitu zona yang dialokasikan untuk menampung
bentuk kegiatan rekreasi dan penyediaan sarana untuk pengelolaan, misalnya kantor dan stasiun penelitian, bumi perkemahan, tempat parkir, dan lain-lain.
Zona ini mudah dicapai oleh pengunjung dan memiliki manfaat yang jelas bagi wilayah tersebut. Zona ini sama dengan hutan wisatataman wisata atau
wana wisata.
2.3. Wisata Alam
Nurisyah dan Pramukanto 2008 berpendapat bahwa wisata merupakan rangkaian kegiatan yang terkait dengan pergerakan manusia yang melakukan
perjalanan dan persinggahan sementara dari tempat tinggalnya ke satu atau beberapa tempat tujuan diluar dari lingkungan tempat tinggalnya, yang didorong
oleh berbagai keperluan dan tanpa bermaksud untuk mencari nafkah tetap.
Merencanakan suatu kawasan wisata adalah upaya untuk menata dan mengembangkan suatu areal dan jalur pergerakan pendukung kegiatan wisata
sehingga kerusakan lingkungan akibat pembangunannya dapat diminimumkan tetapi pada saat yang bersamaan kepuasan wisatawan dapat terwujudkan.
Gunn 1994 menyatakan bahwa faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kawasan wisata adalah ketersediaan obyek dan atraksi
wisata, pelayanan wisata, dan transportasi pendukung. Obyek dan atraksi wisata merupakan andalan utama untuk mengembangkan kawasan wisata.
Lebih lanjut
Gunn 1994
menyatakan wisata alam merupakan kegiatan wisata dengan atraksi utamanya adalah sumber daya alam yang terdiri dari lima
bentukan dasar alam, yaitu air, perubahan topografi, flora, fauna, dan iklim. Bentuk sumberdaya alam yang sangat umum untuk dikembangkan adalah air
seperti telaga, danau, laut, air terjun, dan sebagainya. Selain itu potensi alam seperti daerah yang memiliki perbedaan ketinggian tertentu dan modifikasi
lanskap serta flora dan fauna endemik yang sangat bervariatif akan sangat menarik bagi pengunjung. Sedangkan menurut Departemen Kehutanan 2001 wisata alam
adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan
keindahan alam, di taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam
2.4. Perancangan Lanskap
Rogers 2011
menyatakan bahwa,
arsitek lanskap merupakan profesi yang menerapkan seni dan prinsip ilmu pengetahuan untuk penelitian, perencanaan,
perancangan, dan manajemen lingkungan. Praktisi profesi ini menerapkan keterampilan yang kreatif dan kemampuan teknis serta pengetahuan, budaya, dan
politik dalam menyusun unsur-unsur alam yang direncanakan dan dibangun diatas tanah dengan kepedulian terhadap pengelolaan dan konservasi alam, konstruksi
dan sumberdaya manusia. Lingkungan yang dihasilkan harus melayani pengguna, estetik, aman, dan menyenangkan.
Perancangan lanskap merupakan perluasan dari perencanaan tapak dan termasuk dalam proses perencanaan tapak. Perancangan menekankan pada seleksi
komponen-komponen rancangan, bahan-bahan, struktur, tumbuh-tumbuhan, dan
kombinasi-kombinasinya sebagai pemecahan masalah terhadap kendala-kendala di dalam tapak Laurie, 1986.
Perancangan menurut
Simonds 1983
merupakan sebuah proses kreatif yang mengintegrasikan aspek teknologi, sosial, ekonomi, biologi, dan aspek
psikologis serta fisik yang ditimbulkan dari bentuk, bahan, warna dan ruang hasil pemikiran yang saling berhubungan. Perancangan ditekankan pada penggunaan
volume dan ruang. Setiap volume mempunyai bentuk, tekstur, ukuran, bahan, warna dan kualitas lain yang dapat mengekspresikan dan mengakomodasikan
fungsi-fungsi yang ingin dicapai. Menurut
Booth 1983,
proses perancangan harus memberikan pemikiran
yang logikal dan kerja tim yang baik dalam menciptakan sebuah desain, dapat memberikan informasi yang jelas tentang desain, memberikan solusi alternatif
yang terbaik, serta menjelaskan solusi tersebut kepada klien. Proses desain menurut Booth 1983 yaitu:
1. Penerimaan proyek Project acceptance 2. Riset dan Analisis Research and analysis
a. Persiapan peta dasar b. Inventarisasi dan analisis
c. Wawancara dengan klien d. Pengembagian program
3. Desainperancangan Design a. Diagram fungsi
b. Diagram hubungan tapak c. Concept plan
d. Studi bentuk perancangan e. Preliminary design
f. Schematic plan g. Master plan
h. Design development 4. Gambar-gambar Konstruksi Construction Drawings
a. Layout plan b. Grading plan
c. Planting plan d. Construction details
5. Pelaksanaan Implementation 6. Evaluasi Setelah Konstruksi Post-Construction Evaluation Maintenance
7. Pengelolaan Management Simonds dan Starke 2006 menyatakan bahwa dalam merancang sebuah
lanskap terdapat sebuah prinsip, yaitu dengan mengeliminasi elemen-elemen yang buruk dan mengekspos elemen-elemen yang baik. Dalam merancang lanskap
resort, karakter tapak yang menarik harus diciptakan atau dipertahankan sehingga semua elemen yang banyak variasinya akan menjadi kesatuan yang harmonis.
Dalam perancangan terdapat proses yang memiliki beberapa tahapan. Menurut Simonds 2006, proses perencanaanperancangan terdiri dari enam tahapan,
yaitu: 1. Comission merupakan tahapan pemberian tugas dan persiapan, yang
berhubungan dengan persetujuan kontrak dengan klien dalam bentuk tertulis sebagai dasar pegangan pelaksanaan tugas.
2. Research merupakan tahap pengumpulan data berbagai informasi yang didapat dari kegiatan inventarisasi.
3. Analysis pada tahap ini dilakukan analisis terhadap data yang ada dan penentuan kendala serta potensi.
4. Syntesis merupakan tahap pemecahan kendala dan pemanfaatan potensi sebagai bentuk persiapan dalam menentukan alternatif perencanaan.
5. Construction merupakan tahap pelaksanaan dengan mempersiapkan dokumen, kontrak kerja, supervisi, dan pengecekan pelaksanaan.
6. Operation merupakan tahap penyelesaian proyek yang mencakup pelaksanaan kunjungan periodik, penyesuaian dan perbaikan serta observasi
tapak.
2.5. Konsultan Lanskap